Mohon tunggu...
mawarindah
mawarindah Mohon Tunggu... Bankir - dibaca saja jika ingin tau lebih lanjut

kehidupan yang sederhana saja, tidak usah berharap terlalu tinggi seperti ekspektasi yang ada.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketidakdisiplinan Corporate Culture pada Salah Satu Perusahaan BUMN

20 Oktober 2019   14:09 Diperbarui: 20 Oktober 2019   14:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut ahli yang bernama Gorman pada tahun 2004, mengartikan bahwa Budaya Organisasi adalah sistem nilai organisasi yang menyediakan aturan untuk berbagi informasi, mencapai kesepakatan umum, dan bertindak atas maknanya. Tetapi pada kasus ini, salah satu perusahaan BUMN ini kita sebut saja perusahaan DIBA, kurang menerapkan kedisiplinan pada pegawainya mengenai corporate culture yang telah ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Pada salah satu cabang perusahaan DIBA ini, contoh tidak menerapkan corporate culture adalah ketidaktepatwaktuan untuk hadir di kantor, korupsi waktu pada saat jam kerja, dan kurangnya knowledge pada beberapa produk.

Pertama, ketidaktepatwaktuan untuk hadir di kantor. Padahal jam kantor dimulai jam 8.00 dan jam briefing jam 7.15, tetapi pada jam 7.15 pun belum ada pegawai yang datang. Di kantor hanya ada pegawai yang biasanya sering datang awal dan OB. Pegawai lainnya datang pada saat jam 7.16 dan semuanya terlihat buru-buru untuk merapikan dresscode masing-masing seperti yang telah ditetapkan sebagai standard dresscode pada perusahaan DIBA.

Herannya, ketidaktepatwaktuan hadir ini selalu saja masih dijalankan, bukannya semakin hari semakin baik untuk memperbaiki culture yang kurang baik ini, malah melainkan setiap hari hingga hari ini pun tetap saja sama. Alasan yang diberikan dari pribadi masing-masing pegawai selalu ada dan berjanji tidak akan mengulanginya di kemudian hari. Tetapi janji tersebut hanya diterapkan selama 2-3 hari saja. Selepas hari itu, kembali lagi tidak tepat waktu. Itulah yang mengakibatkan mengapa corporate culture ada perusahaan DIBA ini menjadi jelek dan menyimpang terhadap kinerja pegawai menjadi tidak baik dilihat orang lain.

Kedua, korupsi waktu pada saat jam kerja. Jam kerja di perusahaan DIBA ini dimulai dari jam 8.00-15.00 WIB, dengan kewajiban sebagai pegawai diberikan 1 jam untuk istirahat. Jadi, seharusnya total pegawai bekerja pada perusahaan DIBA adalah 6 jam setelah dikurangi jam 1 jam istirahat. Tetapi sering kali pegawai tidak menerapkan jam kerja itu, melainkan rata-rata pegawai memanfaatkannya untuk sarapan pada jam tertentu. Kalau dihitung-hitung, total waktu yang dikorupsi oleh pegawai tersebut adalah 1 jam. Karena selain mereka melakukan aktivitas untuk sarapan, mereka juga mengambil foto alias selfie-selfie lalu upload di sosial media dan sambil ngobrol untuk sarapannya. Ketika pegawai melakukan hal itu, mereka tidak memikirkan bahwa customer yang melihat ataupun merasakan kondisi pada saat tersebut menjadi tidak bagus untuk diketahui customer.

Hal tersebut biasanya dilakukan oleh para senior pegawai dan diikuti oleh junior pegawai yang sudah mulai lancang untuk tidak mengikuti corporate culture. Tetapi untuk junior pegawai yang masih mengikuti corporate culture ini, untung saja tidak mengikuti jejak tersebut dan tetap mempertahankan corporate culture yang sudah dia tanamkan pada diri sendiri untuk tidak mengikuti hal yang akan menjadi buruk pada junior pegawai lain nantinya.

Ketiga, kurangnya knowledge pada beberapa produk. Pada saat customer bertanya salah satu produk dan meminta kejelasan apa perbedaan, kelebihan dan kekurangannya pada produk tersebut kepada salah satu pegawai perusahaan DIBA ini, pegawai tersebut tidak dapat menjelaskan secara lengkap dan rinci ataupun menjelaskannya hingga customer paham. Melainkan, mereka menjelaskannya dengan singkat dan hanya memberikan informasi secara kulit kasarnya saja yang padahal dapat dicaritahu melalui internet saja.

Selain itu, terkadang mereka menjelaskannya pun juga bisa menimbulkan kesalahpahaman antarcustomer dengan pegawai, hingga menimbulkan " cekcok " singkat yang untungnya pada saat itu ada pegawai yang mengetahui dan mengerti serta mendengar apa yang dibicarakan,lalu menjelaskannya secara rinci dan membuat paham serta puas atas jawaban yang diberikan oleh pegawai kepada customer tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun