Mohon tunggu...
Arofiah Afifi
Arofiah Afifi Mohon Tunggu... Guru - Guru Paud.

Hobi membaca, menulis blog. Penulis artikel, sedang mendalami fiksi dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Serba Serbi Hidup di Kontrakan

12 Oktober 2023   09:32 Diperbarui: 12 Oktober 2023   09:35 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Iya Bu. Sebentar!" Aku pakai jilbab instan dan jaket dengan cepat, segera keluar bersama ibu kos untuk menuju para bakul berbagai jualan.


Sambil sibuk memilih sayuran, perhatiannya tertuju pada seseorang entah ibu atau bapak, tidak bisa kukenali identitasnya. Membawa karung dan memunguti botol plastik di tiap tempat sampah rumah warga. Kulitnya coklat, mungkin karena sering terbakar matahari, badan kecil terbungkus kaos dengan warna pudar dan celana selutut dan rambut pendek.


Setelah melihat kondisi sepi, kudekati pemulung tersebut.

 "Maaf Pak atau Bu?" tanyaku karena tidak tahu pemulung ini perempuan atau lelaki. Ku serahkan plastik berisi telur dan mie instan yang baru kubeli tadi, dan sedikit uang tersisa satu lembar sepuluh ribu.


"Aku, Mbak. Panggil aja Mbak. Makasih Bu," jawabnya diiringi sebaris doa yang tulus yang kubalas dengan aamiin dan senyuman.


Segera kuberlari kembali menuju bakul sayuran, khawatir ibu kos mencari.

Aku hanya membeli satu bungkus tahu tiga ribuan dan sepotong tempe, dan satu kilo beras, karena sering makan sendiri, jadi kebutuhan tidak banyak.  Sisa uang sepuluh ribu untuk gas kompor yang habis, patungan sama ibu kos.


Tiba di kosan, aku mengekor ibu ke dapur, jam baru menunjukkan pukul 07.30. Pagi begini kami biasa diskusi di dapur sambil masak bersama.


"Teh tadi kamu kasih uang sama pemulung ya? Tiap pagi dia selalu lewat sini, hidupnya susah kali ya teh? Badannya kecil banget." Ibu kos memulai obrolan.


"Orang mana itu, Bu? Aku balik bertanya.


"Itu orang desa sebelah, empat puluh tahun tapi belum nikah itu, Teh. Hidup berdua sama ibunya," jawab ibu kos menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun