Mohon tunggu...
Mawarningrum
Mawarningrum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Stigma Sosial yang Terjadi Saat Pandemi Covid-19

15 November 2020   10:10 Diperbarui: 15 November 2020   10:29 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Struktural fungsional Talcott Parson berasumsi bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan akan nilai masyarakat tertentu yang mampu mengatasi perbedaan nilai dan norma sehingga masyarakat dipandang sebagai sistem yang terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Hal ini tidak lepas dari adanya peran aktor dan sistem sosial. Aktor sistem sosial ialah anggota masyarakat yang menjalankan perannya di setiap kehidupan masyarakat.Masyarakat menurut Parsons ialah sistem sosial yang berhubungan dan saling ketergantungan. Jika ada suatu masalah di masyarakat maka berdampak pada anggota masyarakat yang lain. 

Ketidakseimbangan ini muncul di tengah masyarakat karena informasi negatif yang beredar dan mendorong terjadinya stigma negatif kepada pasien maupun orang dengan gejala yang sama.Stigma negatif benar-benar harus dihilangkan, jika tidak akan timbul konflik antara masyarakat yang berpandangan negatif terhadap pasien maupun keluarga pasien.

Tindakan stigma yang ada di masyarakat akan menyebabkan disintegrasi untuk mengurangi penyebaran Covid. Kenapa? Pada dasarnya mayarakat yang terintegrasi dan seimbang ini muncul saat masyarakat mampu mengatasi masalah yang terjadi dalam kondisi kritis. Dalam teori struktural fungsional, kemampuan mengatasi perbedaan masyarakat itu sifatnya ajeg, jadi jika terus menerus mendukung pemerintah mengurangi penyebaran maka pandemi ini kasusnya akan menurun dan dibarengi juga dengan dukungan pemerintah.

Cara mempertahankan masyarakat agar tetap harmoni seperti tidak adanya pandangan negatif menurut Parson ialah dengan menggunakan istilah Agil. Karya Parson yang terkenal ialah kajiannya mengenal fungsi struktur bagi dipecahkannya empat masalah: adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, pemeliharaan pola, dan pengendalian ketegangan (Turner, 1978:51). Dalam asumsi Parsons mengenai Agil menyatakan bahwa suatu sistem harus beradaptasi dengan lingkungan, mencapai tujuan utama, mengatur hubungan-hubungan ada bagian dari komponen, menyediakan, menjaga, memperbaharui pola-pola dari bagian budaya individu.

Pandangan negatif atau stigma yang terjadi seperti menjauh dari penderita bahkan tidak mau membantu sesama. Agil merupakan cara yang bagus sebagai pemecah masalah terhadap stigma sosial. Adaptasi berarti masyarakat mampu menyesuaikan diri untuk mencapai tujuan bersama yang berarti masyarakat bersama-sama mengurangi pandangan negatif terhadap virus baru ini. Tujuan bersama saat ini mampu mendorong pemerintah atau masyarakat lain untuk mampu mengatasi penurunan kasus. Yaitu dengan cara tidak berpandangan negatif dengan mendukung dan menolong pasien untuk tetap semangat menjalankan perawatan baik itu yang di rumah sakit maupun yang mengisolasi kan diri di rumah.

Sistem sosial menangani fungsi integrasi sebagai pengendalian di dalam bentuk interaksi. Aktor berperan penting di komponen struktural sosial. Sistem sosial itu terstruktur bekerja sama dengan sistem-sistem lain. Integrasi berarti persatuan, sebagai cara mempersatukan masyarakat agar tidak terjadi pandangan negatif terhadap pasien positif Covid. Integrasi ini sebagai cara pemecahan masalah pada masyarakat. Sistem sosial akan berjalan baik jika adanya integrasi untuk saling mempersatukan masyarakat untuk mendukung penurunan kasus.

Berbagai institusi sosial juga telah mendorong kampanye tentang stigma ini. Mereka mencegah masyarakat melakukan stigma pada pasien Covid dengan media sosial. Media sosial merupakan tempat yang bagus untuk menyebarkan maupun melihat informasi ataupun kampanye guna bisa introspeksi diri. Tetapi disisi lain juga mendorong adanya pandangan negatif dengan memprovokasi masyarakat untuk berjaga-jaga terhadap pasien. 

Peran pemerintah maupun tokoh masyarakat juga penting dalam mendukung edukasi kesehatan agar stigma negatif ini tidak terus menerus melekat dalam diri setiap masyarakat. Walaupun kondisi kita sehat dan bukan pasien Covid juga harus tetap menjalankan protokol kesehatan, memakai masker saat keluar rumah, menerapkan gaya hidup sehat, rajin cuci tangan, dan menjaga jarak. Pasien bukanlah korban, melainkan seseorang yang harus ditolong dan mendapatkan perawatan kesehatan. Mendukung pasien dalam hal ini diperlukan sebagai upaya mencegah pandangan negatif.

Dalam mengurangi stigma sosial yang ada dimasyarakat bisa dilakukan dengan mengurangi penggunaan bahasa yang mendiskriminasi seseorang mengenai penyakit Covid dan juga kurangi mengucapkan kata-kata yang akan membuat rasa cemas pada mayarakat luas. Penggunaan bahasa lebih sering diingat ketimbang membaca informasi yang relevan. Hal ini dapat merusak empati dan dalam memperoleh informasi harus valid berasal dari sumber yang relevan. Ayo bersama-sama kita  lawan Covid!

Daftar Pustaka

  • Abudi Ramly, Yasir Mokodompis, Allika Nurfadias Magulili. 2020. Stigma Terhadap Orang Positif Covid. Jambura Journal Of Health Sciences and Reserch. Vol. 2, no. 2, h. 77-84.
  • PH Livana, Laurika Setiawati, Ike Sariti. 2020. Stigma Dan Perilaku Masyarakat Pada Pasien Positif Covid. Jurnal Gawat Darurat. Vol. 2, No. 2, H. 95-100.
  • Ritzer George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
  • Sunarto Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun