Mohon tunggu...
Maxie Timotius
Maxie Timotius Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa dengan minat di dunia pariwisata.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Negeri di Atas Awan, Wae Rebo

14 Desember 2022   18:26 Diperbarui: 14 Desember 2022   20:35 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
detikTravel/Faela Shafa.

Jika anda sedang berlibur ke timur Indonesia, kurang lengkap rasanya jika tidak memasukan negeri di atas awan kedalam daftar kunjungan Anda. Desa Wae Rebo adalah sebuah desa tradisional di Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Desa ini terkenal karena arsitektur rumah-rumah tradisionalnya yang unik, yang dikenal sebagai Mbaru Niang. Rumah-rumah ini dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu dan daun-daun lokal, dan memiliki bentuk yang seperti kerucut dengan atap yang terbuat dari daun ijuk.

Rumah adat Wae Rebo merupakan rumah yang dibangun menggunakan material-material alami seperti kayu, daun-daun ijuk, dan bambu. Bangunannya menyerupai bentuk kerucut dan terdiri dari tujuh buah rumah yang disusun secara berjajar. Masing-masing rumah memiliki tinggi sekitar 5-7 meter dan memiliki luas sekitar 20 meter persegi.

Rumah-rumah tersebut dihubungkan dengan tangga yang terbuat dari kayu, sehingga memudahkan penduduk desa untuk berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Selain itu, rumah-rumah tersebut juga dilengkapi dengan lubang pada bagian atasnya sebagai jalan masuk cahaya matahari. 

Keunikan rumah adat Wae Rebo terletak pada cara pembangunannya yang tidak menggunakan paku atau baut, melainkan hanya menggunakan ikatan-ikatan dari kayu. Hal ini membuat rumah-rumah tersebut kuat dan tahan lama meskipun terpapar cuaca yang buruk.

Selain itu, desa Wae Rebo juga memiliki kebudayaan yang unik dan kaya. Penduduk desa tersebut masih menjaga tradisi-tradisi lokal seperti upacara adat, tarian, dan musik. Hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya dan kebiasaan penduduk desa tersebut.

Penduduk desa ini terdiri dari beberapa suku yang berbeda, termasuk suku Manggarai, suku Rongga, dan suku Denge. Mereka hidup berdampingan dan saling menghargai, serta mempertahankan budaya dan tradisi masing-masing.

detikTravel/Faela Shafa.
detikTravel/Faela Shafa.

Salah satu tradisi yang terkenal di Desa Wae Rebo adalah Upacara Adat Penti yang dilakukan sebagai tanda syukur kepada Mori Jari Dedek (Tuhan Pencipta) dan kepada arwah nenek moyang atas semua hasil jerih payah yang telah diperoleh dan dinikmati, juga sebagai tanda celung cekeng wali ntaung (musim yang berganti dan tahun yang beralih). 

Upacara ini biasa dilakukan setelah semua panenan rampung (sekitar Juni-September). Jikalau sanggup, acara ini dilakukan setiap tahun tetapi seringkali tiga atau lima tahun sekali. Ada keyakinan bahwa jika acara ini tidak dilakukan, akan membuat Mori Jari Dedek marah. Kalau hal itu terjadi, akan ada bencana-bencana yang menimpa masyarakat Manggarai.

Desa Wae Rebo juga terkenal karena kebudayaan dan tradisi suku Manggarai yang masih kuat di komunitasnya. Masyarakat desa ini masih melestarikan adat-istiadatnya, termasuk dalam cara berpakaian, bercocok tanam, dan bersosialisasi.

Desa Wae Rebo cocok untuk wisatawan yang menyukai alam dan budaya. Dengan keindahan alam pegunungan yang masih alami dan terjaga, serta arsitektur rumah adat yang unik dan simbolik, Desa Wae Rebo menawarkan pengalaman wisata yang berbeda dari destinasi lainnya. 

Wisatawan yang menyukai petualangan dan mencari pengalaman berbeda akan merasa betah berwisata di desa ini. Selain itu, Desa Wae Rebo juga cocok untuk wisatawan yang mencari ketenangan dan kedamaian, karena desa ini terletak di dataran tinggi yang sejuk dan tenang.

Di Desa Wae Rebo, Anda dapat menikmati berbagai aktivitas yang menarik, seperti:

1.  Mengunjungi rumah adat mbaru niang yang terdiri dari enam bangunan yang terpisah namun saling berhubungan satu sama lain. Arsitektur rumah adat ini merupakan simbol keberagaman budaya yang ada di desa ini.

2.  Menikmati panorama alam yang indah di sekitar Desa Wae Rebo. Desa ini terletak di dataran tinggi di tengah-tengah pegunungan yang indah, sehingga memiliki pemandangan yang menakjubkan. Anda dapat berjalan-jalan di sekitar desa untuk menikmati keindahan alam tersebut.

3.  Berinteraksi dengan warga desa untuk mempelajari budaya dan kebiasaan mereka. Desa Wae Rebo memiliki keberagaman budaya yang kaya, sehingga Anda dapat belajar banyak hal tentang budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut.

4.  Mencicipi masakan khas Desa Wae Rebo yang disajikan oleh warga setempat. Desa ini memiliki masakan khas yang terbuat dari bahan-bahan segar yang diperoleh dari alam sekitar, sehingga menawarkan cita rasa yang unik dan khas.

5.  Mengikuti acara-acara tradisional yang diselenggarakan oleh warga desa, seperti upacara adat, pertunjukan seni, dan lain-lain. Dengan mengikuti acara-acara tersebut, Anda dapat merasakan suasana dan kebudayaan desa secara langsung.

Untuk mencapai Desa Wae Rebo, Anda dapat mengikuti dua rute berikut, yang pertama rute darat dari Labuan Bajo kemudian ke Ruteng, lalu ke Desa Dintor, lalu ke Desa Wae Rebo. Namun, jika menggunakan jalur darat ini, Anda bisa menggunakan kendaraan hanya sampai Desa Dintor dan perjalanan selanjutnya ke Desa Wae Rebo harus melakukan trekking selama sekitar dua jam.

Selanjutnya, rute kedua adalah jalur laut dari Labuan Bajo dengan melewati Pesisir Nangalili, lalu Pulau Mules, lalu Dintor, kemudian barulah ke Desa Wae Rebo. Jika memilih jalur laut, Anda harus merogoh kocek sekitar Rp400.000 untuk menyewa perahu.

Jika Anda berminat untuk berkunjung ke Desa Wae Rebo, estimasi biaya yang perlu dipersiapkan adalah yang pertama untuk menyewa mobil dengan estimasi Rp1.000.000 per hari. 

Selanjutnya, biaya masuk dan menginap per orang ke Desa Wae Rebo Rp350.000 sudah termasuk Welecome Tea, Makan Malam, Sarapan Pagi dan kasur maupun selimut hangat. Untuk estimasi pengeluaran berikutnya, di Desa Wae Rebo disediakan jasa guide dengan biaya Rp300.000 per rombongan dan Anda juga dianjurkan untuk memberikan donasi ke pemangku adat dengan estimasi Rp50.000 per rombongan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun