Memangnya orang pacaran atau nikah saja yang bisa putus karena alasan tertentu, hubungan BUMN dengan anak perusahaannya juga bisa kok, ya sama juga sih karena sebuah alasan tertentu juga.
Telkom sebagai BUMN adalah satu-satunya perusahaan besar milik negara yang menguasai teknologi tentu saja memiliki jaringan yang besar hingga ke pelosok-pelosok negeri, sampai pulau-pulau terpencil di ujung negeri. Maka tak heran jika Telkomsel sebagai anak perusahaannya diuntungkan dengan jaringan Telkom tersebut.
Keuntungan yang dimiliki Telkomsel ini menjadikannya penguasa operator selular, tapi sebagai penguasa terlihat seenaknya memainkan harga. Tarif Telkomsel adalah tarif yang paling mahal sedangkan kualitas tak selalu sebanding dengan harga. Walaupun demikian pengguna jasa yang tinggal di pedalaman desa atau timur Indonesia, tetap menggunakan Telkomsel, karena operator lain belum memasuki wilayah mereka.
Jadi jika hubungan Telkom dan Telkomsel putus (jadi dua BUMN mandiri) akan banyak keuntungan yang diperoleh, bukan hanya bagi BUMN itu sendiri tapi juga masyarakat luas sebagai pengguna jasa.
Telkomsel bisa dengan fokus mengelola bisnisnya apa adanya. Sedangkan akan banyak keuntungan yang diperoleh Telkom diantaranya Telkom dapat memperoleh keuntungan lebih besar yang didapat dari XL Axiata, Indosat, 3 dan Smartfren. Keuntungan dari komunikasi data yang setiap saat selalu bertumbuh. Telkom menjadi pebinis insfatruktur telekomunikasi. Dan Telkom harus menjadi andalan pemerintah, masyarakat dan industri telekomunikasi di Indonesia dengan kualitas bagus dan harga yang murah agar tercipta pemerataan telekomunikasi yang lebih baik di Indonesia.
Nah, kalau putusnya untuk kebaikan orang banyak, kenapa gak ya hal ini dilakukan oleh Telkom dan Telkomsel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H