Tiba-tiba hawa canggung menyelimuti kami ber empat, aku pun memutuskan untuk memecah ke kecanggungan tersebut.
"Omong-omong, nama ku Tanner senang bertemu kalian."
"Namaku Shirley" ucap si perempuan yang menamparku
"Dan aku Lory, senang berkenalan denganmu" ucap nya dengan nada yang terdengar imut, walaupun ke imutan itu hilang karena aku baru ingat masih ada pisau yang mengarah padaku.
"Lory, taruh kembali pisau itu, kecuali kau ingin memotong Tanner dan menjadikan dirinya sebagai bahan makanan kita."
"Aku tidak keberatan memakan dirinya"
Entah apa yang dipikirkan si Lory, aku tidak tahu apakah dia berusaha bercanda atau memang sungguh ingin melakukanya, jika saja ia kanibal, aku lebih baik lompat dari apartemen setinggi 17 lantai ini dan mati dengan mengenaskan, daripada harus mati menjadi bahan santapan 3 perempuan kanibal.
"Hentikan Lory, menjijikan..." ucap Shirley "Kita harus menjamu... bukan, 'memperlakukan' tamu kita dengan baik, dan juga manusiawi. Jangan bawa sifat belantara hutan mu disini, apalagi selama ada tamu."
Lory pun mengangguk dan langsung kembali masuk ke kamarnya, aku merasa bahwa mereka berdua seperti kakak adik, mungkin saja itu menjelaskan kenapa dapur mereka sempat terbakar saat salah satu saja dari mereka mencoba untuk memasak.
"Maafkan atas kelakuanku tadi Tanner, aku tidak bermaksud melakukan hal itu, aku hanya mengiramu seorang penguntit atau pencuri." ucap Shirley
"Tidak apa, banyak jugaorang yang mengira kalau diriku merupakan seorang pedofil, jadi penguntit atau pencuri belum terlalu parah" ucapan diriku membuat kamu bertiga tertawa ringan.