Mohon tunggu...
Maya Sukmawati
Maya Sukmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UMS

menulis cerpen, membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Yuk Kenali 6 Faktor yang Memengaruhi Kejadian Dismenore pada Remaja

27 Desember 2023   18:29 Diperbarui: 25 Januari 2024   14:02 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kualitas tidur merupakan faktor yang dapat memengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja yang memiliki kualitas tidur buruk akan berdampak pada berkurangnya kadar serotonin di dalam otak dan mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin yang meningkat tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan sensitivitas respon nyeri sehingga terjadi dismenore primer. Terdapat penelitian yang telah dilakukan pada remaja pada tahun 2022 menunjukkan hasil sebesar 91,2% remaja memiliki kualitas tidur yang buruk dan merasakan nyeri dismenore primer tingkat berat (Sagita et al., 2023). Penelitian lain yang dilakukan pada remaja SMA tahun 2021 melaporkan hasil bahwa sebanyak 60% remaja dengan kualitas tidur buruk mengalami kejadian dismenore primer tingkat berat (Jeong et al., 2023). Oleh karena itu, remaja yang memiliki kebiasaan kualitas tidur yang buruk dapat menjadi faktor yang dapat menjadi pengaruh kejadian dismenore primer.

Selain kualitas tidur, aktivitas fisik juga menjadi faktor lain yang dapat memengaruhi dismenore primer yang terjadi pada remaja. Kurangnya melakukan aktivitas fisik pada remaja membuat keluhan tingkat nyeri dismenore yang dirasakan meningkat. Hal tersebut dikarenakan aktivitas fisik yang kurang akan berdampak pada sirkulasi darah dan oksigen yang menurun berakibat pada uterus yang menyebabkan adanya respon peningkatan nyeri dismenore yang dirasakan. Penelitian pada remaja di SMK Wijaya Kusuma tahun 2020 menunjukkan hasil bahwa terdapat sebanyak 67,9% remaja yang kebiasaan melakukan aktivitas fisik dengan frekuensi yang rendah mengalami kejadian dismenore tingkat berat (Putri et al., 2021). Penelitian lain menunjukkan hasil yang selaras yaitu sebanyak 61,5% remaja mengalami dismenore tingkat berat dengan ≥ 61,5% remaja memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik tingkat rendah (Wildayani et al., 2023). Oleh karena itu, remaja dengan kebiasaan melakukan aktivitas fisik frekuensi yang rendah dapat menjadi pengaruh kejadian dismenore primer.

Frekuensi mengonsumsi makanan cepat saji juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi kejadian dismenore primer pada remaja. Kandungan lemak yang cukup tinggi pada makanan cepat saji dapat berasal dari penggunaan minyak berlebihan saat proses pengolahan berlangsung. Hal tersebut dapat menyebabkan berubahnya lemak trans menjadi radikal bebas. Radikal bebas tersebut berdampak pada hormon prostaglandin yang diproduksi dalam jumlah berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya dismenore. Selain itu terdapat jenis lemak pada makanan cepat saji yaitu adanya asam lemak yang menghambat proses metabolisme progesteron ketikat fase luteal yang terjadi saat menstruasi. Hasil penelitian Kusumawati, et al (2020) bahwa terdapat sebesar 70,3% remaja dengan frekuensi sering dalam mengonsumsi makanan cepat saji merasakan keluhan dismenore primer saat menstruasi. Penelitian lain yang dilakukan menunjukkan hasil dengan nilai OR = 2,695 yang memiliki arti bahwa remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji dalam frekuensi sering berkemungkinan 2,695 kali lebih besar mengalami kejadian dismenore primer (Nurfadillah et al., (2021). Oleh karena itu, remaja dengan frekuensi sering mengonsumsi makanan cepat saji dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya dismenore primer.

Durasi menstruasi pada remaja juga menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Hal tersebut dikarenakan remaja dengan durasi menstruasi yang abnormal atau durasi menstruasi tidak teratur dapat menyebabkan terjadinya peningkatan prostaglandin yang mengakibatkan terhentinya pasokan darah pada uterus sehingga terjadi kontraksi secara berlebihan pada uterus sehingga menyebabkan terjadinya dismenore. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Destariyani, et al (2022) pada remaja menunjukkan nilai OR =10,5 yang berarti bahwa remaja memiliki kemungkinan 10,5 kali lebih besar untuk mengalami kejadian dismenore primer apabila memiliki durasi menstruasi tidak teratur dibandingkan dengan remaja yang memiliki durasi menstruasi teratur. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa sebesar 69,2% remaja memiliki durasi menstruasi yang tidak teratur dan mengalami kejadian dismenore (Safriana et al., 2022). Dengan demikian, remaja yang memiliki durasi menstruasi yang tidak teratur dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer.

Tingkat stress yang terjadi pada remaja juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi terjadinya dismenore primer. Hal tersebut dikarenakan stress berlebihan yang dialami remaja menyebabkan adanya penekanan pada bagian otot punggung area bawah dan juga pinggul sehingga menimbulkan terjadinya rasa nyeri. Remaja yang mengalami stress yang berlebihan juga membuat tubuh memberi respon dengan adanya peningkatan produksi hormon estrogen, prostaglandin, progesteron, dan adrenalin sehingga menyebabkan terjadinya dismenore. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada remaja SMP Negeri 156 Jakarta diperoleh sebanyak 63,6% remaja dengan tingkat stress berat mengalami dismenore (Mivanda et al., 2023). Penelitian lainnya yang dilakukan di SMK Negeri 3 Palembang pada remaja putri tahun 2021 menunjukkan hasil selaras yaitu terdapat sebesar 22,5% remaja dengan tingkat stress berat mengalami kejadian dismenore (Putri et al., 2021). Oleh karena itu, tingkat stress dalam kategori berat yang dialami oleh remaja dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya dismenore.

Faktor lainnya yang dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer pada remaja adalah status gizi. Status gizi kurang pada remaja dapat berisiko terhadap terjadinya penurunan hormon gonadotropin yang memiliki fungsi untuk mensekresi hormon FSH dan LH, pada kondisi seperti ini estrogen akan turun dan menyebabkan hormon prostaglandin semakin banyak sehingga membuat kram perut hingga timbul rasa nyeri. Pada remaja dengan status gizi berlebih akan berisiko pada pembuluh darah yang terdesak yang disebabkan oleh jaringan lemak yang ada di organ reproduksi wanita yang berdampak pada aliran darah menstruasi yang tidak normal dan menimbulkan rasa nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Laili (2019) di SMK K tahun 2017 menunjukkan nilai OR = 6,296, remaja dengan status gizi kategori tidak normal berisiko 6,296 kali lebih besar untuk mengalami kejadian dismenore primer. Penelitian lain menunjukkan hasil yang sejalan yang dilakukan pada remaja di kota Magelang menunjukkan hasil selaras bahwa terdapat sebanyak 42,5% remaja dengan status gizi kategori tidak normal dan mengalami kejadian dismenore primer saat menstruasi (Fitriani et al., 2019). Dengan demikian, status gizi tidak normal pada remaja dapat menjadi faktor yang memengaruhi terjadinya dismenore primer.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan yaitu terdapat kualitas tidur, aktivitas fisik, frekuensi mengonsumsi makanan cepat saji, durasi menstruasi, tingkat stress dan status gizi kategori tidak normal dapat berpengaruh terhadap terjadinya dismenore primer pada remaja. Oleh karena itu, sebagai remaja putri yang peduli terhadap kesehatan tubuhnya maka harus memiliki pola hidup yang sehat seperti kualitas tidur yang baik, aktivitas fisik cukup, menghindari konsumsi makanan cepat saji, memiliki durasi menstruasi yang teratur, tidak stress dan memiliki status gizi normal. Remaja yang dapat merubah pola hidup menjadi lebih sehat maka dapat memperkecil kemungkinan bahwa dirinya mengalami kejadian dismenore primer saat menstruasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun