Lewat media sosial, masyarakat sekarang dapat belajar untuk merakit bom, membuat senjata, melatih berbagai teknik termasuk teknik berperang dan bergerilya, dan merenggut anggota untuk bergabung.Â
Sadar atau tidak, isi media sosial saat ini, sebagian besarnya berisikan hoaks (60 persen). Akan tetapi, sebagian masyarakat Indonesia mudah untuk percaya dan mudah pula untuk dipengaruhi dan memberi respon.Â
Kalau saya tidak silaf, inilah salah satu poin penting yang menempatkan pengguna media sosial di Indonesia ini sebagai pengguna media sosial yang tak sopan di Asia ini. Apalagi kalau yang bersangkutan masih labil, tidak memiliki pengetahuan yang memadai (hanya ikut-ikutan), dan memiliki kepentingan yang harus dipenuhi maka, dengan mudah untuk dihasut.Â
Disadari atau tidak, media sosial nampaknya menjadi lahan yang subur bagi persemaian benih-benih radikalisme. Simaklah bagaimana para pengguna media sosial Indonesia saling menyerang, saling menghujat, saling memaki, saling merendahkan, dan lain-lain sebagainya di sana. Jika hal-hal demikian tidak dikontrol dan dikendalikan dengan tepat maka, benih-benih keburukan ini akan  berkembang, berbuah masak, dan dituai pada masa yang akan datang.Â
Paska terjadinya bom bunuh diri yang melukai banyak orang dan merenggut nyawa 2 orang pengantinnya di pintu gerbang gereja Katedral Makassar, 28 Maret 2021 yang lalu, nampaknya semakin mendorong pihak Polri untuk bekerja lebih keras dalam memerangi berbagai konten atau vitur yang berisikan terorisme dan ujaran kebencian.Â
Suka atau tidak, langkah ini, perlu untuk disambut baik oleh segenap masyarakat. Masyarakat tak perlu berkedok dengan alasan dibungkam oleh rezim dan lain-lain sebagainya.Â
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa tidak ada cara lain menertibkan para pengguna media sosial yang tak bertanggungjawab, apalagi yang tak tahu apa-apa dan hanya membeo untuk merusak kedamaian, ketenangan, keutuhan, dan kesatuan bangsa ini. Masyarakat bangsa ini, kerap berlaku tak logis dan mudah untuk diperdaya dengan berbagai kedok yang tak masuk akal alias mau dibodoh-bodohi oleh segelintir orang hanya karena memiliki status atau kedudukan dalam golongannya.Â
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H