Kota Ponorogo terkenal dengan kesenian budaya dan tempat - tempat bersejarah, baik yang sudah banyak diketahui maupun terlupakan oleh warga Indonesia, khususnya masyarakat Ponorogo sendiri. Merawat sejarah budaya daerah harus dilakukan agar tetap eksis dari tiap generasi. Banyak cara agar sejarah budaya di seluruh Indonesia tetap utuh.
Pertama, mendirikan komunitas atau organisasi yang berfokus pada pemberdayaan sejarah budaya kita.
Kedua, menanam edukasi kepada anak terhadap pandangan tentang budaya, agar terlatih untuk ikut mempunyai rasa kepemilikan sejak dini.
Ketiga, membumikan sejarah budaya daerah kita melewati pertunjukkan dan media sosial. Dengan mengenalkan sejarah budaya dan pementasan kesenian asli daerah kita, Â seluruh khalayak menjadi mengerti jika di daerah kita memiliki budaya khas. Selain itu, media informasi tentang budaya kita dapat menambah wawasan tiap masyarakat yang membaca.
Sekian banyak desa di Ponorogo yang mempunyai banyak sejarah. Dekat rumah saya ada desa bernama Golan yang terkenal dengan gethuknya yang lezat. Dibalik jajanan khasnya, desa Golan ternyata menyimpan sejarah tentang cinta dengan desa Mirah yang terletak disebelahnya. Kisah tentang dua desa itu saya dapat ketika SD dari ibu saya yang kebetulan berasal dari Sumoroto.Â
Dulu ada dua orang bernama Ki Ageng Honggolono dan Ki Ageng Mirah. Sebelum lanjut ke cerita, perlu kita ketahui bahwa nama desa Mirah dan Golan berasal dari dua tokoh tersebut.
Desa Mirah
Ki Ageng Mirah yang juga berperan atas berdirinya Ponorogo. Beliau bersama Raden BatharaKatong dan patih Seloaji berjuang babat alas dalam membuka daerah yang sekarang bernama kabupaten Ponorogo. Beliau juga penyebar agama Islam di wilayah Wengker sebelum berganti nama Ponorogo. Penduduk daerah wengker sebelumnya tidak memeluk agama islam atau beragama menganut kultur kerajaan, sehingga butuh perjuangan untuk membawa masuk ajaran agama Islam. Berkat perjuangan beliau untuk Ponorogo, namanya diabadikan di salah satu desa wilayah kecamatan Sukorejo.
Desa Golan
Golan berasal dari kata Honggolono yang mempunyai makna cikal bakal pendiri desa Golan. Kala itu daerah Golan berada dibawah kekuasaan Kademangan Surukubeng. Ki Honggolono merupakan salah satu tokoh kepercayaan kademangan. Apabila kademangan memberikan tugas kepada Ki Honggolono, beliau siap dan segera menyelesaikannya dengan baik tanpa menunda - nunda atas apa yang ditugaskan.Â
Sebelumnya desa Golan diberi nama desa Karang. Nama tersebut diambil dari ilmu karang (sihir) yang diajarkan oleh KiHonggolono. Diiringi perkembangan zaman, desa tersebut lebih dikenal dengan nama Golan karena kemasyhuran Ki Ageng Honggolono.
Satu Cinta Dalam Dua Desa