Mohon tunggu...
Maulana Ibrahim
Maulana Ibrahim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Dosen di Program Studi Arsitektur, Universitas Khairun, Ternate. Pendiri Ternate Heritage Society (ternateheritage.com).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Arsitektur Untuk Indonesia

26 Juli 2011   04:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia yang semakin cepat perkembangan teknologi informasinya membuat tantangan bagi kalangan akademisi dan professional arsitektur, sehingga dosen diharapkan dapat secara tepat mendidik dan mengajar mahasiswa. Arsitektur tradisional ada di sekitar kita, apakah kampus dengan media belajar kreatif dan interaktif mau mendekati dan menjelajahinya? Sehingga tidak ada alasan keterbatasan informasi dan referensi tentang arsitektur tradisional Indonesia.  Selanjutnya diikuti dengan penelitian mendalam dan mempublikasikannya dalam bentuk tulisan ilmiah dan buku.

Mahasiswa harus dididik dan diajarkan untuk pandai memilih dan cerdas menafsirkan tentang arsitektur tradisional, sebagaimana diungkap Dr. Yuswadi Saliya. Kita tidak perlu lagi mendebatkan antara arsitektur nusantara dan arsitektur manca Negara, karena pada prinsipnya arsitektur itu berpulang kepada manusianya, manusia sebagai organisme akan terus mengalami proses belajar dan pengaplikasiannya, sambung beliau.

Menarik memang, ketika di sekolah-sekolah arsitektur, mahasiswa sudah diajarkan dan dilatih untuk betul-betul memahami arsitektur tradisional  Indonesia,  termasuk pada tataran konsep dan filosofi,  kita tidak perlu khawatir tentang pengaruh arsitektur manca yang begitu kuat. Karena ketika lulus dan menjadi arsitek, mereka akan lebih cerdas dan cekatan merumuskan konsep untuk mendesain sesuai dengan kaidah-kaidah ke-Indonesiaan (sesuai konteks  Indonesia : masyarakat,  iklim, sosial, budaya)

Indonesia selain dipahami sebagai kesatuan ideologi politik, perlu juga diingat kembali bahwa Indonesia adalah suatu kesatuan geografis, sebagai negara kepulauan dengan iklim tropis dan kondisi masyarakat dengan suku bangsa yang berbeda-beda. Dengan kondisi yag beragam ini, munculah desain yang beragam pula, tetapi tetap menjadi suatu kesatuan karena tanggap terhadap kondisi iklim dan manusianya.

Arsitektur hadir sebagai bagian hidup manusia, karena manusia adalah mahluk yang senantiasa beradaptasi untuk melangsungkan hidupnya. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan untuk berlindung, bernanung dari kondisi alam (termasuk gangguan mahluk lain) adalah upaya berarsitektur. Prof Gunawan mengungkapkan bahwa ketika kita melihat suatu ruang, jangan melupakan siapa dibalik ruang tersebut. Arsitektur syarat akan makna dan nilai.

Prof. Gunawan juga menyinggung tentang sistem kurikulum arsitektur yang harus lebih dikuatkan pada kemapuan analisis dan membentuk pola pikir. Universitas adalah tempat berpikir, itulah yang dilakukan orang-orang di kampus. Dan , penerapannya kemudian dilakukan dalam dunia kerja, secara professional. Sehingga, pola-pola pengajaran didikan Belanda sudah harus ditinggalkan (pola belajar yang bertujuan menghasilakan lulusan sekolah arsitektur sebagai tenaga kerja pembantu/ tukang gambar saja)

Dr. Galih mempertegas bahwa, ketika belajar tentang arsitektur nusantara, jangan hanya melihat bentuknya saja, tetapi juga mengetahui konsep dan filosofinya. Konsep dan filosofi inilah yng harus diterapkan pada desain-desain masa kini. Apa yang harus dikerjakan sekarang adalah : Rekonstruksi kelembagaan, Reorientasi pendidikan dan Riset; sebagai penerapan keberpihakan kepada manusai dan  alam nusantara. Beliau juga berkoar-koar menjelaskan bahwa Indonesia begitu luas dan beragam untuk dipelajari, bukan hanya di Jawa saja.

Mengikuti sarasehan ini bagi saya menjadi menarik karena selain bisa bertemu langsung dengan para Begawan Arsitektur Indonesia (Para Guru Besar), juga pada tataran konsep arsitektur, ternyata masih ada beberapa ganjalan di lingkungan akademik, tempat dimana para calon arsitek ditempa. Sehingga, upaya untuk menghadirkan arsitektur yang terbaik untuk Indonesia adalah memang harus dimulai dari dunia pendidikan (kampus). Disamping itu, kalangan praktisi professional saat ini juga harus mau dan berani menonjolkan ke-Indonesia-an dalam desain mereka, sebagaimana telah dilakukan beberapa arsitek Indonesia.

Jadi, jika bukan kita (arsitek dan akademisi arsitektur), siapa lagi yang akan mempersembahkan arsitektur yang terbaik untuk (memperkuat jati diri) Indonesia? Indonesia terlalu luas dan menarik untuk tidak dijelajahi arsitektur tradisionalnya, untuk mengenali konsep dan filosofinya dan menerapkan pada desain-desain masa kini, yang membumi untuk kehidupan orang Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun