Pengawetan & Enterpreneurship
Fokus petani tradisional pada umumnya hanya terbatas pada usaha untuk melipatgandakan hasil panen. Namun cara berpikir mereka tentang pemasaran dan memberikan nilai tambah terhadap hasil panen bisa jadi sangat minim.  Mayoritas petani penggarap, hanya mengandalkan bandar yang datang membeli, tak banyak yang mau berjuang menjual sendiri. Dan yang paling fatal, ketika harga menjadi sangat rendah, mereka merugi tiada ampun.
Jika petani memiliki pengetahuan tentang pengolahan alternatif bagi hasil pertaniannya, mungkin  jatuhnya harga tidak terlalu membuat mereka putus asa. Tomat, misalnya, bisa mereka olah menjadi saus tomat. Jika tanpa pengawet dan mereka mau menjualnya sendiri, saus tomat bisa tahan sampai seminggu, jika terpaksa menggunakan pengawet sintetis, mungkin bisa tahan sebulan. Di toko manisan di daerah Cianjur, malah bisa kita temukan manisan tomat. Itu berarti, tomat memang bisa diawetkan. Namun, tanpa jiwa enterpreneur, hal-hal semacam itu bisa jadi tidak akan terpikir atau bahkan terlintas. Petani kita, dengan segala kesederhanaan mereka, membutuhkan sedekah pengetahuan dari kita-kita yang punya pengetahuan. Siapkah kita berbagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H