Mohon tunggu...
Aditya Wahyu Bambang Pratama
Aditya Wahyu Bambang Pratama Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa IAIN Jember

Facebook : Aditya Wahyu Instagram : aditya_wahyu_bp Twitter : Aditya_Wahyu_BP Youtube : MaxCos Gaming

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema Menjadi Guru saat Wabah Covid-19

15 April 2020   16:28 Diperbarui: 15 April 2020   19:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah satu bulan lebih wabah covid19 menghantui Indonesia. Sekolah-sekolah di liburkan hingga para pekerja juga ikut terkena imbasnya. Sholat berjamaah di masjid pun juga dilarang, karena penularan virus ini sangat mudah apabila kita dalam keramaian. 

Jika salah satu penderita yang tidak menimbulkan gejala ada dalam keramaian tersebut, maka akan terjadi reaksi berantai dan menulari orang lain disekitarnya. Demi memutuskan mata rantai penyebaran, pemerintah melakukan apa saja untuk melindungi rakyatnya. 

Mulai dari sosial distancing, penutupan suatu daerah, penyemprotan desinfektan dan lain-lain. Tapi bagaimana nasib para pelajar penerus bangsa ? Apakah mereka tidak mendapatkan tugas pengganti ataukah hanya diam di rumah mengikuti kebijakan pemerinah ?

Selama wabah masih berlanjut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menghimbau seluruh siswa-siswi se-Indonesia untuk tetap belajar di dalam rumah melalui tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Nadiem juga menghimbau kepada guru dan dosen untuk tidak selalu memberikan tugas selama pemberlakuan belajar dari rumah akibat wabah Covid-19.

Beliau mengatakan, guru harus tetap berkomunikasi dan membimbing para murid. Dilansir dari Tempo.co, Nadiem mengaku mendengar banyak sekali keluhan dari orang tua siswa dan mahasiswanya mendapatkan tugas berat. Namun penugasan itu tidak diiringi bimbingan dan penjelasan dari guru atau dosen.

"Jadi mohon bahwa guru-guru itu juga benar-benar mengajar dari rumah dan membantu membimbing siswa-siswanya," kata beliau. Dan pada konferensi pers, Selasa 24 Maret 2020, beliau mengatakan "Kami menekankan bukan berarti gurunya hanya memberikan pekerjaan saja kepada muridnya tapi juga ikut berinteraksi dan berkomunikasi membantu dalam mengerjakan tugas".

Di Palembang tepatnya di SDN 108, Guru dan Kepala sekolah tetap menjalankan tugas secara bergilir. Menurut lenterapendidikan.com, hal ini dilakukan untuk melayani siswa dan orang tua murid yang memiliki kepentingan di sekolah. Kepala SDN 108 Palembang, Dewi Murni berharap "Semoga musibah yang melanda dunia dan indonesia ini yaitu penyebaran Virus Covid 19 cepat berakhir sehingga kehidupan normal kembali sedia kala dan jangan lupa untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT".

Dilema-dilema yang dihadapi oleh guru sangatlah tidak mudah, kita sebagai siswa juga harus menghargai apapun yang diberikan oleh seorang guru dan begitu juga sebaliknya. Seorang guru juga harus bias bekerja sama dengan muridnya dan juga harus mengerti keadaan muridnya sebelum memberikan tugas.

Sekian untuk artikel ini, terima kasih para pembaca sudah meluangkan waktunya untuk membaca artikel saya, apabila ada salah kata mohon maaf sebesar-besarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun