Mohon tunggu...
Maximillian Kenas Tarmidi
Maximillian Kenas Tarmidi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Poliglotisme sebagai Kekuatan Super yang Dapat Dipelajari

4 April 2024   22:26 Diperbarui: 15 September 2024   13:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Article 19 of UDHR: "Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right includes freedom to hold opinions without interference and to seek, receive and impart information and ideas through any media and regardless of frontiers."

Pasal 19 DUHM: "Setiap orang memiliki hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi; hak ini mencakup kebebasan untuk memiliki pendapat tanpa campur tangan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan ide melalui berbagai media dan tanpa memandang batas-batas."

Pasal 28 UUD 1945:

"Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang."

"It is no nation that we inhabit, but a language. Make no mistake; our native tongue is our true fatherland" - Emil Cioran yang bila diartikan:

"Itu bukanlah sebuah bangsa yang kita tempati, melainkan sebuah bahasa. Jangan salah paham; bahasa ibu kita adalah tanah air sejati kita." 

Kecerdasan berbahasa beranekaragam merupakan hal yang terkadang dahulu dipandang sebelah mata. Di antara tiga pilihan jurusan SMA yakni IPA, IPS, dan Bahasa, bahasa sering menduduki urutan terakhir. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah, sebab memang IPA dan IPS khususnya pelajaran penting seperti matematika, sejarah, dsb. juga merupakan pelajaran-pelajaran penting yang tidak dapat kita tinggalkan. Namun, seiring berjalannya waktu, penulis menjadi sadar bahwa mereka yang menguasai berbagai bahasa dapat dikatakan juga tidak kalah memiliki nilai jual yang tinggi. 

Sebuah pepatah Turki mengatakan: "One who speaks only one language is one person, but one who speaks two languages is two people " yang artinya: "Seseorang yang hanya berbicara satu bahasa adalah satu orang, tetapi seseorang yang berbicara dua bahasa adalah dua orang."

Bayangkan jika seseorang mengetahui dan terampil dalam banyak bahasa, ke mana pun dia pergi akan merasa tenang dan nyaman atau tidak perlu membahas sampai berpergian terlalu jauh, melalui internet sekarang kita dapat melihat dunia yang sangat luas. Tidak terkecuali kemampuan teknologi informasi dalam hal melewati tembok-tembok api berbagai negara di mana tentunya seperti kita ketahui salah satu bahasa yang perlu dikuasai adalah bahasa pemograman yang mana pada umumnya menggunakan bahasa inggris. 

Melihat berita dari media-media asing langsung dari sumbernya akan mengasah kemampuan berpikir kita dan menjamin keaslian berita yang tersebar di berbagai media asing. Kemampuan berbagai bahasa membuka mata kita untuk melihat jendela dunia yang lebih luas dari hanya sekedar membaca buku dalam satu bahasa saja misalnya. Prespektif-prespektif asing yang kemungkinan besar tentu dapat meningkatkan kebijaksanaan dan bahkan dapat berfungsi sebagai alat untuk beralih teknologi.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat juga berbunyi: "Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia .."

Melaksanakan ketertiban dunia tentunya wajib hukumnya untuk memiliki sikap toleransi dan saling menghargai bukan hanya kedaulatan negara asing melainkan budaya mereka, bahasa mereka, khususnya mereka yang berminat untuk melakukan suatu hubungan internasional. 

Berbahasa dalam suatu bahasa suatu negara berarti kita sama saja dengan menyatukan bagian dari diri kita ke dalam masyarakat mereka. Kita ikut serta menyelami kebudayaan mereka, kehidupan mereka atau juga sejarah mereka jika kita membaca literatur historis mereka. Penguasaan berbagai bahasa secara efektif memiliki banyak sekali manfaatnya.

Fisikawan terkemuka Isaac Newton pernah berkata: "We build too many walls and not enough bridges." yang artinya: "Kita telah membangun terlalu banyak tembok-tembok dan sedikit jembatan-jembatan." 

Hal ini mungkin multitafsir, tetapi penulis berpandangan bahwa perihal tersebut memiliki hubungannya dengan bahasa, yaitu penghalang sekaligus jembatan antar umat manusia. 

Bahasa itu mempersatukan, menghilangkan kesalahpahaman, dan dapat pula menjadi pembawa kedamaian. Jalan menuju pengetahuan dan kebijaksanaan ada dan jatuh pada keinginan untuk mengerti akan berbagai macam bahasa di dunia ini. Di bidang akademik, contohnya, dengan memahami begitu banyak bahasa kita dapat membaca jurnal-jurnal asing yang mungkin hanya tersedia dalam bahasa tertentu. Lupakan jurnal sejenak, seperti yang telah penulis katakan tadi, berita-berita  asing akan membawa kita jauh ke dalam dunia lain dengan prespektif yang berbeda. Wawasan dan kecerdasan kita akan bertambah pesat dengan membaca artikel-artikel asing. 

Keinginan untuk belajar akan berbagai bahasa niscaya akan membawa kita jauh ke depan meraih masa depan nan indah dan menjanjikan. Salah satu contoh yang menarik dan dapat memotivasi kita untuk mau belajar mengenai bahasa asing adalah keinginan untuk mengetahui kebenaran, khususnya kebenaran ilahi, yakni melalui kegiatan membaca kitab-kitab suci dalam bahasa asli mereka.

Mengerti akan banyak bahasa akan mempertajam 'penglihatan' kita untuk memilah mana yang merupakan suatu bias dan mana yang merupakan suatu fakta dalam kegiatan kita membaca dan mendengar.

Selain transfer teknologi, kefasihan berbagai bahasa mampu membebaskan kita dari belenggu bahasa yang selama ini memenjarakan kaum monolingual. Terperangkap oleh idealisme, seorang monolingual harus segera meninggalkan semangat nasionalisme sempitnya tersebut jika ingin terbebas dari belenggu yang telah lama membelenggunya.

Argumen lain yang mendukung pikiran mempelajari bermacam-macam bahasa adalah kita sebagai mahkluk sosial tidak akan pernah lepas dari yang namanya sosialisasi sebab kita hidup saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini jarang disampaikan lebih lanjut oleh guru-guru kita saat kita masih duduk di bangku sekolah. Mereka seringkali hanya memberikan penafsiran teman sebahasa bukan internasional dalam artian multibahasa.

Akhir kata, mari teruslah untuk belajar dan bekarya dalam multibahasa sebab tiada kata kelebihan pendidikan, terima kasih telah meluangkan waktu, semoga semua makhluk hidup berbahagia, sadhu sadhu sadhu.

Referensi

'Is Bilingualism a Superpower? | Otherwords' https://www.youtube.com/watch?v=EGGFsOPQaAU diakses 21.24 04/04/2024

KBBI V diaksed 22.04 04/04/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun