Mohon tunggu...
Maximus Vito Masartiva
Maximus Vito Masartiva Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Seminaris Tingkat 1 Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menapaki Jalan Panggilan Tuhan Pesan Natal 2024

29 November 2024   08:13 Diperbarui: 29 November 2024   08:13 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem..." (Lukas 2:15) adalah tema yang diangkat oleh PGI dan KWI untuk tema natal tahun 2024. Kesempatan kali ini saya akan mendalami makna dari Natal dan bagaimana saya menjalankannya dalam kehidupan saya sehari-hari sebagai seorang Seminaris tingkat satu.

Umat Kristiani pasti tidak asing dengan kata "Natal" karena semua umat kristiani pasti merayakan hari Natal di setiap tahunnya. Natal adalah hari kelahiran dari Sang Mesias, Yesus Kristus, maka kita semua umat beriman wajib hukumnya untuk merayakannya dan mengikuti perayaan ekaristi untuk menyambut tubuh dan darah-Nya di kesempatan yang istimewa itu. 

Sebelum masuk ke pembahasan utamanya mari kita mengenal sejenak apa arti dari Natal itu sendiri. Natal sebenarnya diambil dari ungkapan Bahasa Latin, yaitu "Dies Natalis" yang berarti "Hari Ulang Tahun." Dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan Christmas, dari istilah Inggris kuno Christes Maesse (1038) atau Christes-messe (1131) yang berarti Misa Kristus, Christmas kerap ditulis X'mas, karena X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus atau dalam bahasa Yunani, Khi-Rho. "" (dibaca Khristos = Kristus).

(Sumber: Wikipedia)

Pengertian Natal

Natal adalah hari sukacita besar yang Tuhan karuniakan kepada kita umat manusia, dalam natal juga kita memperingati kelahiran sang Juru Selamat, yaitu Yesus Kristus. Saya sendiri merayakan Natal bersama keluarga saya dengan mengikuti ekaristi di gereja dan menghayati misa dengan hikmat. Kita semua juga bisa terlibat dengan menjadi pelayan-pelayan di gereja dengan menjadi misdinar (Bagi remaja) dan menjadi yang mengurus berjalannya misa (Orang muda ataupun orang tua).

Sedikit menyinggung juga tentang tema yang diangkat, "Marilah kita sekarang pergi ke Betlehem..." saya mengartikannya sebagai kita semua kembali ke arah yang sudah Tuhan berikan kepada masing-masing dari kita. Karena Betlehem berarti rumah roti, dan Tuhan pernah bersabda bahwa "Akulah roti hidup yang turun dari Surga." Pesan ini tidak disampaikan secara langsung tetapi secara tersirat dari kata Betlehem itu. Jika dilanjutkan pula ada kata-kata "Dan melihat apa yang terjadi di sana." Berarti ada sesuatu yang terjadi maka kita semua diajak untuk melihat apa yang akan terjadi.

Sekarang saya akan menceritakan bagaimana cara saya memaknai Natal dalam kehidupan saya sehari-hari. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, Natal itu penuh rasa sukacita. Di seminari ini saya melaksanakan sukacita lewat pelayanan bagi sesama dengan cara melaksanakan seluruh acara atau kegiatan dengan tidak tertekan atau dengan rasa ketidaksukaan. Tetapi sebaliknya, saya melakukan itu semua dengan penuh kebahagiaan dan sukacita tentunya. 

Kesederhanaan Natal

Mengapa Natal bisa sederhana, tetapi perayaan hari natal bisa dibilang tidak sesederhana itu? Natal bisa sederhana karena Tuhan Yesus lahir dari rahim Bunda Maria, dan ia lahir di kandang domba. Tuhan Yesus sendiri sudah merendahkan diri-Nya juga kepada kita, karena tuhan adalah raja yang turun dari Surga. Ia rela turun dari surga demi menyapa manusia, para ciptaannya yang sering saja berdosa kepada-Nya. Sehingga Tuhan Yesus turun ke dunia untuk menebus dosa kita, para manusia yang masih sering saja terjatuh kedalam dosa.

Perayaan Natal dibilang tidak sederhana, karena Tuhan Yesus adalah sang juru selamat dan semua umat beriman percaya bahwa Yesus adalah sang penebus dosa manusia. Maka kita dapat menghormati-Nya dengan merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus dengan tata perayaan yang "meriah."  Dengan begitu kita dapat menyimbolkan bahwa sang mesias yang ditunggu-tunggu sudah datang ke dunia untuk menyelamatkan kita semua dari dosa.

Sukacita Natal dalam Kehidupan Sehari-Hari

Contoh pelayanan saya dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan cara melaksanakan tugas kebidelan saya dengan maximal dan dengan bahagia, kebetulan saya tergabung kedalam bidel jemuran dan ruang cuci. Saya melaksanakan tugas saya bisa dibilang setiap saat, karena jika hujan dan ada seminaris lain yang menjemur saya otomatis dalam keadaan apapun saya akan langsung kembali ke medan dan mengangkati jemuran yang masih berada diluar balkon. Walaupun akhirnya baju saya basah karena hujan namun saya senang karena dapat melayani sesama lewat tugas kebidelan. Saya mengambil nilai penting dari tugas kebidelan saya yaitu tentang kepekaan, karena terkadang masih saja orang yang tidak peka akan sesama dan tidak mengetahui lingkungan sekitarnya seperti apa karena masih minimnya kepekaan dalam diri pribadi masing-masing.

Contoh konkret saya yang kedua adalah saat opera. Opera di seminari ini termasuk kegiatan rutin yang dilakukan para seminaris untuk menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih dan nyaman. Terkadang saya merasa lelah dengan kegiatan bersih-bersih karena dulu sebelum saya masuk seminari saya bersih-bersih itu setiap dua hari sekali, berbeda dengan di seminari yang melakukan bersih-bersih setiap hari dan setiap siang setelah makan. Pembagian jadwal opera sendiri sudah dibagi dan kita para seminaris tidak boleh protes dengan jadwal yang sudah dibagi itu. Walaupun begitu saya tetap menerimanya dengan lapang dada dan menjalankannya dengan baik dan senang.

Kesimpulan dan Refleksi

Kita semua dapat merayakan hari raya Natal dengan berbagai cara, namun kita orang Katolik terbiasa untuk merayakannya dengan perayaan ekaristi pada bulan Desember tanggal 25. Natal adalah hari raya sukacita, maka kita semua harus merayakannya penuh dengan rasa kegembiraan, agar kita dapat merasakan karunia Natal benar-benar ada pada dalam diri kita. 

Refleksi yang dapat saya ambil adalah merayakan Natal tahun ini dengan gembira dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan karena saya sudah diselamatkan oleh-Nya. Seringkali kita berbuat dosa dan dijauhkan dari-Nya, sehingga kita tidak dapat menyambut kehadiran Tuhan secara penuh. Diharapkan setelah adanya tulisan yang saya buat ini, kita semua dapat menyadari bahwa semua umat beriman harus menyambut hari Natal dengan penuh sukacita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun