Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerai! Emang Enak?

7 September 2020   15:27 Diperbarui: 7 September 2020   23:27 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mudah Untuk Jatuh Cinta Tapi Sulit Untuk Membangun Cinta

Jatuh cinta itu gampang tapi sulit untuk mempertahankannya. Hanya dengan memandang dan mengagumi rambut yang panjang terurai, wajah yang molek, tubuh yang aduhai, dan mata yang lentik milik seorang gadis, seorang pemuda akan kelepak-kelepak dan jatuh cinta. 

Sebaliknya, hanya dengan terpesona dengan ketampanan, kegantengan, dompet yang tebal, kedudukan atau jabatan yang oke, dan mobil yang mewah milik seorang pria, seorang wanita akan melayang-layang sampai langit ketujuh dan jatuh hati.

Menjadi persoalan adalah apa yang dilihat, dipandang, dikagumi, dan membuat terpesona itu hanyalah bersifat sementara dan pemiliknya adalah seorang manusia biasa. 

Cepat atau lambat, waktu dan keadaan akan datang dan merenggut semua itu dari yang empunya. Pertanyaannya adalah ketika saatnya itu tiba dan keadaan mengubah segala-galanya, masihkah ada cinta di sana? Di sini persoalannya. 

Mudah untuk jatuh cinta tetapi sulit untuk membangun cinta. Untuk jatuh cinta, cukup dengan memandang fisik tapi untuk mendesain dan membangunnya, butuh perasaan, komitmen yang kuat, dan pengorbanan yang besar. 

Cerai. Prosesnya Tidak Gampang

Ditengah-tengah usaha negara ini untuk  berperang melawan gempuran virus corona alias Covid-19, muncul lagi masalah baru yang tak kalah heboh yakni maraknya perceraian di antara suami-isteri. 

Rupanya, dampak covid-19 tidak hanya melumpuhkan perputaran ekonomi bangsa, tetapi juga merenggut kesejahteraan rumah tangga keluarga-keluarga Indonesia. 

Banyak pihak yang menduga bahwa Pemutusan Hubungan Kerja dan hadirnya orang ketiga dalam rumah tangga (mungkin karena setiap saat di rumah saja lalu tergoda dengan rumput tetangga yang lebih hijau) menjadi pemicu terjadinya kasus ini. 

Angka atau jumlah kejadian perceraian yang menimpa salah satu kota di Indonesia (Jawa Barat), sebagaimana dikabarkan oleh salah satu televisi swasta Indonesia, cukup fantastis. Dalam satu hari kerja, terdapat 270-280 kasus yang terdaftar. 

Patut kita sayangkan, tetapi itulah kenyataan yang harus dihadapi. Pemerintah dan mereka yang mengurus keselamatan jiwa-jiwa, perlu menyikapi situasi ini dengan cerdas dan tepat agar tidak menimpa keluarga-keluarga lain di Indonesia.

Berbicara tentang cerai mungkin saja gampang. Mungkin segampang ketika jatuh cinta. Apalagi itu terlontar dalam situasi kalut, putus asa, dan tidak siap untuk menghadapi suatu kenyataan. Lidah memang tak bertulang. 

Dengan mudah ia akan berputar untuk merangkai dan melahirkan kata itu. Maka, sebelum bertindak lebih jauh, sebaiknya tenangkan suasana hati dan pikiran sebentar, untuk berpikir dan merenung lagi secara lebih sungguh dan jernih. Amat besar resiko yang harus ditanggung ketika kata itu sudah dibuktikan dengan tindakan.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa untuk menjalani suatu proses perceraian dari awal hingga akhir, harus dilalui dengan rumit dan memakan waktu yang lama. 

Seorang teman saya yang pernah mengalami dan menjalani hal yang sama, harus menunggu tiga tahun lamanya, baru mendapatkan hasil keputusan akhir. Dalam rentang waktu bergulirnya proses itu, bukan sedikit hal yang harus dikorbankan. 

Tenaga, materi,pikiran, dan perasaan, terkuras habis. Apalagi, berhadapan dengan dunia peradilan di Indonesia yang cukup berbelit-belit, ada maunya, dan kotor. Bertambah runyamlah keadaan mereka yang ditimpa masalah cerai.

Setelah Cerai, Masalah akan Selesai?

Persoalan yang timbul akibat cerai, tidak akan berakhir seiring dengan berakhirnya proses yang dijalani. Setelah bercerai, pasti saja pribadi yang bersangkutan perlu memikirkan dan memutuskan masa depan atau perjalanan hidup selanjutnya. 

Seandainya memilih untuk menikah lagi maka, persoalan baru pasti akan muncul. Segala sesuatunya harus dimulai dari awal lagi dan terutama harus mengenal seorang pribadi yang baru dengan lebih baik agar tidak runtuh lagi bangunan rumah tangga yang akan dibangun.

Perceraian juga akan menimbulkan efek negaif bagi anak-anak yang telah ada. Tekanan psikologi karena menyaksikan apa yang dialami oleh kedua orangtua, pasti meninggalkan persoalan tersendiri bagi mereka.

Kehilangan salah satu sosok, entah seorang ibu atau seorang ayah, akan berkibat buruk pada perkembangan pribadi mereka. Tak jarang ditemukan bahwa di antara mereka, ada yang menjadi minder, sedih berkepanjangan, lari untuk mencari tempat pelampiasan, berkeliaran tak tentu arah dan tempat, dan lain sebagainya. 

Bahkan, kerap dari antara mereka, ada merasa trauma sehingga tidak mau mengenal lawan jenis untuk berelasi dan berumah tangga setelah dewasa.

Beramai-ramai bercerai di tengah persoalan yang dialami oleh seluruh bangsa manusia saat ini, bukanlah jalan keluar terbaik untuk mengatasi masalah dalam rumah tangga terutama hanya karena masalah ekonomi. 

Pasangan-pasangan yang dengan berbagai dalih dan berusaha untuk membuktikannya, akan berhadapan dengan masalah yang lebih besar, pelik, rumit, dan dasyat. 

Apa yang dimiliki sekarang ini dan itu dipandang baik,  sebaiknya itu digunakan untuk mempertahankan rumah tangga yang ada saat ini. Jangan menggali lubang untuk menjerumuskan diri sendiri. Jangan sampai, maksud hati untuk menutup lubang, justru yang didapati adalah lubang lain untuk diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun