Mereka memperoleh informasi melalui Facebook dan tergerak untuk membantu. Perjumpaan dalam facebook memiliki dampak positif yang menunjang perkembangan taman baca. Facebook sangat membantu perkembangan dan kemajuan dalam banyak bidang jika digunakan secara baik.
Taman baca Ila One Nua dibuka tiga kali dalam seminggu. Biasanya waktu sore hari sekitar jam setengah empat. Antusiasme anak-anak yang luar biasa kadang memaksa saudara Vichar untuk membuka taman baca di luar dari pada jadwal yang ditetapkan. Satu dua jam berada di taman baca membuat anak-anak merasa senang, karena mereka bebas menikmati buku-buku yang mereka sukai.
Taman baca tersebut hanya dibuka pada siang hari dan belum bisa dibuka pada malam hari lantaran belum ada listerik. Taman baca Ila One Nua juga letaknya agak jauh dari rumah penduduk dan dikelilingi oleh hutan kopi, sehingga cukup banyak nyamuk di tempat tersebut yang mengganggu aktivitas membaca anak-anak.
Berbicara mengenai Taman Baca Ila One Nua tentu tidak terlepas dari sosok sang pendiri. Kae (kakak dalam bahasa Ende Lio) Vichar, demikian ia kerap disapa. Kae Vichar adalah putera asal Detupau yang sangat antusias membangun kampung asalnya.Â
Ia menyelesaikan program studi PGSD di Universitas Flores pada tahun 2014. Seusai pendidikan ia langsung kembali ke kampung dengan motivasi untuk membangun kampung halamannya.
Saudara Vichar meyakini bahwa literasi adalah jantung dari kemajuan peradaban manusia. Wawasan yang luas akan memengaruhi sistem berpikir masyarakat untuk memiliki hidup yang lebih baik.
Walau demikian perlu disadari bahwa menghadirkan sesuatu yang baru di tengah masyarakat bukanlah perkara yang mudah.
Memunculkan atau menghadirkan sesuatu yang baru tentu tidak terlepas dari kendala-kendala yang merintanginya. Banyak tantangan yang dihadapi, mulai dari perjuangan memikul buku-buku seorang diri dengan jarak lima kilo meter -lantaran akses jalan- hingga muncul pandangan-pandangan kurang membangun yang menganggap saudara Vichar sudah gila.
Kae Vichar berusaha membuka cakrawala berpikir masyarakat setempat, agar mereka memahami apa yang dimaksudkan dengan literasi. "Terus bergerak untuk menggapai impian kita sejauh itu positif, baik dan membangun. Tetap semangat gapai tujuan" demikian tutur kae Vichar di sela-sela perjumpaan kami.
Ada yang berkomentar demikian "datang pikul buku saja, coba sesekali datang bawa perempuan bae". Komentar-komentar demikian jika ditanggapi secara positif akan menjadi motivasi untuk kita berbuat lebih. Kita diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Ada waktu untuk untuk berkarya dan ada waktu untuk memiliki isteri serta menjalankan hidup berkeluarga.