Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gelap Pikiran

29 Desember 2020   17:55 Diperbarui: 29 Desember 2020   18:44 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realita

Kerap mungkin kita mendengar dengan telinga, membaca atau melihat dengan mata kepala sendiri, peristiwa-peristiwa seperti, pertengkaran suami-istri yang berujung pada kekerasan fisik, seorang ayah yang berduel dengan anak laki-lakinya yang berakhir dengan pembunuhan, atau pribadi-pribadi tertentu yang merencanakan suatu niat buruk nan jahat terhadap pribadi lain hingga mencari dan menempuh jalan kekerasan untuk  menghilangkan nyawa orang yang bersangkutan. 

Berhadapan dengan kenyataan-kenyataan demikian, mungkin kita tidak mengalaminya dan masih berpikiran normal akan berkata, kok bisa terjadi ya? Setan apa yang merasuki dirinya? Ngeri sekali, sadis, tega amat, sampai hati, dan lain sebagainya.

Sekali lagi, kalimat-kalimat itu meluncur dari mulut kita-kita yang masih berpikiran normal dan tidak atau belum terganggu dengan tekanan- tekanan hidup. Sedangkan yang melakukannya, itu terjadi ketika seseorang berada dalam tahap "gelap pikiran".

Gelap Pikiran

Gelap pikiran dapat dimengerti sebagai suatu reaksi yang muncul dari dalam diri seseorang akibat suatu persoalan, yang tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain seperti, marah, memukul, menganiaya, bunuh diri sendiri, membunuh orang lain, mencuri, dan lain sebagainya.

Orang yang gelap pikiran, dapat dikatakan sebagai orang yang tidak dapat berpikiran sehat lagi bahkan sudah buntu atau kehabisan akal dalam menyelesaikan masalah hidupnya.

Gelap pikiran dapat disebabkan oleh persoalan ekonomi, relasi atau huhungan dengan orang lain terganggu, adanya ancaman dari pihak lain atas status, kedudukan sosial, kesenangan pribadi atau prevasi, dan lain-lain. Dari semua hal yang disebut itu, gelap pikiran yang terjadi karena adanya ancaman dari pihak lain atas status sosial dan kedudukanlah yang paling ditakuti. 

Gelap Pikiran Karena Status Sosial atau Kedudukan Terancam

Gelap pikiran yang dialami oleh seseorang ketika merasa bahwa status sosialnya terancam, terusik, dan goyah,  oleh kehadiran orang lain, amat berbahaya. Mereka yang mengalaminya akan melakukan cara atau jalan apapun guna mempertahankan diri, bila perlu mereka yang mengusik atau mengancam dihabisi. 

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, gelap pikiran dapat saja terjadi karena:

 - Pikiran negatif, 

- Perasaan tersaingi,

- Perasaan nyaman dengan diri sendiri dan status yang dimiliki,

- Tidak menerima diri, dan 

-Tertutup atas kelebihan atau keunggulan orang lain. 

Gelap pikiran tidak akan terjadi kalau pribadi-pribadi yang berada dalam lingkaran itu dapat:

- Berpikiran positif, 

- Menerima diri, 

- Terbuka atas keberadaan orang lain, dan

- Terbuka untuk berkembang. 

Pribadi-pribadi yang berada dalam situasi gelap pikiran karena status sosialnya, seharusnya menyadari bahwa akibat buruk dari tindakannya, tidak hanya berakibat fatal bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang berada di sekitarnya tetapi juga, semua orang yang berada dalam suatu kelompok hidup yang lebih besar seperti, suatu negara. 

Maka, penting untuk senantiasa berpikiran positif untuk menerima keberadaan diri sendiri, terbuka untuk keberadaan orang lain, dan mau untuk berkembang. Disadari atau tidak, status sosial dan segala kebesaran yang  dimiliki masing-masing pribadi, akan berkembang atau sebaliknya bukan ditentukan oleh orang lain tetapi oleh diri sendiri. 

SALAM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun