Jojo mengalami beberapa sexual harrasement oleh perempuan dan beberapa laki-laki homoseksual dengan indikator pelecehannya lebih mengerikan kaum homoseksual dibanding wanita yang cenderung lebih tersirat.
Kaum gay biasanya melakukan kekerasan verbal dengan menebak ukuran-ukuran penis Jojo, membayangkan hal-hal jorok dan mesum dengan Jojo. Dibanding perempuan yang lebih soft. Tetapi tetap saja itu adalah tindakan pelecehan seksual.
Kasus ini juga membuktikan bahwa, yang perlu dilakukan untuk mengurangi pelecehan seksual bukan blaming gender lain terutama gender yang superioritas seperti laki-laki. Atau mensimbolkan perempuan sebagai korban pelecehan seksual. Bukan, bukan sama sekali.
Yang perlu dibenahi daripada permasalahan ini adalah otak yang mesum di setiap manusia yang perlu diperbaiki. Otak mesum tidak hanya dipunyai oleh pria saja, melainkan wanita juga bisa memiliki otak yang lebih kotor dibanding pria.
Kesimpulannya adalah, bagaimanapun Jojo telah menorehkan prestasi kegemilangan medali emas di Asian Games perlu diapresiasi.
Selebrasi yang dilakukan Jojo hanyalah ungkapan kebahagiaan Jonathan dan kebanggaannya atas memenangkan pertandingan bulu tangkis.
Kita sebagai netizen yang budiman harus bisa menyikapi hal tersebut dengan bijaksana. Pikiran mesum yang dikeluarkan melalui kata-kata atau komentar di Instagram seharusnya ditahan di dalam diri. Selalu menyemangati Jojo, selamat atas raihan emasnya, kamu memang membanggakan !
Andri Mulyawan
Universitas Wanita Internasional
Fakultas Ilmu Sosial & Komunikasi -- Program Studi Hubungan Internasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H