Ada sebuah tanggapan menarik tentang pemberitaan di Kompas, 03 Mei 2012 (Presiden Ahmadinejad Ditangkap Pengawal Revolusi). Seorang kawan, me-repost informasi mengenai beberapa kejanggalan berita ini. Menjadi menarik tentu karena yang menghadirkan berita ini Kompas, yang saya kira punya kredibilitas sendiri dalam menyajikan beritanya. Fakta mengenai The Guardian Express yang kemudian disimplekan di paragraf berikutnya menjadi The Guardian saja, keduanya bukan kantor berita yang sama. Yang satu di Amerika Serikat, yang satunya dari Inggris (yang terkemuka itu), sedang yang di AS media berita biasa2 saja. Terkait hal ini saja saya pribadi cukup merasa aneh. Saya yakin teman-teman di Kompas tau betul mengenai dua kantor berita ini, dan konsekuensi pengutipan dengan 'penyamaran' seperti itu. Yah, mas Egidius Patnistik (editor berita di Kompas ini), merasa akan lebih PD memuat berita ini dengan mencantumkan Guardian saja tanpa express. Tapi yang mencengangkan, kalau ini betul, bahwa berita yang dikutip dari the Guardian Express ini ternyata tidak valid informasinya, dan dalam hal ini catatan saya berarti Kompas tidak melakukan verifikasi atau klarifikasi pada pihak yang diberitakan. Sekedar mengutip, dan an sich menyajikan berita ini sebagai fakta lapangan yang benar. Kalau sudah demikian, apalagi yang bisa diterima dari pemberitaan di Kompas, kalau tidak semacam berita bohong ya paling sengaja menampilkan berita propaganda, karena prinsip kehati-hatian ini diabaikan.
berikut ini sanggahan seorang kawannya kawan saya terkait berita di Kompas mengenai penculikan Ahmadinejad: Sebuah berita yang terdengar aneh soal Iran dirilis Kompas, “Ahmadinejad Ditangkap Pengawal Revolusi”. Sebenarnya sekilas saja, buat yang cukup mengenal kultur politik di Iran, akan segera menangkap berita ini terlalu mengada-ada. Tapi tak apalah, iseng-iseng saya tulis sedikit, sekedar untuk membuktikan bahwa yang disebut ‘penyesatan informasi’ itu memang ada. Semoga saja kita semua bisa semakin kritis membaca berita, untuk isu apapun (bukan cuma soal Iran; ini hanya contoh kasus saja), apalagi kalau isu itu berpotensi memecah-belah kerukunan bangsa Indonesia.
Di paragraph pertama, Kompas menyebut sumbernya ‘The Guardian Express’ yang dikutip pula oleh Jerusalem Post dan Daily Beast (so, you know deh lah). Perlu diketahui, ini media berbeda dengan The Guardian yang terkenal (dari Inggris) itu. Tapi di paragraph selanjutnya, Kompas mengaburkannya dengan menyebut ‘The Guardian’ saat mengutip informasi. Bahkan di akhir tulisan memberikan link ke The Guardian yang di Inggris. Dengan menyebut The Guardian, bobot berita memang terkesan lebih credible, karena pamor The Guardian memang beda dengan The Guardian Express dari AS itu.
Berikut ini beberapa poin berita dari Kompas dan kesalahannya (kalimat dalam […] dari Kompas):
[Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ditangkap dan ditahan selama tujuh jam pada Senin (29/4/2013) lalu]. Faktanya: Senin 29 April 2013, Ahmadinejad berada di Tabriz , sekitar 800 km dari Tehran. [Ahmadinejad tengah dalam perjalanan pulang dari pameran buku di Teheran] Faktanya: pameran buku di Tehran baru dibuka hari Rabu 1 Mei 2013, hari Senin 29 April 2013 belum ada pameran buku.
[ Ahmadinejad diinterogasi selama berjam-jam dalam pertemuan dengan Taeb; Asghar Hejazi, Kepala Intelijen di kantor pemimpin tertinggi] Fakta: Hossein Taeb bukan Kepala Intelijen Pengawal Revolusi. Yang dimaksud ‘Pengawal Revolusi’ adalah Sepah-e Pasdaran, dan tidak ada ‘lembaga intelijen’ dalam Sepah-e Pasdaran, sehingga tidak ada yang disebut ‘Kantor Intelijen Pengawal Revolusi’. Nama Asghar Hejazi, Kepala Intelijen di kantor pemimpin tertinggi; juga fiktif karena kantor pemimpin tertinggi (yang dimaksud tentunya kantor Leader/Rahbar Iran, yaitu Ayatullah Khamenei) tidak ada struktur kepala intelijennya.
[Ahmadinejad juga telah terlibat dalam perebutan kekuasaan yang sedang berlangsung dengan keluarga Larijani] Faktanya: Memang ada bersaudara Larijani yang jadi tokoh terkenal di Iran, yaitu Dr. Ali Larijani ketua Parlemen, Ayatullah Sadeg Larijani, ulama yang menjabat Ketua Mahkamah Agung, dan Dr. Javad Larijani yang dikenal sebagai pakar matematika. Tapi mereka tidak membentuk klan, dinasti, apalagi ‘faksi’ seperti disebut Kompas: ‘sebuah faksi yang memegang beberapa kursi kunci kekuasaan di negara Timur Tengah itu.’ Terlalu mengada-ada. Dalam pilpres 2013, Larijani juga tidak ikut nyapres.
Dan, yah ada beberapa hal lain yang dipelintir, tapi terlalu detil kalau saya jelaskan dan ga penting banget buat kita. Intinya, ini bisa masuk kategori hoax. Dan pemberitaan model begini sudah sangat sering menimpa Iran.
Oiya, sumber saya dari mana? Dari temen saya orang Iran. Terserah saja, percaya atau tidak :) By: Dina Y. Sulaeman
Foto: Ahmadinejad dan Sepah-e Pasdaran (Pasukan Pengawal Revolusi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H