Mohon tunggu...
Max Havellar
Max Havellar Mohon Tunggu... profesional -

senang jalan-jalan. kadang suka diam di rumah. kadang juga senang makan meski kadang kehilangan selera. kadang begitu bersemangat terkadang patah arang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menu Ketupat Seminggu Setelah Lebaran

7 Agustus 2013   11:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:32 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Ketupat dalam tradisi masyarakat pesisir tida hanya hadir saat lebaran ketupat, seminggu setelah lebaran. Ketupat yang selalu ditemani lepet (dari ketan), hadir juga sebelum idhul fitri dirayakan. Orang di kampungku, di Rembang, Jawa Tengah, biasa menyebutnya malam songolikuran atau 29, sebab dilaksanakan di malam ramadhan ke 29. "][/caption] kini marak kalau saat lebaran di meja makan tersedia ketupat sayur dan opor ayam. menu ‘wajib’ lebaran katanya. “lah di pantura atau jawa umumnya yang namanya ketupat lebaran itu ya bukan di hari h lebaran adanya, seminggu setelahnya baru ada itu menu ketupat plus dengan berbagai sayur dan lauk sesuai selera. si emak tiap tahun pasti buat dua jenis jangan (sayur), jangan abang dan jangan kuning sama2 berisikan ayam, tahu tempe, dan beberapa potong ikan panggang. nah, di kampungku, ketupat yang umumnya dibuat sendiri itu tak cukup dibuat hanya untuk makan sekeluarga. di malam ke enam setelah lebaran, warga berkumpul di mushala atau masjid dengan membawa satu nampan berisi sekitar lima belasan ketupat disertai semangkuk sayur dan beberapa lepet. daun pisang biasanya menjadi penutup nampan, yang kemudian digunakan untuk menjadi ‘piring’ di saat doa bersama selesai. hajatan ini biasanya tak begitu lama. seorang yang biasa ditunjuk menjadi pemimpin doa akan memulai membaca fatihan dan doa2 berikutnya yang diikuti jamaah. setelah rangkaian doa diucap, acara makan ketupat bersama dilakukan. tentu tak semua ketupat di nampan akan habis dimakan bersama. paling empat atau lima ketupat dari masing2 nampan yang diambil. selebihnya akan dibagikan kembali untuk di bawa ke rumah masing-masing. nah, sekarang di tivi2 dikatakan kalau lebaran identik dengan ketupat. tak sepenuhnya salah, karena dengan melihat jumlah pemudik yang kalau jakarta ditinggal oleh mereka akan menjadi sepi, sangat mungkin tradisi menyediakan menu ketupat di hari lebaran yang notabene tradisi orang jakarta juga akan terbawa ke kampung halaman. kedua, karakter media televisi kita yang memang lebih jakarta sentris. tapi tak sepenuhnya benar juga. bagi saya menyiapkan menu ketupat di hari lebaran adalah bagian kecil dari tradisi yang hadir di saat lebaran. penyajian ketupat di saat seminggu setelah lebaran kalau dilihat dari peta geografis pelakunya tentu lebih besar dibandingkan tradisi ketupatan di hari h lebaran. kalau saya misalnya ditanya apakah menu ‘wajib’ di saat hari h lebaran, saya akan menjawab lontonglah menu utamanya, bukan ketupat yang punya orang kota jakarte itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun