Patut kita sayangkan, tetapi itulah kenyataan yang harus dihadapi. Pemerintah dan mereka yang mengurus keselamatan jiwa-jiwa, perlu menyikapi situasi ini dengan cerdas dan tepat agar tidak menimpa keluarga-keluarga lain di Indonesia.
Berbicara tentang cerai mungkin saja gampang. Mungkin segampang ketika jatuh cinta. Apalagi itu terlontar dalam situasi kalut, putus asa, dan tidak siap untuk menghadapi suatu kenyataan. Lidah memang tak bertulang.Â
Dengan mudah ia akan berputar untuk merangkai dan melahirkan kata itu. Maka, sebelum bertindak lebih jauh, sebaiknya tenangkan suasana hati dan pikiran sebentar, untuk berpikir dan merenung lagi secara lebih sungguh dan jernih. Amat besar resiko yang harus ditanggung ketika kata itu sudah dibuktikan dengan tindakan.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa untuk menjalani suatu proses perceraian dari awal hingga akhir, harus dilalui dengan rumit dan memakan waktu yang lama.Â
Seorang teman saya yang pernah mengalami dan menjalani hal yang sama, harus menunggu tiga tahun lamanya, baru mendapatkan hasil keputusan akhir. Dalam rentang waktu bergulirnya proses itu, bukan sedikit hal yang harus dikorbankan.Â
Tenaga, materi,pikiran, dan perasaan, terkuras habis. Apalagi, berhadapan dengan dunia peradilan di Indonesia yang cukup berbelit-belit, ada maunya, dan kotor. Bertambah runyamlah keadaan mereka yang ditimpa masalah cerai.
Setelah Cerai, Masalah akan Selesai?
Persoalan yang timbul akibat cerai, tidak akan berakhir seiring dengan berakhirnya proses yang dijalani. Setelah bercerai, pasti saja pribadi yang bersangkutan perlu memikirkan dan memutuskan masa depan atau perjalanan hidup selanjutnya.Â
Seandainya memilih untuk menikah lagi maka, persoalan baru pasti akan muncul. Segala sesuatunya harus dimulai dari awal lagi dan terutama harus mengenal seorang pribadi yang baru dengan lebih baik agar tidak runtuh lagi bangunan rumah tangga yang akan dibangun.
Perceraian juga akan menimbulkan efek negaif bagi anak-anak yang telah ada. Tekanan psikologi karena menyaksikan apa yang dialami oleh kedua orangtua, pasti meninggalkan persoalan tersendiri bagi mereka.
Kehilangan salah satu sosok, entah seorang ibu atau seorang ayah, akan berkibat buruk pada perkembangan pribadi mereka. Tak jarang ditemukan bahwa di antara mereka, ada yang menjadi minder, sedih berkepanjangan, lari untuk mencari tempat pelampiasan, berkeliaran tak tentu arah dan tempat, dan lain sebagainya.Â