Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan "Membunuh" Anak untuk Berpikir

5 November 2020   23:57 Diperbarui: 6 November 2020   00:08 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak-anak yang lahir, hidup, dan berkembang di tengah-tengah keluarga, sekolah, dan masyarakat, membutuhkan banyak hal baik untuk mengisi dan membekali diri mereka. Ada persoalan, kesulitan, rintangan, dan tantangan hidup yang sudah menunggu mereka dikemudian hari untuk dikalahkan. Akan tetapi, ibarat tabung panah, mereka itu masih kosong. 

Mereka perlu mengisi diri dengan panah hingga penuh agar di kemudian hari, mereka mampu menghalau dan mengalahkan berbagai musuh kehidupan yang hadir dan tampak dalam berbagai wujud yang menantang, merintang, dan menyulitkan di hadapan mereka.

Oleh karena itu, ketiga elemen penting (keluarga, sekolah, dan masyarakat), perlu untuk mencari dan menemukan cara atau jalan yang tepat untuk mengisi dan membekali anak-anak.  

Segala sesuatu yang terlontar dari mulut atau yang dilakukan oleh kaki dan tangan pribadi-pribadi yang mereka pandang sebagi panutan dan idola, entah itu baik atau buruk, entah benar atau salah sekalipun, akan sangat mempengaruhi cara berpikir dan cara pengambilan keputusan mereka kelak.

Berikut, penulis menawarkan dua hal yang dapat dilakukan bagi seorang anak untuk merangsang dan mengembangkan cara berpikir dan cara pengambilan keputusannya kelak antara lain:

1. Jangan mudah memberi bantuan atau jawaban

Tak dapat dipungkiri bahwa seorang anak pastilah akan mengalami kesulitan pada saat belajar, saat bermain, saat bergaul dengan orang-orang di sekitarnya, dan lain sebagainya. Dalam berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang ditemui, berikanlah waktu atau kesempatan bagi mereka untuk berpikir. 

Kalau seorang anak sementara asyik bermain mobil-mobilan lalu tiba-tiba menangis karena salah satu ban mobilnya terlepas, maka kita tidak perlu terburu-buru untuk memasangnya kembali. 

Berikan petunjuk secara perlahan dan biarkanlah dia yang memasangnya. Maka, kalau hal yang sama terjadi lagi dikemudian hari, ia mungkin saja tidak akan menangis seperti sebelumnya tetapi, ia akan memutar otak dan memasang ban mobil itu sendiri. 

Lakukan hal yang sama ketika anak mengalami kesulitan dalam belajar. Janganlah terlalu mudah untuk menyediakan jawaban di atas kertasnya. 

Kalau seorang anak bertanya, 2 +2 sama dengan berapa pak atau bu? Jangan dengan cepat katakan 4. Tapi ambilah lidi, batu, kelereng, atau benda apapun dan buatlah agar ia menemukan jawabannya sendiri.

Maka, suatu waktu ketika seorang anak berhadapan lagi dengan kesulitan yang sama, ia tak akan bertanya lagi, tetapi dengan sendirinya akan berpikir dan melakukan sebagaimana yang pernah ditunjukkan oleh orangtua atau guru  untuk menemukan jawaban atas pertanyaannya.

2. Jangan Melarang

Baik di rumah, sekolah, maupun di sekitar lingkungan masyarakat, seorang anak akan berhadapan dengan banyak hal yang akan mendatangkan akibat baik atau buruk bagi dirinya sendiri. Sebagai pribadi-pribadi yang telah berpengalaman dengan hal-hal itu, kita hanya perlu mengingatkan dan terus mengingatkan bahwa kalau itu berbahaya, itu tidak baik, atau kalau yang ini dapat menimbulkan masalah, dan lain sebagainya.

Maka, suatu waktu seorang anak yang telah mendengar peringatan bahwa  memegang api itu dapat membakar tetapi dia tetap memegangnya juga dan terbakar, dengan sendirinya dia akan mengambil kesimpulan bahwa lain kali, saya tidak akan memegang api lagi. Terbakar itu sakit sekali rasanya. Hal yang sama berlaku untuk peringatan-peringatan yang lain. 

Semoga dengan melakukan kedua hal di atas, anak-anak dapat mengisi tabung panah mereka sampai penuh. Sehingga mereka mampu mengalahkan sendiri musuh-musuh dalam hidup karena kita tidak membunuh mereka untuk berpikir sejak awal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun