Mohon tunggu...
Marikxon Manurung
Marikxon Manurung Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang blogger dan pembelajar kehidupan. Menyukai topik wirausaha, pengembangan diri, dan motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Tahun 2030

8 Januari 2013   19:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:21 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13576727811724711830

Indonesia Tahun 2030 (Tafsiran saya atas Versi Prof. Yohanes Surya PhD dan versi Dubes RI Untuk Jepang Mr. M.Lutfi)

Pada tahun itu Indonesia adalah seperti ini :

[caption id="attachment_234483" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi"][/caption] Semua orang giat bekerja, karena lapangan bekerja sangat banyak. Gaji yang tinggi, karir yang bagus. Akan banyak TKA (tenaga kerja Asing) yang datang ramai ramai mencari kerja di Indonesia. Indonesia menjadi surga bagi yang bekerja keras. Bagaimana tidak, Ekonomi Indonesia akan menjadi nomor 3 terbesar di dunia, setelah USA dan China. Tak ada lagi berita berita televisi atau koran koran mengenai penyiksaan TKI di Malaysia, di Arab, di Hongkong atau dimanapun. Karena sudah tak ada lagi TKI, bekerja di Indonesia sudah jauh lebih menyenangkan dan menjamin kehidupan yang layak.

Saat itu, banyak ilmuwan Indonesia yang mumpuni disegala bidang yang diakui di dunia. Jurnal Internasional terkemuka bukan lagi IEEE atau Elsivier, tetapi Jurnal keluaran Indonesia, yang terdaftar di Indonesia. Ada 30000 PhD diberbagai bidang yang tersebar merata di penjuru NKRI dari sabang sampai merauke. Mereka ini menjadi agent of change dimanapun mereka tinggal. Berbagai paper International diraih, paten yang terdaftar akan menjadi tiga besar dunia, bahkan hadiah nobel pun tidak akan asing lagi buat Indonesia. Peneliti peneliti handal yang sekolah di luar negeri, dan bahkan sudah lama tinggal di luar negeri, akan berlomba lomba untuk mendaftar menjadi peneliti di Indonesia. Para profesor handal asing akan bersaing untuk dapat menjadi bagian peneliti di Indonesia.Ada banyak uang yang di investasikan untuk riset riset unggul.

Saat itu kita tidak lagi mengekspor Alumunium, tapi pesawat terbang. Tidak lagi mengekspor biji besi, tetapi mobil. Tidak mengekspor CPO tapi mentega dan bahan bakar. Tidak lagi mengirimkan biji kopi tetapi ekstrak kopi. Tidak lagi mengirimkan getah karet, tetapi ban mobil unggul. Tidak lagi mengirimkan minyak mentah, tetapi bensin, solar dan turunannya. Tidak lagi mengirimkan biji coklat, tetapi makanan coklat. Kita tidak lagi mengirimkan bubur kertas ke Jepang, tetapi sudah tissue dan kertas. Kita tidak lagi mengirimkan tembaga ke Amerika, tetapi sudah IC.

Kita tidak lagi mengirimkan gas ke China, maupun ke Singapura, atau ke Jepang.

Tentu saja kita tidak lagi `mengirimkan` uranium ke Amerika, karena kita membutuhkannya dengan jumlah banyak untuk tenaga listrik. Kita butuh lsitrik yang besar, karena kota Jakarta sudah lebih besar dari Tokyo. Kota Medan sudah lebih metropolitan dari New York, Kota Surabaya membutuhkan lampu yang lebih banyak dari Hongkong. Kota Bandung butuh penerangan lebih banyak dari Paris, Kota Makassar membutuhkan aliran listrik yang lebih besar dari London. Jayapura membutuhkan arus lebih banyak dari Sydney.

Pengurusan segala urusan administrasi akan sama dengan Jepang, serba mudah, dilayani dengan senyum dan tepat waktu. Tak ada lagi yang namanya uang pelicin atau amplop. Tiap orang bekerja sesuai tanggungjawabnya. Tiap pribadi dihargai sama dan sejajar, tidak memandang warna celananya. Dimana ada petugas kita akan merasa nyaman. Kota kota bertumbuh menjadi hunian yang nyaman. Desa desa menjadi tempat rekreasi, indah dan udara menyegarkan.

Oh ya Desa-desa Indonesia menjadi daerah tourist, Danau Toba yang sekarang di kunjungi tourist satu orang per hari akan dikunjungi ratusan ribu orang perhari. Bandara Udara International Silangit sibuk sekali, karena selain menjadi bandara udara internasional, juga melayani lalu lintas tourist penerbangan langsung ke Denpasar bali, Ke Raja Ampat di Irian, ke Manado, ke Pontianak, ke Yogyakarta, dll. Tak heran kalau anak-anak disana bahasa Ingrris sudah menjadi seperti bahasa sehari hari, selain itu banyak yang bisa bahasa Jepang, China, Jerman, dll. Mereka sudah terbiasa bergaul dengan penduduk Dunia.

Tiap hari Indonesia menjadi penentu apa yang akan terjadi di Bursa Efek Dunia, Wallstreet harus menunggu khabar dari BEJ untuk membuat keputusan beli atau jual. Nasdaq, Nikkei, HKE harus membaca berita Indonesia sebelum menentukan posisi. Dollar harus menyesuaikan diri dengan rupiah, yen selalu menstock rupiah untuk keamanannya, Euro selalu menjaga diri terhadap rupiah. Mata uang Indonesia ternyata sudah acuan bagi perdangangan Dunia.

CNN, NHK, BBC, dan seluruh tv internasional, tidak ada putus putusnya memberitakan Indonesia. Tenyata kita sekarang menjadi salah satu pemimpin dunia setara dengan Amerika dan China. Kita menjadi negara yang paling indah untuk hidup.

Tapi itu masih harapan, masih mimpi, perlu kerja keras dari sekarang mewujudkannya. Salah satunya adalah dengan menciptakan sekolah yang bagus, guru yang bagus. Melatih sejak dini mencintai belajar dan membaca. Menikmati belajar matematika, science, musik dan bahasa sejak dini. Jika anak-anak muda kita itu dilatih dan diajari oleh guru yang baik dan metode yang tepat, maka energi mereka akan tersalurkan dengan menciptakan karya-karya. Semakin banyak waktu untuk berkarya, tentu saja akan sedikit waktu untuk berbuat tawuran, curang, korupsi, dan perilaku-perilaku yang negatif lainnya. Berkarya membuat manusia utuh menjadi manusia seutuhnya yaitu Orang Indonesia bukan orang utan.

Josep Franklin Sihite

Connecting With Me

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun