Mohon tunggu...
Mawinda Edelweiss
Mawinda Edelweiss Mohon Tunggu... Penulis - Blogger - Kreator Digital

✿ Edelweiss | Pengagum Ibu | Mencintai seni; pena, film, fotografi, lomo, dapur, craft, anak-anak dan dunianya | Mahasiswa Televisi-ISI Yogyakarta Personal Blog: http://mawinda165.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Upil dan Kentut

30 Agustus 2012   17:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:07 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin saya adalah salah satu bagian dari segelintir orang yang menjadi bagian kecil dari kaum minoriti 'tanpa' rasa malu. (Atau mungkin biasa disebut "tak tahu malu" oleh sebagian besar orang-orang berideologi terkekang).
Saya menyukai hidup yang 'bebas', 'lepas', tanpa beban, enjoy, santai, apa adanya.
Oke, ini berhubungan dengan upil dan kentut.
Saya orangnya kalau mau ngupil ya ngupil, pengen kentut ya kentut. (Ini terlepas dari konteks apa pun ya)
Apa kalian pikir ini jorok? Sampai mana tolak ukur kalian untuk kata jorok itu sendiri? Bagi saya ini justru bersih. Ngupil itu artinya membersihkan kotoran di hidung. Dan kentut berarti mengeluarkan segala racun serta penyakit di dalam tubuh, pembersihan demi kesehatan.
Malu? Akh, kata malu itu sebenarnya hanya bentukan dari dekadensi konstruk budaya yang biasa kita sebut 'gengsi' kok. Tergantung konteks upil dan kentut apa dan bagaimananya dulu.
Masalah adab dan tatakrama? Aih, itu beda konteks dan perkara.
Lagipula, ngupil dan ngentut itu sebenarnya bentukan rasa bersyukur. Bersyukur hidungnya masih normal menyaring debu menjadi kotoran upil, bersyukur perutnya masih menyaring racun menjadi gas kotor yang bisa dengan mudah dikeluarkan tanpa kendala. Masih bersyukur punya hidung dan perut yang normal, bukan?
Masih banyak saudara-saudara lain yang kurang beruntung tidak punya pernafasan dan konstruk cerna yang normal. Beberapa diantara mereka untuk kentutpun harus operasi kan?
Selalu ada makna dari setiap hal yang Tuhan anugerahkan. Jadi upil dan kentut itu salah satu bukti kasih sayangNya.

*NB:
Kebiasaan ngupil saya: pas masih kecil upilnya ditempel di baju, sekarang udah gede upilnya ditempel di tembok (ini tidak penting)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun