Tahun 2020 merupakan tahun yang berat untukku. Tahun yang dijalani dengan penuh tantangan dan pengorbanan. Suka duka datang silih berganti. Tetapi dibalik semua itu ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, ada pengalaman yang bisa dikenang, ada rencana yang kelak akan dimengerti. Percaya bahwa di setiap detik dalam hidup tiada satu pun yang lepas dari kendali Sang Ilahi.
Belum Waktu-Nya
Setelah gagal di penerimaan CPNS tahun 2018, semangat belajar dan berjuang semakin dinyalakan untuk mempersiapkan diri untuk ikut kembali di penerimaan tahun 2019. Dimulai dari menyusun jadwal belajar untuk persiapan CPNS agar tidak terbentur dengan waktu mempersiapkan bahan mengajar di sekolah dan di les sore.
Materi kewarganegaraan yang sudah di susun dalam mind mapping tertempel indah di dinding kamar. Tujuannya agar bisa dibaca kapan saja saat berada di dalam kamar. Materi itu akan berganti setelah satu atau dua hari (tergantung kemampuan) untuk memahami materi tersebut. Tryout secara online juga dilakukan untuk mengasah kemampuan, bahkan saat jam istirahat di sekolah menikmati waktu tersebut untuk membaca UUD 1945.
Hasilnya? Aku lulus secara passing grade, namun gagal dalam peringkat. Lantas, apa harus menyesal? Tidak, karena aku sudah berjuang semampuku. Jika ditanya, sedih? Itu pasti. Tapi kesedihan itu tidak lama karena dukungan dan semangat yang terus mengalir dari keluarga yang terus setia menopangku.
"Anggap saja kamu sedang menanam palawija. Ketika masa panen, harga tiba-tiba anjlok. Besok tanam lagi, siapa tahu panen besok kamu beruntung. Hari ini mungkin belum beruntung, untuk esok siapa yang tahu?"
Itu adalah pesan yang ku terima dari Ayahku. Pesan yang membuatku mulai menanam kembali.
Kegagalan ini membawaku kepada sebuah pemahaman bahwa jika memang belum waktu-Nya, apa yang kita kejar tidak akan pernah kita dapat. Bukan berarti berhenti berlari, melainkan teruslah berlari. Latihlah kekuatan kaki dan hati untuk terus melaju sampai Tuhan berkata "Ini waktu-Ku".
Melepas Untuk Mendapat Kepercayaan Lagi
Tahun 2020 aku juga diminta untuk melepas. Dengan berat hati harus melepas karir, dan hubungan. Hancur? Tentu saja! Sebab di setiap hal yang ku bangun, aku selalu menyemai harapan-harapan yang nantinya akan ku tuai di masa depan. Itu mengapa duniaku rasanya runtuh ketika 2020 adalah tahun dimana aku harus rela melepas semua itu. Meski berat, aku mencoba meyakinkan diri bahwa "Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil" dan Tuhan yang sama yang akan memberikan kepadaku kepercayaan baru untuk membangun dan menyemai kembali impian dalam karir dan hubungan.
Kisah gagal dan melepas yang terjadi di tahun 2020 memberikan pengalaman luar biasa dan aku berterima kasih untuk itu. Sebagai wanita aku harus terus belajar dan tidak boleh berhenti berharap. Harapannya di tahun 2021 segala yang pergi digantikan dengan yang lebih baik, untuk yang pedih akan didatangkan sukacita, untuk rasa pahit akan selalu disisipi rasa manis, dan untuk yang hilang harapan akan segera menemukan nyala untuk tetap bertahan dan melangkah kembali.
"Kalau manis jangan langsung ditelan, kalau pahit jangan langsung dibuang"Â
adalah kalimat nasihat yang selalu dikatakan oleh guru Bahasa Indonesiaku saat SMA dulu. Dan kata-kata ini menolongku bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Memahami bahwa dalam kepahitan sekalipun, Tuhan selalu merancangkan kebaikan didalamnya. Rancangan yang tidak akan pernah dapat diselami oleh manusia namun pasti mendatangkan kebaikan.
Terima kasih 2020 dan bersahabatlah denganku wahai 2021. Terima kasih diriku, kamu sudah berjuang dalam perjalanan ini. 2021 dengan segala kisahnya siap menanti. Mari semakin menguatkan hati untuk saling menyemangati di tahun ini. Semoga 2021 adalah waktu dimana Tuhan mengatakan "Ini Waktu-Ku" pada tiap harapan dan doa yang sudah dan akan dilangitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H