Pernahkah anda mendengar Tower crane? Meski belum pernah mendengarnya, anda pasti pernah melihatnya. Anda pasti dapat menemukan tower crane jika melewati proyek pembangunan, terutama proyek gedung bertingkat. Tower crane merupakan salah satu alat berat yang sering digunakan untuk pengerjaan proyek bangunan gedung bertingkat. Tower crane merupakan jenis crane statis yang berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan material (material handling equipment) baik secara vertikal maupun horizontal.
Puncak tiang dari tower crane terdiri dari rotation boom dan winch yang berfungsi untuk menarik muatan ke atas atau ke bawah. Dan spesialnya lagi winch tersebut dapat bergerak maju mundur sepanjang boom. Winch dapat berputar 360 derajat dari boom tower crane.
Pengadaan tower crane mutlak dilakukan untuk mendukung proses pekerjaan, sehingga diharapkan pelaksanaan proyek konstruksi dapat tercapai dengan lebih mudah pada waktu yang relatif singkat. Pemilihan tower crane juga didasarkan oleh lokasi proyek yang akan digunakan tower crane. Oleh karna itu kontraktor harus mengetahui tower crane yang cocok untuk digunakan serta produktifitas dan harga sewa dari tower crane tersebut sehingga dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan.
Bagaimana Penempatan yang Efektif untuk Tower Crane?
Penentuan tata letak alat berat tower crane ini bertujuan untuk mendapatkan susunan yang paling efektif sehingga keamanan dan kenyamanan kerja bagi para pekerja terjamin, dan tower crane dapat menjangkau area proyek sesuai dengan yang direncanakan. Adapun tata letak tower crane yang paling baik dan efektif antara lain :
1. Penempatan tower crane harus dapat menjangkau seluruh area bangunan yang dikerjakan.
2. Lokasi penempatan tower crane sebaiknya menyediakan lahan bebas minimal selebar 10 meter untuk areal pemasangan dan pembongkaran, serta menjadi jalur keluar masuknya kendaraan mobil crane.
3. Tower crane tidak boleh didirikan di atas fasilitas lain, seperti septic tank, jembatan, dan tandon.
Selain itu, terdapat beberapa hal yang perlu dihindari dalam penempatan tower crane. Adapun tata letak tower crane yang sebaiknya dihindari yaitu :
1. Peletakan alat tower crane tersebut tidak bisa menjangkau keseluruh bangunan.
2. Penempatan tower crane yang mengabaikan space (ruang) untuk keluar masuknya kendaraan pengangkut material sehingga dapat menghambat proses pekerjaan.
3. Penempatan tower crane yang tidak mempertimbangkan lokasi ditempatkannya material sehingga kinerja tower crane tidak efektif.
Apakah Tower Crane Memiliki Resiko?
Dalam penggunaan alat berat, tentunya pasti tetap terdapat resiko yang perlu dicegah. Apalagi dalam pengoperasian tower crane tidak dapat sembarangan. Tidak sedikit perusahaan yang membuka lowongan kerja operator tower crane untuk memastikan alat ini digunakan dengan baik dan benar. Dengan demikian, risiko operasional yang sifatnya fatal dapat diminimalisir.
Terdapat tiga risiko utama operasional tower crane, antara lain :
1. Risiko Listrik
Hampir 50 persen dari kecelakaan tower crane yang terjadi bersumber dari kontak listrik yang memenuhi tower crane. Kontak listrik terjadi saat crane sedang dioperasikan untuk memindahkan material yang ada di dekatnya, di bagian bawah saluran listrik, atau garis hoist yang menyentuh salah satunya. Bahaya ini tidak hanya menimpa operator saja, tapi juga karyawan lain di sekitar.
Penting bagi operator untuk mempertimbangkan saluran listrik yang terhubung sebelum mulai mengoperasikan crane. Operator juga perlu menjaga kecepatan kerja saat berada di zona listrik. Dengan demikian, tidak ada pihak manapun yang dirugikan saat pengorasian crane.
2. Overloading
Sekitar 80 persen dari kegagalan struktural operasional crane terjadi karena overload. Ketika beban yang diangkat lebih berat, crane akan mengalami kerusakan ireversibel. Kelebihan berat tidak hanya terjadi saat material yang diangkat di luar kapasitas seharusnya, tapi juga saat komponen yang digunakan rusak dan kebiasaan menyeret beban.
Penting agar operator crane mengetahui kapasitas masing-masing crane yang ingin digunakan. Oleh karena itu, dibutuhkan pelatihan khusus untuk menjadi operator tower crane. Jika tidak memenuhi syarat, maka operator sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengoperasikan crane guna mengurangi bahaya yang mungkin terjadi.
3. Material Jatuh
Operator yang memiliki gangguan penglihatan, terjadinya dua-blocking, tergelincir, dan kegagalan mekanis dapat menyebabkan material jatuh. Fatalnya adalah menyebabkan cedera serius hingga kematian. Risiko material jatuh terjadi hampir 20 persen saat pengoperasian crane.
Selain melatih operator dalam mengoperasikan crane, risiko yang satu ini dapat dicegah dengan cara melakukan perawatan hoist secara teratur. Operator perlu memeriksa seluruh komponen dan bagian crane sebelum dioperasikan. Jika ada bagian yang rusak, maka perlu diperbaiki untuk menghindari bahaya serius.
Mengingat begitu pentingnya sebuah efisiensi pekerjaan dalam sebuah proyek, maka tower crane memiliki peranan yang penting. Namun jangan sampai melupakan faktor-faktor penting lainnya yang menyangkut struktur dan penempatan yang tepat agar efisiensi benar-benar terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H