Akan tetapi, kodrad Ilahinya berkata lain, " Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambil cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki terjadilah".Â
Yesus lebih memilih untuk menderita, sengsara  dan wafat di kayu salib, bukan lari bagai pecundang. Penderitaan dan wafatNya di kayu salib menjadi konsekwensi logis dari tugas perutusanNya sebagai anak Allah bahkan Allah itu sendiri demi keselamatan umat manusia.Â
Mati di atas kayu salib bagi mereka yang tidak percaya merupakan suatu kekonyolan atau kebodohan akan tetapi, bagi mereka yang mengimaniNya, salib merupakan tanda yang membawa keselamatan.Â
Dari atas salib, terpencar kasih Allah yang begitu besar kepada umat manusia. Melalui peristiwa salib, dari sana manusia dapat mengenal dan memahami bahwa Allah sungguh mencintai dan menyayangi ciptaanNya walaupun ciptaanNya itu sendiri sering kali mengkhianatiNya.Â
Dari atas salib, tempat dimana Tuhan meregangkan nyawaNya, manusia dapat melihat dan menyaksikan secara nyata bahwa tak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih Allah bagi manusia, sampai mengorbankan Putera terkasihNya. Tak ada jalan atau cara lain bagi Allah untuk membawa manusia kembali kepada kebahagiaannya selain jalan salib. Salib merupakan jalan puncak dari berbagai cara yang telah dilakukan Allah jauh sebelumnya, untuk mendatangkan keselamatan bagi umat manusia.Â
Selamat memasuki Pekan Suci. Tuhan memberkati.
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H