Sampai saat ini, isu kudeta yang melanda tubuh Partai Demokrat belum usai, malah terus bergulir dan semakin panas. Semenjak awal adanya isu tersebut, banyak pihak, baik dari dalam tubuh partai sendiri maupun pribadi-pribadi di luar partai, disebut-sebut terlibat dalam aksi kong kalikong untuk melengserkan ketua umum saat ini yakni AHY. Nama yang paling mencuat ke hadapan publik adalah Moeldoko dan beberapa orang lain yang berada dalam lingkaran pemerintah saat ini.
Mendengar isu itu, AHY ingin memastikan keterlibatan orang-orang dalam lingakaran istana dengan menyurati Joko Widodo. Akan tetapi, sang presiden tidak menggubris. Masuk akal, kalau kemudian seorang Joko Widodo berlaku demikian.
Joko Widodo, mungkin saja merasa bahwa ia tidak memiliki kepentingan untuk itu dan tidak berguna untuk pemerintahannya. Toh, partai pendukungnya saat ini sudah cukup solid. Jikalau memang ada orang-orang dalam lingkaran Joko Widodo yang terlibat, itu urusan kepentingan politik masing-masing pribadi.Â
Kepala Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat, Andi Arief, malah terang-terangan menuding Moeldoko, berada di belakang upaya pengambilalihan partai secara paksa itu. SBY sebagai Ketua Majelis Tinggipun turun gunung dan angkat bicara dengan menyinggung peran Moedoko tetapi, yang bersangkutan malah mengancam balik untuk mengambil langkah-langkah tertentu jikalau terus-menerus ditekan.Â
Terbaru adalah ada kabar bahwa terdapat tujuh kader partai berlambang Mercy itu dipecat, sebagaimana dikatakan Andi Arief, melalui akun pribadinya, @Andiarief_ pada Jumaat, 26 Peb 2021. "Demi harapan ratusan ribu kader dan jutaan simpatisan dan pemilih, kami mendukung sepenuhnya langkah pemecatan terhadap 7 kader yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Partai gelombang pertama 7 orang".
Lebih lanjut, kalau memperhatikan dan menelaah dengan jelas isi ciutan di atas terutama pada bagian terakhir (gelombang pertama 7 orang), dapat dikatakan bahwa masih ada kader lain yang akan mengalami nasib yang sama.
Akan ada pemecatan gelombang kedua, ketiga, bahkan keempat, dan seterusnya. Menjadi pertanyaan adalah ada apa dengan demokrat? Mungkinkah terjadi krisis kepercayaan dalam tubuh partai yang didirikan SBY itu? Ada dua kemungkinan terjadinya krisis itu antara lain:
Terjadi Krisis Kepercayaan Kepada Pemimpin.
Kalau dalam suatu kelompok dan ada pengikut yang tidak royal bahkan memiliki rencana tidak baik dalam hati, lalu diam-diam ingin membelot maka, kemungkinan besar ada rasa ketidakpuasan dengan kepemimpinan dalam kelompok.
Hal yang sama, mungkin saja terjadi dalam tubuh Partai Demokrat. Jangan sampai para kader yang terlibat dalam isu kudeta dan akhirnya rela dipecat, mau melakukan itu karena kurang puas dengan kinerja kepemimpinan seorang AHY.Â
Kesimpulan ini, dipetik dari pernyataan seorang kader Muda Partai yang bernama Aswin Ali Nasution. Yang bersangkutan terang-terangan meminta agar AHY mundur. Bersama dengan beberapa kader lain, mereka menginginkan pemimpin yang egaliter, humanis, dan dapat menyatukan semua faksi dalam partai.
Oleh karena itu, AHY seharusnya tidak cepat-cepat mengambil jalan mempersalahkan pihak lain termasuk memecat para kadernya tetapi, lebih berefleksi, melihat diri, dan mengevaluasi arah dan bentuk kepemimpinannya selama ini, lalu duduk bersama guna mencari jalan untuk menyelesaikan persoalan.Â
Pernyataan Aswin Ali mengindikasikan bahwa sebagai seorang pemimpin, AHY nampaknya tidak bebas menentukan arah perjalanan politik partai selama ini. Mungkin saja selama ini AHY, masih di bawah kendali pihak-pihak tertentu sehingga terjadi perpecahan, perselisihan, dan pertengkaran dalam internal partai.
Oleh karena itu, kader berusaha untuk mencari dan menemukann seorang sosok pemimpin yang dapat menciptakan suasana yang lebih baik. Aswin Ali Nasution bahkan terang-terangan menyebut Moeldoko sebagai sosok yang tepat sebagai ketua dan beberapa tokoh Demokrat meminta agar Edhy Baskoro Yudhoyono alias Ibas dijadikan sebagai Sekretaris Jemderal.
Kalau AHY tidak menyadari keberadaan dirinya dan hanya main pecat terus-menerus, ini akan menambah rumit persoalan dalam tubuh partai, terutama loyalitas para kader sendiri. Apalagi ada desakan untuk segera mengadakan Kongres Luar Biasa.
Jangan sampai beliau digulingkan dalam momen itu. Menyelesaikan persoalan dalam tubuh Demokrat saat ini, bukan dengan cara main pecat saja. Itu bentuk kesewenang-wenangan dari seorang pemimpin.
Krisis Kepercayaan Kepada Kader Partai
Pemecatan yang terjadi saat ini dan dalam waktu-waktu yang akan datang kepada para kader Partai Demokrat yang dipandang membelot, menunjukkan adanya unsur ketidakpercayaan seorang pemimpin kepada para pengikut atau bawahannya (krisis ketidakpercayaan kepada  awahan).
Sejauh ini, seorang AHY sebagai pemimpin atau Ketua Umum Partai bertindak berdasarkan isu bukan fakta. Jangan sampai, para kader yang saat ini mau dipecat dan menerima kenyataan itu dengan lapang karena merasa sudah jengah dengan sikap AHY dalam menyikapi persoalan yang terjadi.
Dalam situasi sulit seperti saat ini, AHY seharusnya mengabaikan isu-isu tak sedap yang mungkin saja digalang oleh pihak tertentu guna menghancurkan kekuatan partai. AHY sebenarnya menjadikan isu itu sebagai ajang untuk merangkum dan mempersatukan semua anggota kader agar terlihat lebih solid.
Seorang AHY, tidak perlu bertindak berdasarkan isu yang belum tentu benar karena itu hanya mengganggu konsentrasi dan fokusnya sebagai seorang ketua umum.Â
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H