"Bu, ayo mulai cerita fabelnya! Cerita fabel yang baru. Aku sudah tidak sabar!" Anak lelaki bernama Max itu menarik-narik tangan ibunya yang tengah sibuk membersihkan rumah.Â
"Sabar ya... Ibu selesaikan dulu bersih-bersihnya" ujar sang ibu dengan senyuman di wajah.
"Sekarang Bu, aku mau dengar cerita fabel itu sekarang" Max yang berusia 6 tahun itu terus memaksa dan menarik sapu dari tangan ibunya.Â
"Baiklah" Sang ibu menghela nafas lalu duduk menemani putra kesayangannya itu untuk bercerita.Â
Sebaik KimciÂ
Suatu ketika, hiduplah seekor anak anjing yang bernama Kimci dan seekor ayam betina bernama Chiki. Mereka berdua tinggal di lingkungan yang sama. Di sebuah tempat yang tidak jauh dari desa.Â
Kimci adalah anak anjing yang sangat lucu. Bulu berwarna pirang dengan corak pink di daerah kakinya membuat ia terlihat sangat menarik. Beberapa kali penduduk desa berusaha menangkapnya karena keunikan yang dimilikinya.Â
Melihat hal tersebut, Chiki si ayam betina menaruh rasa tidak suka kepadanya. Menurutnya ia jauh lebih menarik dengan bulu-bulu halus berwarna cokelat kehitaman miliknya. Rasa tidak suka itu membuat Chiki sangat membenci Kimci. Apalagi warga desa sering sekali memberi makanan untuk menarik perhatian Kimci.Â
Suatu malam, Kimci sedang asyik menikmati makan malamnya. Sebuah bungkusan di plastik yang berisi sisa-sisa nasi dan tulang ikan. Tiba-tiba Chiki datang menghampiri ke arah Kimci dan ikut makan tanpa permisi.Â
"Kamu belum makan?" Tanya KimciÂ
"Iya, aku lapar sekali" sahut Chiki sambil terus mematuk dengan lahap makanan milik si Kimchi.
Untuk beberapa saat keduanya terlihat akrab makan bersama-sama. Kimci sangat senang bisa berbagi makanan dengan Chiki. Sampai tiba-tiba Kimci terkejut dan menggonggong kesakitan karena kepalanya dipatok oleh Chiki dengan sangat kuat kemudian tanpa rasa bersalah menguasai makanan milik Kimci dan menikmatinya seorang diri.Â
Kimci yang kesakitan memutuskan pergi meninggalkan Chiki dengan perasaan yang sangat sedih. Ia menoleh ke belakang sekali lagi merasa tidak rela makanannya direbut paksa oleh Chiki.Â
Keesokan paginya, saat Kimci hendak pergi mencari makanan. Ia melihat seekor ular sedang mengikuti Chiki. Chiki saat itu tengah asyik mematuk buah kelapa sawit sehingga tidak menyadari kalau ada ular yang sedang mengincarnya.Â
Saat ular hendak menyerang Chiki, Kimci kemudian langsung melompat dan berkelahi dengan ular tersebut. Chiki terkejut melihat kejadian itu. Ia ketakutan lalu bersembunyi dibalik semak-semak sementara Kimci masih bertarung dengan ular. Syukurnya Kimci bisa menaklukan ular tersebut.Â
Setelah melihat keadaaan sudah aman, Chiki memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Ia menghampiri Kimci dengan kepala yang tertunduk. Ia malu atas perbuatannya semalam kepada Kimci. Ia terharu dan memberanikan diri memeluk Kimci.Â
"Terima kasih Kimci. Kamu telah menyelamatkan nyawaku. Bolehkah kita bersahabat?" Ucap Chiki dengan perasaan takut kalau-kalau Kimci menolak permintaannya.Â
Tanpa ragu Kimci mengangguk. Mulai saat itu keduanya saling bersahabat. Menjaga satu sama lain.
Selesai...Â
"Wah, Kimci hebat ya Ma..." Puji Max dengan mata berbinar setelah mendengar cerita dari ibunya.
"Kenapa dia hebat?"Â
"Iya, sebab dia mau membantu Chiki meskipun Chiki telah merebut makanannya dan melukai kepalanya. Dia anak anjing yang sangat baik. Aku juga mau sehebat dan sebaik Kimci" ucap Max dengan bersemangat.
"Kalau begitu, maukah kamu membantu ibu?" Tanya sang ibu sambil memberikan sapu kepada MaxÂ
"Tentu saja" Dengan bersemangat Max meraih sapu tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H