****
Tok tok tok!
 "Mbak... Mbak.. Sulastri,  mas Amir mbak " terdengar suara gaduh dan ketukan kencang dari luar, sepetinya itu Anto, adik mas Amir.
Segera ku buka pintu, tetiba hati diliputi perasaan cemas.
"Ada apa Anto ? Mana mas Amir ? Kok mas mu ga sama kamu Anto, mana dia ? "Tanya ku tidak sabar. Sempet ku dengar berita kerusuhan di Kanjuruhan, yang membuatku tak bisa tenang, Â sejak tadi malam.
"Mas Amir, mas Amir di rumah sakit mbak, Â korban kerusuhan semalam," Â muka Anto pucat dan menahan air mata.
 "apa ?, Mas mu kenapa antoo?. Bilang Anto kenapa ?.  Aku bertanya agak berteriak panik dan  cemas. Ya Allah semoga suamiku baik-baik saja. Doaku dalam hati penuh harapan
"Mbak yang sabar ya, mas Amir sudah... meninggal mbak," Anto berkata sambil menangis
"Apa?" tidak mungkiiiin... Tubuhku bergetar, kakiku lemas seperti tak bertulang.
"Mas Amiiir.. " aku berteriak  histeris.  Tubuhku ambruk...
***
Ku usap batu nisan dengan nama Amir bin Sulaiman. Berita kematian mas Amir membuat batinku terguncang, dan berakibat pada kontraksi hebat, hingga akhirnya bayi kami dilahirkan lebih cepat.