Mohon tunggu...
Maya A. Pujiati
Maya A. Pujiati Mohon Tunggu... Penulis -

Penulis yang masih perlu terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Taman Kota: Jangan Semata demi Mata

19 November 2014   18:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:24 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat menggembirakan ketika banyak pemerintah kota kini semakin memperhatikan penataan taman. Memang tak bisa dimungkiri, gambar-gambar taman ala Eropa yang kini bisa diakses dengan mudah lewat internet, akan banyak menginspirasi. Setidaknya, bagi para kepala daerah, akan sangat membanggakan jika bisa menghadirkan pemandangan serupa di kotanya. Ada di antaranya bahkan nampaknya sangat berhati-hati dalam membuat desain taman, sehingga pengerjaan satu taman tidak bisa selesai walau sudah setahun berlalu dari sejak pembongkaran awalnya.Tapi biarlah, mudah-mudahan akhirnya taman itu selesai juga.

Menyikapi "ghirah" (semangat) menata taman kota, ada satu hal yang sedikit mengganggu pikiran saya, yaitu tentang fungsi taman itu sendiri. Beberapa taman kecil mungkin cocok untuk dijadikan taman  "hias" agar secara visual kota terlihat indah, namun untuk taman-taman yang berarea cukup luas, sepertinya sangat sayang jika taman  berfungsi sekadar untuk itu.

Saya dan teman-teman praktisi homeschooling di Bandung, termasuk sedikit dari banyak masyarakat pengguna taman. Bukan untuk foto-foto atau mengharap wifi gratis :), tapi memanfaatkan taman sebagai tempat kegiatan anak-anak di komunitas kami. Meski tinggal berjauhan, taman kota bisa menjadi tempat yang kondusif untuk bertemu dan berkegiatan bersama, karena luasnya memadai untuk menampung anak-anak dalam jumlah banyak.

Setiap satu kali dalam sepekan, anak-anak kami melakukan latihan pramuka, teater, atau kegiatan lain. Taman pun menjadi "hidup". Anak-anak bersuka cita belajar tali-temali, belajar P3K, belajar menggunakan webbing, belajar menggunakan tongkat, membuat prakarya, bernyanyi, dan lain sebagainya. Ketika orang tua kerap kesulitan mencari alternatif untuk mengalihkan anak dari ketergantungan terhadap gadget, aktivitas seperti ini justru lebih visible. Energi anak-anak yang berlebih bisa tersalurkan menjadi lebih positif.

Selain itu, keterbatasan lahan terbuka di beberapa sekolah juga menjadi alasan, mengapa taman kegiatan berarea luas menjadi penting keberadaannya. Hal itu bisa kita lihat di Taman Lansia, Bandung, misalnya. Setiap kali kami berlatih pramuka, di blok lain taman tua ini juga nampak banyak anak-anak sekolah berseragam TK, SD, maupun SMP yang berkegiatan di sana. Saya kira, kedatangan mereka disebabkan alasan yang sama. Bisa saya bayangkan, betapa anak-anak akan sangat jenuh jika terus-menerus belajar di dalam ruangan, apalagi mungkin berjejal jika jumlah murid dalam satu kelas itu cukup banyak. Kedatangan mereka ke taman kota bisa menjadi cara untuk menyegarkan otak dan melepas penat.

[caption id="attachment_376795" align="aligncenter" width="300" caption="Di Taman Depan Balai Kota Bandung, anak-anak belajar meracik obat alami dari bahan sederhana."]

141646452017902959
141646452017902959
[/caption]

Taman Lansia sendiri bukanlah taman yang sangat indah. Isinya hanyalah sejumlah space kosong untuk berkegiatan dan pohon-pohon tinggi yang rindang meneduhi. Tapi bagi para pengguna taman seperti kami,  fasilitas-fasilitas canggih bukanlah yang utama. Standar kelayakan taman, jika difungsikan sebagai tempat kegiatan atau ARENA EDUKASI, yang terpenting sebenarnya sangat sederhana, yaitu ada sejumlah toilet yang bersih dan terawat dan mushola yang layak pakai. Selain fasilitas itu, maka sifatnya optional.  Jangan sampai, penataan taman kota menjadi terlalu fokus pada sisi keindahan sehingga memakan waktu dalam pengerjaan. Fungsi strategis taman kota yang justru menurut saya lebih penting dan lebih urgen adalah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan edukatif outdoor bagi masyarakat.

[caption id="attachment_376790" align="aligncenter" width="300" caption="Berlatih semaphore di Taman Lansia, Bandung"]

14164641881027000415
14164641881027000415
[/caption]

Sebuah prestasi, menurut saya,  jika di sejumlah taman kota bisa dilangsungkan unit-unit kegiatan edukasi informal yang murah bagi masyarakat, yang diselenggarakan secara mandiri oleh beragam komunitas. Anak-anak dan remaja pun akan memiliki alternatif yang lebih baik dalam menghabiskan waktu luangnya. Jangan semata demi memanjakan mata,  taman yang sudah berfungsi sebagai arena kegiatan edukatif pun malah diubah menjadi taman hias yang hanya indah dipandang, namun tak bisa lagi digunakan untuk beraktvitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun