Untuk beberapa saat keduanya terlihat akrab makan bersama-sama. Kimci sangat senang bisa berbagi makanan dengan Chiki. Sampai tiba-tiba Kimci terkejut dan menggonggong kesakitan karena kepalanya dipatok oleh Chiki dengan sangat kuat kemudian tanpa rasa bersalah menguasai makanan milik Kimci dan menikmatinya seorang diri.Â
Kimci yang kesakitan memutuskan pergi meninggalkan Chiki dengan perasaan yang sangat sedih. Ia menoleh ke belakang sekali lagi merasa tidak rela makanannya direbut paksa oleh Chiki.Â
Keesokan paginya, saat Kimci hendak pergi mencari makanan. Ia melihat seekor ular sedang mengikuti Chiki. Chiki saat itu tengah asyik mematuk buah kelapa sawit sehingga tidak menyadari kalau ada ular yang sedang mengincarnya.Â
Saat ular hendak menyerang Chiki, Kimci kemudian langsung melompat dan berkelahi dengan ular tersebut. Chiki terkejut melihat kejadian itu. Ia ketakutan lalu bersembunyi dibalik semak-semak sementara Kimci masih bertarung dengan ular. Syukurnya Kimci bisa menaklukan ular tersebut.Â
Setelah melihat keadaaan sudah aman, Chiki memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Ia menghampiri Kimci dengan kepala yang tertunduk. Ia malu atas perbuatannya semalam kepada Kimci. Ia terharu dan memberanikan diri memeluk Kimci.Â
"Terima kasih Kimci. Kamu telah menyelamatkan nyawaku. Bolehkah kita bersahabat?" Ucap Chiki dengan perasaan takut kalau-kalau Kimci menolak permintaannya.Â
Tanpa ragu Kimci mengangguk. Mulai saat itu keduanya saling bersahabat. Menjaga satu sama lain.
Selesai...Â
"Wah, Kimci hebat ya Ma..." Puji Max dengan mata berbinar setelah mendengar cerita dari ibunya.
"Kenapa dia hebat?"Â
"Iya, sebab dia mau membantu Chiki meskipun Chiki telah merebut makanannya dan melukai kepalanya. Dia anak anjing yang sangat baik. Aku juga mau sehebat dan sebaik Kimci" ucap Max dengan bersemangat.