Mohon tunggu...
Mega Sucma Ayu Lestari
Mega Sucma Ayu Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

saya suka menulis dan membaca novel dan suka olahraga, saya mempunyai kepribadian yangberani dan tidak mudah menyerah, topik konten favorit bisnis, seni dan budaya, pengembangan diri, sport

Selanjutnya

Tutup

Surabaya

Dinamika Sosial Budaya di Kabupaten Lumajang

21 Desember 2024   22:33 Diperbarui: 21 Desember 2024   22:33 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Kebudayaan Indonesia adalah keselurhan kebudayaan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia. Kebudayaan nasional dalam pandagan Ki Hajar Dewantara adalah "puncak-puncak dari kebudayaan daerah". Studi tentang dinamika kewargaan kelompok sosial di perkotaan pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari pola dan kecenderungan relasi sosial yang tumbuh, berkembang, dan akhirnya terbentuk diantara kelmpok-kelompok sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Salah sa aspek yang penting dikaji terkait hal itu adalah terbentuknya pola dan kecenderungan relasi sosial atas dasar latar belakang budaya kelompok-keompok sosial di perkotaan. Heterogenitas kelompok-keompok sosia atas dasar perbedaan latar belakang budaya diduga turut mempegaruhi dinamika klompok sosial di perkotaan.

       Kabupaten Lumajang yang hanya memiliki luas sekiar 1.790,90km2 , tetapi memiliki beragam budaya seperti tarian tradisi dan Bahasa daerah yang bermacam-macam, tari godrel, glipang dan jaran kencak adalah tarian khas yang menjadi ciri Kabupaten Lumajang. Dalam kaitan hal tersebut, tulisan ini hendak membahas dinamika kewargaan kelompok-kelompok sosial budaya yang saling berinteraksi dalam kehidupan di Lumajang, Jawa Timur. Beberapa pernyataan yang akan dibahas adalah: Bagaimana pola relasi kelompok-kelompok sosial budaya yang ada di kota lumajang?.

       Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah berbeda hal ini disebabakan oleh arus globalisasi yaitu berkembangnya teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu manusa. Namun, juga dapat merusak mental dan moral generasi muda. Sebagai contoh pada masyarakat Tengger yang dulu sangat menjujung tinggi identitasnya yang memaki sarung di Pundak, namun pada saa ini masyarakat Tengger sudah banyak yang tidak menggunakan sarung dipundaknya. Hal itu dikarenakan 

Kebudayaan Indonesia adalah keselurhan kebudayaan lokal yang ada di setiap daerah di Indonesia. Kebudayaan nasional dalam pandagan Ki Hajar Dewantara adalah "puncak-puncak dari kebudayaan daerah". Studi tentang dinamika kewargaan kelompok sosial di perkotaan pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari pola dan kecenderungan relasi sosial yang tumbuh, berkembang, dan akhirnya terbentuk diantara kelmpok-kelompok sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Salah sa aspek yang penting dikaji terkait hal itu adalah terbentuknya pola dan kecenderungan relasi sosial atas dasar latar belakang budaya kelompok-keompok sosial di perkotaan. Heterogenitas kelompok-keompok sosia atas dasar perbedaan latar belakang budaya diduga turut mempegaruhi dinamika klompok sosial di perkotaan.

       Kabupaten Lumajang yang hanya memiliki luas sekiar 1.790,90km2 , tetapi memiliki beragam budaya seperti tarian tradisi dan Bahasa daerah yang bermacam-macam, tari godrel, glipang dan jaran kencak adalah tarian khas yang menjadi ciri Kabupaten Lumajang. Dalam kaitan hal tersebut, tulisan ini hendak membahas dinamika kewargaan kelompok-kelompok sosial budaya yang saling berinteraksi dalam kehidupan di Lumajang, Jawa Timur. Beberapa pernyataan yang akan dibahas adalah: Bagaimana pola relasi kelompok-kelompok sosial budaya yang ada di kota lumajang?.

       Pola hidup masyarakat masa kini dengan masa dahulu sangatlah berbeda hal ini disebabakan oleh arus globalisasi yaitu berkembangnya teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu manusa. Namun, juga dapat merusak mental dan moral generasi muda. Sebagai contoh pada masyarakat Tengger yang dulu sangat menjujung tinggi identitasnya yang memaki sarung di Pundak, namun pada saa ini masyarakat Tengger sudah banyak yang tidak menggunakan sarung dipundaknya. Hal itu dikarenakan 

terjadi pertemuan antara Bahasa Madura dan Bahasa Jawa sehingga terbentuk Bahasa campuran Jawa-Madura tanpa menghilangkan unsur kedua budaya tersebut.

       Kebiasaan masyarakat yang hidup berkelompok berdasarkan suku dan keluarga mengakibatkan munculnya daerah etnis Madura, etnis Jawa, dan etnis campuran Jawa-Madura, terdapat daerah yang sebagian masyarakatnya adalah suku Tengger , sehingga terjdi pemakaian Bahasa jawa tengger sebagai pengantar komunikasi. Sedangkan, penduduk yang sebagian besar etnis Madura menggunakan Bahasa Madura sebagai pengantar komnikasi. Selain Bahasa Madura dan Jawa juga terdapat masyarakat yang menggunakan Bahasa campuran Jawa-Madura untuk pengantar komunikasi. Kabupaten Lumajang juga memiliki ciri khas di satu daerahnya, misalnya seperti suku Tengger yang  memiliki ciri khas menggunakan sarung saat berpakain, orang yang menggunakan sarung bukan semata-mata sebagi gaya tetapi pemakain sarung memiliki makna-makna tersendiri bagi orang-orang Tengger.

       Selain Bahasa yang menjadi kekuatan kaubaten Lumajang ini, kebudayaan seperti tari-tarian juga menjadi kekuatan kabupaten Lumajang. Kabupaten ini memiliki beberapa tarian yang menjadi ciri khas Lmajang, yaitu tari Godrel, jaran kencak, glipang dan kesenian ujung. Tari godrel adalah salah satu tarian yang menceritakan tentang pergaulan manusia di dunia, tari ini dilakukan secara berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuaan.  Banyaknya perbedaan-perbedaan budaya yang ada di Lumajang akhirnya mennjadikan masyarakat di kabupaten ini memiliki stratifikasi dimana suku Madura dan suku Jawa sama-sama ingin terlihat lebih dominan di daerah ini.

     Lumajang memiliki kebudayaan yang cukup beragam molai dari tarian, Bahasa, dan suku yang ada di kabupaten Lumajang. Salah satu yang menjadi ciri khas masyarakat Lumajang adalah peggunaan sarung oleh masyarakat tengger, sarung yang digunakan bukanlah sarung seperti pada umumnya. Tetapi, sarung yang digunakan memiliki motif yang berbeda dengan motf-motif sarung pada umumnya, penggunaan sarung oleh masyarakat tengger juga memiliki arti ersendiri dari cara penggunaanya. Masyarakat yang belum menikah biasanya sarung akan di ikat kedepan, sedangkan masyarakat yang sudah menikah sarung akan di ikat ke samping kanan. Selain sebagai identitas pada perbedaan setatus sarung tengger juga menjadi simbol keberagaman budaya yang ada di kabpaten Lumajang.  Selain dikenal dengan suku tengger, Lumajang juga memiliki tari-tarian yang beragam, seperti tari godril lumajangan, jaran kencak, topeng kaliwungu, gelipang, dan ujung. Tari-tarian ini sering di pentaskan pada saat acara-acara besar seperti pernikahan, kitanan, dan selamatan desa. Tari-tarian ini menjadi bentuk dinamika masyarakat Lumajang, selain menjadi kebudayaan yang harus dilstarikan tarin yang dimiliki juga harus diperkenalkan untuk menjaga agar kelestarian budaya yang ada di lumajang tidak luntur karna masyaraknya terpengaruh oleh era globalisasi. Karena lumajang sebagian besar masyarakatnya terdiri atas etnis Jawa dan etnis Madura jadi, terdapat wilayah-wilayah tertetu yang menggunakan Bahasa Jawa dan ada juga wilayah yang menggunakan Bahasa Madura sebagi pengantar komunikasi sehari-hari. Contohnya seperti, wilayah Klakah, dan Pasirian masyarakatnya cenderung menggunakan Bahasa Madura sebagai penganta komunikasi sehari-hari, sedangkan wilyah Tengger menggunakan Bahasa Jawa tulen sebagai Bahasa dalam sehari-hari. Adat pernikahan di kabupaten Lumajang memiliki cirikhas sendiri yakni, ontalan. Tradisi ontalan ini adalah sebuah tradisi yang dilakukan pada saat acara pertunangan atau pernikahan khususnya masyarakat suku Madura. Ontalan dilakukan setelah upacara atau rumah tamah antar kluarga sudah selsai, kemudian kedua mempelai duduk di depan rumah untuk melakuka tradisi ontalan."Ontalan" berarti melempar, maka dari itu tradisi ontalan dilakukan dengan cara sanak saudara bergantian melempar sejumlah uang ke wadah yang sudah di sediakan di depan pasangan pengantin. Setelah ontalan selsai uang akan di hitung bersaa-sama lalu dibungkus dan di berikan pada mempelai wanita. Tradisi ini memiliki tujuan sebagai awal untuk memberikan rezeki, berkah, restu ketika akan dimulainya sebuah rumah tangga. Hinga sekarang masih banyak masyarakat lumajang yang masih mempertahankan kebiasaan ini ketika mengadakan pertunangan ataupun pernikahan.  Era globalisasi dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang telah modern. Akhirnya masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya local. Salah satu faktor yang menyebabkan budaya lokal dilupakan dimasa sekarang adalah ; kurangnya generasi penerus yang memiliki minat untu belajar dan mewarisi kebudayaanya sendiri. Dalam era globalisasi informasi menjadi kekuatan yang sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola piker manusia. Untuk mengatasi hal itu, memerlukan jati diri budaya lokal suatu daera tersebut. Kewajibam bagi setiap lapisan masyarakat untuk mempertahankanya, dimana peran generasi muda sangat diharapkan untuk terus berusaha mewarisi budaya lokal dan akan menjadi kekuatan bagi eksistensi budaya lokal itu sendiriri, walaupun diterpa arus globalisasi. Upaya dalam menjaga budaya lokal bisa di lakukan mulai dari diri sendiri. Misalnya, menmpilkan tarian khas Lumajang saat ada ivent, menggunakan sarung tengger saat ada acara yang mengharuskan memakai baju adat, dan selalu bangga dengan kebudayaan-kebudayaan yang ada agar tidak terbawa arus di era globalisasi ini. Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpandu guna mewujudkan tujuan tertenu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis,luwes dan selektif. Pelestarian budaya adalah upaya untuk mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai traisyonal dengan mengembangkan perwujudan yang bersifat dnamis, luwes, dan selektif serta menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Menjaga dan melestarikan budaya yang ada di Lumajang ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada dua  cara yang dapat dilakukan masyarakat khususnya sebagai generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal yaitu; (1) Culture Experience merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. Contohnya, misalnya dalam tarian masyarakat lumajang dianjurkan untuk belajar dan berlatih salah satu tarian yang menjadi cirikhas, kemudian dipentaskan setiap tahun diacara-acaratertentu atau diadakannya festival. (2) Culture Knowledge merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalkan kedalam banyak bentuk.

     Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu sendiri. Dengan ini para generasi muda dapat memperkaya pengetahuan tentang kebudayaannya sendiri. Contoh, misalnya kita sebagi generasi muda memanfaakan media sosial yang sudah canggih ini untuk mencari tau apa saja budaya-budaya yang menjadi cirikhas daerah kita, menggungga atau membuat konten yang berisikan informasi-informasi tentang kebudayaan yang kita miliki. Upaya melestarikan budaya yang ada di Lumajang ini juga bisa dengan cara semisal, kita kuliah di luar kota Lumajang kita bisa mengenalkan tarian yang berasal dari lumajng melalui ikut event kampus, festival ataupun ikut lomba kesenian. Sehingga kita juga dapat memprkenalakan identic dari asal kita di luar, sebagai generasi muda kita harus memegang erat-erat kebudayaan kita sehingga kita tidak mudah terpengaruh kebudayaan luar yang kemudiah meninggalkan kebudayaan asli kita. Kebudayaan adalah identitas suatu daerah kita maka kita harus selalu melestarikan budaya kita agar kita tidak kehilangan identitas pada diri kita di era globalisasi ini. Dengan kita mampu menanamkan rasa cinta terhadap budaya kit aitu akan membantu untuk kelestarian budaya itu sendiri, selain memperkenalkan tarian-tarian kita juga bisa memerkenalkan baju yang memiliki chirikhas dari asal kita, karna itu akan membuat orang tau bahwa setiap daerah memiliki cirikhasnya masing-masing. Perubahan masyarakat tengger yang dulunya menggunakan Bahasa Jawa tulen yang sekarang sudah mengalami perubahan. Meskipun perubahanya tidak secara siknifikan tetapi, masyarakat tengger kini sudah molai menggunakan Bahasa jawa yang modern. Penggunaan Bahasa masyarakat tegger saat ini tidak lagi seperti dulu tetapi juga tidak meninggalkan cirikhas bahasnya. Misalnya seperti penggunaan kata "Paran" yang memiliki arti apa sekarang berubah mencaju"opo", juga penyebutan aku yang dulunya "Reang" sekarang masyarakat sudah banyak yang menggunakan kata "aku".

       Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sekali kebudayaan, yang terdiri dari kumpulan kebudayaan yang ada di seluruh tanah air Indonesia yang berbentuk kebudayaan lokal, salah satunya adalah kebudayaan yang beradi di kabupaten Lumajang. Di era globalisasi seperti ini banyak sekali kebudayaan-kebudayaan asing masuk yang dapat mengikis ataupun melunturkan kebudayaan lokal yang dimiliki, untuk itu perlunya upaya-upaya pelestarian terus dilakukan dalam mempertahankan kebudayaan lokal yang ada pada kota ini. Sehingga budaya lokal bisa tetap eksis dalam keasliannya walaupun diterpa era globalisasi. Berbagai cara dapat dilakukan dalam melestarikan budaya, namun yang paling penting yang harus pertama dimiliki adalah penumbuhan kesadaran srta rasa memiliki akan budaya tersebut, sehingga dengan rasa memiliki serta mencintai budaya sendiri, orang akan termotivasi untuk memplajarinya sehingga budaya akan tetap ada karena pewaris kebudayaannya akan tetap terus ada. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya lokal di era globalisasi diantaranya: Memplajarinya dan ikut mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik, Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri suatu bangsa untuk ikut menjaga atau melestarikan bahkan mempertahankannya, Ikut melesarikan budaya dengan cara berpatisipasi dalam pelestarian dan pelaksanaanya

Memplajarinya dan ikut mensosialisasikan kepada orang lain sehingga mereka tertarik Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya budaya sebagai jati diri suatu bangsa untuk ikut menjaga atau melestarikan bahkan mempertahankannya

Ikut melesarikan budaya dengan cara berpatisipasi dalam pelestarian dan pelaksanaanya.

       Budaya yang dimiliki Lumajang adalah aset dan cirikhas yang harus memperoleh perhatian untuk di pertahankan di era globalisasi saat ini. Budaya menjadi bagian penting yang dapat dikelola dan dikembangkan sebik-baiknya. Hal ini penting agar budaya dapat berfungsi lebih luas dan tidak hanya sekedar warisan araupun adat istiadat masyarakat yang dirayakan atau dilaksanakan pada saat peringatan hari jadi kota aaupun hari Pahlawan saja. Budaya lokal harus menjadi bagian dari aset suatu daerah tersebut yang dapat mendatangan pendapatan bagimasyarakat Lumajang. Oleh karna itu tentunya membutuhkan kesadaran untuk menjaga dan melestarikan budaya yang ada. Budaya lokal yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya lokal berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh naf jika kita yang memiliki banyak warisan budaya lokal lantas mengabaikan pelestariannya demi menggapai burung terbang sementara punai di tangan dilepaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun