Mohon tunggu...
Mawar Dwy Intan
Mawar Dwy Intan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Universitas Jember

aku manusia yang suka capek dan suka nulis tapi itupun kadang-kadang😒

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Konflik Tambang di Tambakrejo: Antara Modernitas dan Warisan Keluarga

6 Desember 2023   08:15 Diperbarui: 6 Desember 2023   08:20 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kabupaten Jember, 6 Desember 2023 - Suasana konflik agraria semakin memanas di Tambakrejo, Kecamatan Gumukmas, Jember. Dua tambang yang menjadi pusat perhatian adalah Tambang Tambakrejo di pinggir jalan dan Tambang Tambakrejo yang tersembunyi di belakang kebun warga.

Tambang di pinggir jalan, yang baru dibuka pada tahun 2020, menutup operasionalnya pada tahun 2023 setelah hanya beroperasi selama 3 tahun. Alasannya? Tambang ini gagal menghasilkan batu berkualitas dan menimbulkan dampak serius pada masyarakat sekitar. Salah seorang penduduk setempat mengungkapkan bahwa suara gemuruh dan getaran dari tambang membuatnya sulit tidur dengan tenang setiap malam.

"Rasanya seperti gempa kecil setiap kali mereka mulai bekerja. Sulit tidur dengan suara keras dan getaran itu," keluh seorang warga yang enggan disebutkan namanya. Meskipun pihak penambang memberikan kompensasi berupa sembako tahunan dan bulanan, beberapa penduduk merasa bahwa itu tidak sebanding dengan dampak yang mereka terima.

Namun, sikap bungkam dan ketidakmauan protes dari sebagian warga menciptakan polarisasi di tengah masyarakat. Seorang pejabat desa (sekdes) menjelaskan bahwa ketika kami melakukan wawancara, sebagian besar penduduk desa tidak bersuara. Meskipun satu kelompok merasa terganggu dan tidak puas dengan kompensasi yang diberikan oleh tambang, yang lain memilih untuk tetap diam. Sikap ini menunjukkan kompleksitas dinamika sosial dan ketidaksetaraan di dalam masyarakat, di mana beberapa orang memilih untuk melawan dan yang lain memilih untuk menghindari konfrontasi.

Di sisi lain, Tambang Tambakrejo yang terletak di belakang kebun warga memiliki cerita berbeda. Tambang ini dikelola secara tradisional oleh tuan rumah yang mewarisi warisan dari kakek buyut mereka. Meskipun pengerjaannya masih menggunakan metode manual, tambang ini dianggap sebagai penopang ekonomi keluarga.

"Ini bagian dari sejarah keluarga kami. Lebih baik kita kelola sendiri daripada dijual ke pihak luar," kata salah satu narasumber yang merupakan keturunan pemilik tambang.

Tambang ini dulunya hampir mirip seperti goa,  tetapi seiring berjalannya waktu, struktur tersebut mulai runtuh karena beberapa faktor. Meskipun demikian, penghasilan dari tambang ini dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Konflik agraria di Tambakrejo menunjukkan betapa kompleksnya dampak pertambangan terhadap masyarakat lokal. Sementara beberapa warga terdampak langsung dan merasa ketidakpuasan terhadap kompensasi yang diberikan, ada juga yang memilih untuk bungkam, takut akan konsekuensinya. Di sisi lain, tambang warisan keluarga memberikan gambaran bahwa tidak semua tambang berdampak negatif, tergantung pada bagaimana mereka dikelola dan diintegrasikan ke dalam kehidupan masyarakat setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun