Kembali ke agen ganda, sejarah agen ganda di Korea Utara atau bisa disebut “pura-pura membelot” atau “membelot pura-pura” (dua pemaknaan istilah itu berbeda), bukan hal baru bagi Korea Utara.
Ada sosok Kim Hyon Hui yang pada tahun 1987 sempat heboh. Pada November 1987, dua intelijen Korut menyamar sebagai ayah dan anak meledakkan pesawat penumpang Korea Selatan.
Sebanyak 115 penumpang dan kru tewas. Kim Hyon Hui ditangkap di bandara Bahrain dan agen pria yang berusia 72 tahun bunuh diri menggunakan kapsul sianida ketika ditangkap.
Kim Hyon Hui diekstradisi ke Seoul dan mengakui, peledakan pesawat itu ditujukan untuk mengganggu rencana Olimpiade Musim Panas di Seoul, 10 bulan setelah peristiwa. Kim dijatuhi hukuman mati. Namun, kemudian dia menerima pengampunan setelah dinyatakan sadar melalui proses cuci otak.
Kim pun kini menjadi penulis dan membuat sejumlah buku laris. Dia menikah dengan mantan pejabat intelijen Korea Selatan.
Dalam dunia intelijen, proses cuci otak agak sulit diterima apalagi ketika seorang inteiljen tertangkap kubu musuh dan kemudian sudah dijatuhi hukuman mati.
Selain itu, Korea Utara yang dikenal sebagai negara komunis agaknya sulit untuk melepaskan cara-cara tradisional operasi intelijen di tengah kemajuan teknologi. Penggunaan sianida dan menggunakan wanita sebagai perangkat operasi juga menjadi ciri ketradisionalan itu.
Bahkan isu menyatakan, empat terduga yang menjadi otak pembunuhan Kim Jong Nam melarikan diri ke Indonesia. Namun informasi itu belum sepenuhnya benar, bahwa keempatnya pernah berkunjung ke Indonesia adalah benar adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H