Microsoft telah mengeluarkan laporan Digital Civility Indeks (CDI) terbaru soal tingkat kesopanan berkomunikasi secara digital. Hasilnya sangat luar biasa dan mencengangkan.Â
Netizen Indonesia menduduki urutan buncit alias paling bawah, dengan nilai 76 poin, dalam hal kesopanan di internet. Netizen Indonesia kalah telak dari para netizen Singapura yang menduduki urutan teratas. Ada yang protes?
Tak perlu. Tak usah membantah. Belajar untuk menerima diri. Kenyataannya memang demikian. Coba saja perhatikan isi komentar para netizen Indonesia, pada tiap kolom komentar yang tersedia dibagian akhir dari suatu berita atau peristiwa yang diulas atau naik tayang pada salah satu media sosial. Sangat risih dan memalukan. Ada makian, celaan, hinaan, bullyan, fitnah, hoaks, dan lain sebagainya terdapat di sana.
Level atau tingkat kekasaran bahasa netizen Indonesia, boleh dikatakan berada diluar batas norma-norma normal yang berlaku di negeri yang mengklaim diri sebagai bangsa yang sopan, beradab, santun, punya tata krama, dan paling beragama di dunia ini.
Hal yang sama saja terdapat pada mereka-mereka yang katanya berpendidikan tinggi dan memiliki kedudukan penting alias menjadi publik figur bagi anak-anak bangsa ini. Perhatikan dan simak saja kata-kata para elit politik di negeri ini. Tak mendidik sama sekali. Tiap saat, tampil di media dan hanya mampu menarik simpati masyarakat dengan fitnah dan hinaan.
Lucunya, para netizen Indonesia memiliki karakter unik. Susah ditemukan bandingan tingkat lelucun dan keunikannya pada netizen negara manapun di dunia ini.Â
Dikatakan demikian karena netizen Indonesia nampaknya galak dan garang di media sosial saja. Malahan, orang nomor satu di negeri ini sekalipun dimaki-maki, difitnah, di bully, dan ditantang habis-habisan.
Akan tetapi, ketika ditangkap oleh aparat hukum dan diproses, nangisnya luar biasa. Ingusnya meleleh dimana-mana, air mata buayanya tumpah ruah, dan berlagak polos amat. Malah sampai sujud menyembah dan mohon ampun berulang-ulang kali.Â
Jurus klasik nan ampuh para netizen Indonesia yang jikalau sudah berulah dan terciduk adalah menyesal dan mewek. Sejarah negeri ini belum mencatat bahwa ada netizen yang galak di medsos dan galak juga untuk beradu argumen ketika ditangkap.
Apa hubungan hasil survei microsoft dengan teriakan kepada pemerintah untuk merevisi UU ITE? Bukan menjadi suatu rahasia umum lagi bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini, netizen Indonesia beramai-ramai berkoar agar pemerintah merevisi UU ITE.Â
Alasan yang mengemuka adalah netizen bangsa ini takut untuk mengkritik karena takut ditangkap. Ada yang was-was, jangan sampai salah ucap dan berurusan dengan pihak kepolisian atau hukum.