Melaksanakan ketertiban dunia tentunya wajib hukumnya untuk memiliki sikap toleransi dan saling menghargai bukan hanya kedaulatan negara asing melainkan budaya mereka, bahasa mereka, khususnya mereka yang berminat untuk melakukan suatu hubungan internasional.Â
Berbahasa dalam suatu bahasa suatu negara berarti kita sama saja dengan menyatukan bagian dari diri kita ke dalam masyarakat mereka. Kita ikut serta menyelami kebudayaan mereka, kehidupan mereka atau juga sejarah mereka jika kita membaca literatur historis mereka. Penguasaan berbagai bahasa secara efektif memiliki banyak sekali manfaatnya.
Fisikawan terkemuka Isaac Newton pernah berkata: "We build too many walls and not enough bridges." yang artinya: "Kita telah membangun terlalu banyak tembok-tembok dan sedikit jembatan-jembatan."Â
Hal ini mungkin multitafsir, tetapi penulis berpandangan bahwa perihal tersebut memiliki hubungannya dengan bahasa, yaitu penghalang sekaligus jembatan antar umat manusia.Â
Bahasa itu mempersatukan, menghilangkan kesalahpahaman, dan dapat pula menjadi pembawa kedamaian. Jalan menuju pengetahuan dan kebijaksanaan ada dan jatuh pada keinginan untuk mengerti akan berbagai macam bahasa di dunia ini. Di bidang akademik, contohnya, dengan memahami begitu banyak bahasa kita dapat membaca jurnal-jurnal asing yang mungkin hanya tersedia dalam bahasa tertentu. Lupakan jurnal sejenak, seperti yang telah penulis katakan tadi, berita-berita  asing akan membawa kita jauh ke dalam dunia lain dengan prespektif yang berbeda. Wawasan dan kecerdasan kita akan bertambah pesat dengan membaca artikel-artikel asing.Â
Keinginan untuk belajar akan berbagai bahasa niscaya akan membawa kita jauh ke depan meraih masa depan nan indah dan menjanjikan. Salah satu contoh yang menarik dan dapat memotivasi kita untuk mau belajar mengenai bahasa asing adalah keinginan untuk mengetahui kebenaran, khususnya kebenaran ilahi, yakni melalui kegiatan membaca kitab-kitab suci dalam bahasa asli mereka.
Mengerti akan banyak bahasa akan mempertajam 'penglihatan' kita untuk memilah mana yang merupakan suatu bias dan mana yang merupakan suatu fakta dalam kegiatan kita membaca dan mendengar.
Selain transfer teknologi, kefasihan berbagai bahasa mampu membebaskan kita dari belenggu bahasa yang selama ini memenjarakan kaum monolingual. Terperangkap oleh idealisme, seorang monolingual harus segera meninggalkan semangat nasionalisme sempitnya tersebut jika ingin terbebas dari belenggu yang telah lama membelenggunya.
Argumen lain yang mendukung pikiran mempelajari bermacam-macam bahasa adalah kita sebagai mahkluk sosial tidak akan pernah lepas dari yang namanya sosialisasi sebab kita hidup saling membutuhkan satu sama lain. Hal ini jarang disampaikan lebih lanjut oleh guru-guru kita saat kita masih duduk di bangku sekolah. Mereka seringkali hanya memberikan penafsiran teman sebahasa bukan internasional dalam artian multibahasa.
Akhir kata, mari teruslah untuk belajar dan bekarya dalam multibahasa sebab tiada kata kelebihan pendidikan, terima kasih telah meluangkan waktu, semoga semua makhluk hidup berbahagia, sadhu sadhu sadhu.
Referensi