Mohon tunggu...
max djoyo
max djoyo Mohon Tunggu... -

ayo berbagi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Doa Ketika di TPS

21 Juni 2014   02:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:57 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya ALLAH, saya memilih si A, semoga apa yang saya pilih menjadi berkah bagi kami, masyarakat, lingkungan, bangsa dan agama kami. Namun, jika ternyata si A tidak menjalankan amanat rakyat, menipu, korupsi, memimpin dengan dholim maka cepatkanlah balasan yang terbaik untuknya”. Amin..... lalu nyoblos.

Nah, jadi setelah kita berikhtiar dengan berbagai pertimbangan untuk memilih siapa calon pemimpin kita, jangan lupa untuk menyerahkan segalanya kepada Allah Yang Maha Kuasa. Dengan melakukan hal ini pastinya kita akan lebih PLONG, karena apa yang kita lakukan kita serahkan kepada Sang Pencipta Segalanya.

Di negara kita ini sering dijumpai yang namanya pemilu (pemilihan umum). Pemilihan umum di Indonesia tidak pernah usai dan terus sambung menyambung. Mulai dari pemilihan ketua RT, pemilihan kepala desa, bupati atau walikota, gubernur, anggota legislatif, dan presiden serta wakilnya. Dan ini menghabiskan dana negara yang begitu luar biasa.

Pemilihan umum ditujukan untuk memilih pimpinan yang mampu membawa institusi dan khususnya masyarakat secara keseluruhan ke arah yang lebih baik dari segi apapun. Nah, tidak sedikit dari kita sebagai pemilih, bingung mengenai siapa sosok yang paling tepat untuk dipilih.

Ada yang mengatakan bahwa pemilihan umum di Indonesia ini bagaikan memilih pmpinan dalam karung. Hal ini adalah pelesetan dari ungkapan “bagaikan membeli kucing dalam karung”. Karena ketika masyarakat memilih pimpinannya misalnya saja calon legislatif, masyarakat belum sepenuhnya mengenal sosok calon perwakilannya tersebut.

Bisa jadi memilih ketua RT itu lebih banyak pertimbangannya dibandingkan dengan memilih calon legislatif atau bahkan presiden sekalipun. Maksudnya adalah ketika masyarakat harus memilih ketua RT pastinya dia akan memilih sosok warga yang terbaik yang dirasa mampu membawa perubahan di kampungnya.

Masyarakat memilih ketua RT tentunya bukan hanya dari visi-misinya semata, tetapi lebih kepada perilaku, akhlak, moral dari pemimpin tersebut. Sekali lagi bukan hanya visi misinya apalagi kekayaan, kepintaran dan ketampanan yang menjadi ukuran dalam memilih pimpinan, tetapi lebih ke akhlaknya ditengah keluarga dan lingkungannya, serta tanggung jawabnya selaku pimpinan dengan bekerja keras dan ikhlas.

Memilih ketua RT itu juga lebih mudah. Kita tidak perlu membaca media yang bisa saja mencoba menggiring pemikiran publik, tetapi kita melihat sendiri bagaimana tindak tanduk calon jauh sebelum masa kampanye, karena apapun yang dilakukan oleh calon menjelang dan ketika masa kampanye hanya dia dan Tuhan yang tahu motifnya.

Semoga kita mendapatkan pemimpin yang membawa perubahan lebih baik untuk Indonesia dan seisinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun