Mohon tunggu...
Maya A. Pujiati
Maya A. Pujiati Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis yang masih perlu terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

GGM Merdeka Bandung: Gedung Publik Sarat Manfaat, Semoga Segera Dibangun Kembali

19 September 2017   05:58 Diperbarui: 19 September 2017   14:23 2315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak sedang berlatih di GGM lama. (Sumber foto: dokumentasi pribadi)

Sekitar tahun 2013, saya mulai mencari kegiatan latihan bela diri untuk anak-anak saya. Kriteria saya sederhana, tempat dan biayanya terjangkau. Setelah berputar-putar mencari di internet, saya menemukan tempat yang paling sesuai dengan kriteria itu. Pilihan bermuara ke GGM Bandung, di Jl. Merdeka 64. 

Saat datang ke sana,  saya agak terkejut, ternyata bukan hanya latihan bela diri yang diselenggarakan oleh GGM, melainkan juga seni tari, musik, bahasa, dan modelling. Saya kira programnya cukup lengkap untuk mewadahi berbagai potensi anak dan remaja, yang butuh sarana dan prasarana untuk mengembangkan bakatnya.

Tak dapat dimungkiri, gedung GGM waktu itu memang sudah terlihat tua. Beberapa bagian dinding di ruangan dalam tampak lembap, dan toiletnya pun bisa dikatakan kurang begitu layak. Akan tetapi, saya tetap bersyukur bisa menemukan GGM. Dengan sekian banyak alternatif kegiatannya dan biaya kursus yang tak sampai 100 ribu/bulan, kondisi seperti itu rasanya masih bisa saya maklumi. Saya pun memutuskan untuk mendaftarkan anak-anak pada salah satu program.

Dua kali seminggu saya mengantar anak-anak ke GGM. Sambil menunggu mereka berlatih, saya dan para orang tua lainnya biasa duduk menonton di pinggir arena. Aula yang luas membuat latihan bela diri menjadi optimal. Puluhan murid dapat berlatih serempak di lapangan. Senang rasanya melihat mereka begitu bersemangat, jumpalitan, berlatih gerakan tangan kosong, bermain toya, dan aneka gerakan bela diri lainnya.

Ilmu bela diri, sejatinya memang bukan semata ilmu berkelahi. Saya melihat sendiri bahwa ada hal lain selain hafalan jurus yang berkembang di dalam diri anak-anak, yaitu mentalitas mereka. Berkat dedikasi para pelatih yang membimbing dengan sepenuh hati, anak-anak memiliki semacam daya dorong internal saat menghadapi masalah. Sedikit ingin saya ceritakan salah satunya...

Pada musim hujan atap gedung GGM  kerap bocor. Air dari atap tidaklah menetes satu-satu sebagaimana bocor kecil di rumah, melainkan bisa menggelontor seperti air selokan. Para ibu yang menunggui anak-anaknya di pinggir lapangan sudah hapal betul, ke pojok mana harus pindah jika hujan deras mengguyur. Dan permafhuman itu tak hanya terjadi di pinggir lapangan, melainkan juga di arena latihan.

Saya takjub melihat reaksi anak-anak. "Banjir" kecil di beberapa sudut ternyata tak menyurutkan semangat mereka untuk tetap berlatih sebagaimana biasa. Mereka tetap berlari mengelilingi lapangan saat pemanasan. Mereka tetap serius mengikat simpul-simpul memori untuk menghafal jurus, dengan mengikuti bimbingan pelatih.

Beberapa kali saya bahkan menyaksikan anak-anak terpeleset, karena lantai licin. Saya tak bisa menyalahkan petugas kebersihan. Mereka sudah berusaha mengepel dan mengeringkan lantai yang basah, namun di saat yang sama mereka juga  harus berpacu dengan derasnya cucuran hujan dari atap yang tak mau berkompromi. Hebatnya, anak-anak yang sudah terpeleset tak pernah kapok. Bagi beberapa murid baru, terutama anak-anak yang masih kecil, memang hal itu kerap membuat mereka menangis beberapa saat. Akan tetapi, mereka bangun lagi dan berlatih lagi seolah tidak pernah terjadi apa-apa. 

Kabar Baik Datang

Keprihatinan akan kondisi gedung GGM waktu itu mungkin hanya diperbincangkan di ruang obrolan terbatas. Mau bagaimana lagi. Bisa jadi, pemerintah kota pun sudah mengetahui kondisinya, namun memiliki prioritas lain yang ingin didahulukan. Oleh karena itu, kami hanya menerima saja sambil menunggu keajaiban. Sempat juga sebenarnya GGM tersentuh perbaikan, namun hanya pengecatan ulang ruangan utama dan sedikit perbaikan toilet.

Sekitar tiga tahun berselang, kabar baik itu datang. Gedung GGM akan direnovasi. Semua senang, semua punya harapan. Hal itu nyata dimulai, ditandai  dengan perobohan gedung secara total. Seluruh material bangunan tua itu lenyap, dan lokasi GGM rata dengan tanah. Saya sendiri tidak menyaksikan peristiwa itu karena selama delapan bulan sempat beristirahat mengikuti latihan.

Saya datang lagi ke GGM setelah lokasinya dipindahkan sementara ke Jl. Bengawan 45. Di tempat ini kondisinya sangat jauh berbeda dengan di GGM lama. Lapangan untuk berlatih hanya berupa ruang tengah yang ukurannya tidak terlalu luas dan satu ruangan yang lebih kecil. 

Anak-anak sedang berlatih menggunakan toya di GGM Bengawan (Sumber foto: dok. Ibu Nurlaili)
Anak-anak sedang berlatih menggunakan toya di GGM Bengawan (Sumber foto: dok. Ibu Nurlaili)
Belasan dan bahkan puluhan murid berdesak-desakan di "lapangan" kecil itu untuk berlatih. Karena kondisi yang terbatas itu, beberapa bentuk latihan tidak dapat dilakukan. Kalaupun tetap dilakukan, anak-anak perlu ekstra berhati-hati. Jika bergerak sembarangan, bisa-bisa menabrak tembok atau sesama teman latihan dan bahkan mungkin pelatihnya. Saya tak heran jika beberapa kelas bela diri menjadi jarang melakukan latihan di GGM. Mereka mungkin mencari tempat lain yang lebih kondusif, entah di mana. Demikian halnya dengan kelas menari dan bahasa, saya lihat juga tak lagi terselenggara. Mungkin muridnya berkurang karena lokasi kurang strategis atau karena alasan lain, saya kurang tahu.

Menunggu...

Menurut kabar, GGM memang akan dibangun kembali. Namun setelah hampir setahun menempati gedung latihan sementara, tanda-tanda dimulainya pembangunan di lokasi lama ternyata belum terlihat. Sementara itu, tempat pengganti sementara juga sebentar lagi akan habis masa kontraknya. Ada sedikit keresahan di benak kami para orang tua, haruskah kegiatan anak-anak terhenti hanya karena tempat yang tak memadai? Tentu saja banyak gedung bisa digunakan, namun jika bukan milik negara, persoalannya bermuara kepada dana. Semua harus disewa dengan jumlah yang tak sedikit. 

Akan tetapi, harapan itu tetap terpelihara. GGM sebagai salah satu icon pengembangan generasi muda kota yang ramah secara finansial, memang tetap perlu ada.  Semoga, akan ada saatnya GGM Bandung juga berdiri kembali, menebarkan harapan, optimisme, dan kegembiraan bagi semua anak muda yang ingin berkarya. Jika belum mungkin ada pembangunan kembali, mudah-mudahan ada tempat pengganti sementara yang sama kondusifnya dengan GGM lama, yang cukup luas untuk menampung beragam aktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun