Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Misterius, Lelaki Tua Berperban Putih di Bawah Tangga Kapal

2 Desember 2020   06:29 Diperbarui: 2 Desember 2020   06:33 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu saya dengan 9 orang teman lain menumpang kapal laut dari Pelabuhan Belawan, Medan menuju ke Tanjung Priok, Jakarta. Pada malam harinya, setelah semua teman sudah mengantuk dan  tertidur, saya meninggalkan mereka, dengan maksud pergi ke pinggir kapal untuk mengirup udara pantai. Suasana kapal sudah sepi dan agak gelap.

Untuk sampai ke sana, saya harus menuruni beberapa anak tangga. Sebelum menjejakkan kaki pada anak tangga terakhir, sayup-sayup saya mendengar ada suara seseorang memanggil, nak,,, nak,,,! Katanya. Sayapun memalingkan wajah dan melihat ke arah darimana datangnya suara itu.

Saya terkaget-kaget dan hampir mengambil langkah seribu karena takut. Dalam kegelapan di bawah tangga itu, sedang duduk seorang kakek tua yang badannya berverban putih dari bagian bawah leher sampai ke ujung kakinya. Rambutnya telah memutih, hanya memakai sehelai celana pendek, dan seorang diri.

Setelah merasa tenang, saya pun memberanikan diri untuk mendekat dan bertanya, "ada apa kek"? "Tolonglah saya nak, saya belum makan dan minum. Saya tidak punya apa-apa", jawab si kakek malang itu. "Baiklah kek, saya akan menolongmu, tapi kakek bersabar ya, saya tidak bawa apa-apa saat ini. Saya akan pergi sebentar dan akan kembali", kata saya kepada si kakek itu.

Saya segera kembali ke ruang tidur, mengambil dompet dan mengeluarkan uang sebanyak Rp. 70.000 dan kembali menjumpai si kakek yang menyeramkan itu. Setibanya di sana, sayapun menyerahkan uang sejumlah itu dengan pesan, "kek... maaf ya, hanya inilah yang saya punya. Tapi saya janji, setiap saat saya akan datang mengunjungi kakek. Sekiranya kakek punya kekurangan, katakan saja. Saya akan membantu", demikian pesan saya. Si kakek hanya mengangguk, lalu saya menatap wajahnya sebentar dan berlalu pergi.

Saya selalu mengunjungi kakek itu setiap kali jam makan tiba dan memastikan bahwa si kakek tidak berkekurangan. Rupanya, apa yang saya lakukan, di amati oleh salah seorang bapak di kapal itu. Suatu saat, setelah saya menjumpai si kakek, bapak itu memanggil saya dan berkata, "hebat kamu anak muda. Begitu banyak manusia di atas kapal ini, tapi saya amati bahwa hanya kamu yang menolongnya", kata si bapak.

"Ah,,, biasa saja pak. Tidak ada manusia yang hebat. Apa yang saya lakukanpun bukanlah sesuatu yang luar biasa. Semua orang dapat melakukannya tetapi hanya tidak punya kesempatan seperti saya", sahutku kepada bapak itu, lalu sambil tersenyum, saya meninggalkannya. 

Pada malam terakhir di atas kapal, ketika saya mengunjungi si kakek pada jam 11, ia berpesan kepada saya, "besok pagi jam empat, kamu datang menjumpai saya ya,,, ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu", katanya. "Baik kek, saya akan datang", sahut menyahut, sambil menatap kedua bola mata lelaki misterius itu sebentar dan kembali ke kamar.

Tepat jam 4 pagi, saya datang menjumpai si kakek itu. Setelah duduk berhadapan dengannya, ia pun mengeluarkan sebuah kotak berisi tiga buah batu kecil yang terbungkus rapi dengan kain, lengkap dengan tiga botol kecil berisi minyak wangi dan menyerahkannya kepada saya. "Ini hadiah untuk kamu laki-laki muda. Kamu telah menolong saya. Simpanlah kotak ini baik-baik. Apa yang kamu cita-citakan dan kerjakan akan berhasil", katanya.

Saya ketakutan menerima hadiah misterius itu. Perasaan saya bercampur aduk. Dengan tangan gemetar, saya menerimanya, sambil berkata, "kek, saya harus segera pergi. Saya tidak mau ada yang melihat kita. Saya takut. Tapi, setibanya nanti di Tanjung Priok, kakek tidak boleh kemana-mana. Tunggu saja saya di sini. Saya akan menurunkan tas saya, dan saya akan datang menjemput kakek", demikian saya berpesan kepada si kakek sebelum meninggalkannya.

Setibanya di Tanjung Priok, secepatnya saya menurunkan tas saya, lalu kembali menjumpai si kakek. Tetapi sayang, si kakek tidak ada lagi di tempat biasanya. 

Dia telah menghilang entah ke mana. Saya kecewa, dan mengeluarkan hadiah dari si kakek itu, lalu membuangnya ke laut, sambil berkata, " Tuhan, jikalau engakau menghendaki agar saya sukses, janganlah dengan cara seperti ini. Biarlah saya berusaha dengan segenap kekuatan yang telah Kauberikan. Saya bahagia telah menolong kakek itu. Terima kasih, Kau telah memberikan kesempatan kepada saya untuk berbuat baik". 

Cerita ini merupakan kisah nyata dari penulis, setelah pada malam sebelumnya, bertemu dengan si kakek tua nan lusuh di bawah pohon mangga, pada pertengahan tahun 2005.

SALAM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun