"Young, wild and free", Tiga kata yang paling menggambarkan betapa menyenangkannya menjadi anak muda. Mereka yang tak pernah takut, penuh dengan mimpi dan hal-hal gila lainnya.
Kurang lebih itulah yang digambarkan oleh tokoh-tokoh yang ada dalam film besutan sutradara asal Irlandia, John Carney berjudul, Sing Street (2016).
Film ini bercerita tentang sekumpulan pelajar yang bersekolah di salah satu sekolah katolik di Dublin pada era 80-an. Mereka memiliki mimpi untuk menjadi seorang bintang pertunjukan lewat musik dan membentuk sebuah band.
Dalam film bedurasi 106 menit ini penonton akan disajikan sebuah tontonan apik dengan visualisasi yang memanjakan mata. lagu-lagu yang dimainkan pun akan semakin membuat film ini lebih hidup.
1. Jalan Cerita
Semua bermula dari Connor, seorang siswa pindahan dari sekolah elit yang terpaksa masuk ke sekolah di pinggiran kota karena ayah dan ibunya bangkrut. Ia lalu bertemu dengan Darren, seorang pelajar cerdik yang gemar membuka jasa konsultasi dalam hal apapun.
Suatu ketika, Connor jatuh cinta dengan seorang gadis misterius bernama Daphina yang bermimpi untuk menjadi seorang model. Untuk menarik perhatian gadis itu, Conor pun menawarkan pekerjaan kepadanya untuk menjadi model video klip.
Conor mengaku bahwa dia adalah seorang vokalis dari sebuah band yang saat ini sedang membuat video demo. Daphina pun menyetujui hal tersebut dan bersedia menjadi bintang video klipnya.
Sejak saat itu, Conor dibantu dengan Darren mulai mencari siswa-siswa lain yang cocok untuk menjadi anggota band. Ada Aemon sebagai guitarist, Larry pada drum, Garry di bass dan Ngig sebagai keyboardist.
Selintas, film ini mungkin hanya berkisah tentang  sekelompok anak muda yang ingin terlihat keren di depan hati gadis pujaannya. Tapi ketika kita menontonya lebih lama, ini semua lebih dari pada itu.
Layaknya film-film bertema comming of age lainnya, film ini juga bercerita tentang bagaimana polosnya saat kita remaja yang masih dipenuhi oleh mimpi-mimpi dan gagasan besar tanpa pernah takut dengan resiko. Meski banyak rintangan dan tantangan yang menghadang, darah muda tak pernah mudah untuk berhenti berjuang.
Berbeda dengan orang-orang yang sudah dewasa. Pemikiran meraka yang matang kadang membuat beberapa orang dewasa takut mengambil resiko. Sehingga akhirnya berhenti bermimpi dan mencari takdi yang lebih mudah.
Karena tak ingin menua dengan banyak penyesalan seperti kakak dan juga ibunya, Connor pun semakin giat menciptakan banyak lagu dan merekamnya dalam sebuah kaset.
Ia dan Daphina percaya bahwa mereka tidak akan sukses jika hanya tinggal di pulau kecil itu. Mereka harus pergi ke London, bertemu produser dan menyerahkan hasil karya mereka.
Tapi yang menjadi masalahnya adalah mereka hanyalah anak dibawah umur yang tidak punya koneksi atau modal apapun untuk pergi ke London. Belum lagi masalah keluarga mereka yang sama-sama kacau.
2. Konflik Orang Tua dan Anak
Diceritakan pada film ini bahwa orang tua Connor akan segera bercerai, sedangkan ibu kandung Dephina saat ini sedang dirawat di rumah sakit jiwa karena sering dipukuli oleh ayahnya yang pecandu alkohol.
Meski sempat down, Connor tetap tidak menyerah. Ia beranggapan bahwa mimpinya tidak akan terwujud jika hanya mengandalkan orang dewasa yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri.
Pemuda berusia 15 tahun tersebut lalu menemui kakaknya agar diantar ke dermaga. Connor dan Daphina berencana untuk pergi sendiri ke London dengan menaiki sebuah kapal kecil warisan sang kakek.
Brendon yang sama "gilanya", langsung menyetujui hal tersebut. Ia mengantarkan sang adik ke dermaga dengan mencuri kunci yact yang ada di kamar sang ayah. Brendon seperti melihat dirinya yang dulu, yang penuh dengan mimpi dan ambisi. Namun, dulu dia takut mengambil resiko dan berakhir dengan banyak penyesalan.
Gong dari film ini adalah saat Brendon melepas adiknya dan juga Daphina di pinggir dermaga dengan diiringi sebuah sountrack berjudul "Go Now" yang dinyanyikan oleh Adam Levine.
Bulu kuduk saya langsung merinding menyaksikan adegan tersebut. Seolah ingin segera beranjak dari tempat duduk saya yang nyaman dan mulai berlari mengejar mimpi yang sempat saya lupakan.
Intinya, film ini sangat bagus, menggugah dan hangat. Seolah mampu mengisi kembali tangki semangatmu yang sebelumnya selalu kering kerontang.
Satu pesan yang tidak akan pernah saya lupakan saat menontonnya adalah Jika tidak ingin menua dengan banyak penyesalan, bangkit dan segera berlari menuju mimpimu apapun resikonya, walau banyak orang yang menertawakanmu.
Karena tidak ada mimpi yang mati, ia hanya mati suri. Suatu saat dia akan bangun kembali mengejarmu bagai sebuah karma. Jika tak mengejarnya sekarang, maka kamu akan menghabiskan masa tuamu dengan banyak penyesalan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H