Mohon tunggu...
Mawardinda Kamil
Mawardinda Kamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - Prodi Ekonomi Pembangunan FEB Untan

alea iacta est

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gambaran Keluarga Miskin yang Bertahan Hidup di Pusat Kota Pontianak

17 Agustus 2023   08:13 Diperbarui: 17 Agustus 2023   08:17 1497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi 

Kondisi Keluarga

Responden yang kami temui adalah seorang perempuan berusia 54 tahun,bernama Ibu Nur Cahaya, Dia adalah istri dari Bapak Rodi Harnadi yang berusia 55 tahun dan merupakan kepala keluarga di rumah ini. Mereka berdua memiliki 5 orang anak, yang terdiri dari 2 orang anak perempuan,salah seorang sudah menikah namun bercerai dan mempunyai 2 orang anak, dan yang seorang lagi pun sudah menikah kemudian bercerai dan memiliki seorang anak, 1 orang anak laki-laki yang bekerja sebagai karyawan servis komputer di Kabupaten Sintang dengan gaji Rp.50.000 per hari yang pada dasarnya hanya cukup untuk menghidupi kehidupannya sendiri, dan dia sudah lama tidak pulang ke rumah. Namun, Bu Nur mengatakan terkadang anaknya juga mengirimkan uang dari gaji yang disisihkannya, dan yang terakhir 2 orang anak (1 laki-laki dan 1 perempuan) yang masih bersekolah.

Rumah mereka beralamat tepat di Jalan Sepakat II, RT 001/RW 007, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak. Mereka hidup di rumah yang dibangun diatas tanah milik kakak dari Ibu Nur Cahaya ini dan ditempati oleh 5 orang yang terdiri dari Pak Rodi, Ibu Nur dan 3 orang cucu. Dalam hal pendidikan, sepasang suami istri ini, baik Pak Rodi maupun Bu Nur hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang SMP. Untuk saat ini dua orang anaknya masih bersekolah, satu diantara anaknya masih menempuh pendidikan SMP dan yang satunya di SMA, keduanya sama-sama mengenyam pendidikan di Pesantren Al-Adabiy Kota Pontianak. Untuk biaya pendidikan, kedua orang anaknya bersekolah secara gratis karena sistem pendidikannya adalah pesantren. Sementara itu, untuk tiga orang cucu yang dititipkan ke Bu Nur, 2 orang masih menepuh pendidikan SD dan satu lainnya belum bersekolah.

Malang tak bisa ditolak, Pak Rodi Harnadi yang seyogyanya merupakan pencari nafkah di keluarga ini terserang penyakit Diabetes sejak 2014 yang mengakibatkan dirinya tidak bisa berjalan, sehingga tugas menafkahi keluarga ditanggung oleh sang istri yaitu Bu Nur. Dalam mencari nafkah, Bu Nur bekerja sebagai tukang masak di usaha katering makanan di Dapur Muk. Untuk masak di usaha katering makanan ini jadwalnya tidak menentu, apabila ada panggilan dari bosnya untuk masak, barulah beliau pergi ke tempat usaha ketering tersebut. Apabila tidak ada jadwal masak di usaha katering makanan, beliau berkeliling berdagang kerupuk basah, melalui dua pekerjaannya ini, dia meraup penghasilan perbulan hanya berkisar Rp. 800.000, hal ini cukup kontras mengingat pengeluaran perbulan yang harus dikeluarkannya kisaran Rp. 1.000.000, sudah termasuk didalamnya biaya konsumsi harian, transportasi maupun biaya pengobatan Pak Rodi

Selain itu, kondisi ini diperparah dengan keadaan dimana kedua anak perempuan mereka harus bercerai dengan suaminya, sehingga mereka harus bekerja di luar daerah untuk dapat membiayai kebutuhan anak-anak mereka. Walhasil, 3 anak mereka yang masih kecil harus dititipkan kepada Bu Nur, walaupun anak-anak yang masih kecil ini tetap dikirimkan uang oleh orangtua mereka untuk susu dan keperluan sekolah, namun acapkali Bu Nur juga ikut menanggung biaya makan sehari-hari ketiga cucunya dan pengeluaran tidak pasti serta mendesak, seperti jika sang cucu terserang demam dan lain sebagainya.

Kondisi Rumah beserta Aset yang dimiliki

Pak Rodi dan Bu Nur beserta anaknya tinggal di sebuah rumah yang berdiri diatas tanah ukuran 4 x 5 m milik kakak Bu Nur. Dengan ukuran bangunanan rumah sebesar 3 x 4,5 m mereka bisa tinggal dengan sederhana. Rumah ini hanya memiliki dua ruangan yang bersekat. Satu ruangan digunakan sebagai kamar beserta ruang makan dan satu ruangan lainnya digunakan sebagai dapur kecil. Serta terdapat satu bilik kecil untuk mencuci dan mandi. Dinding bangunan rumah terbuat dari beberapa susunan kayu dan seng serta atap rumahnya terbuat dari seng. Terkait penerangan atau listrik, mereka menyambungkan listrik dari rumah saudara Ibu Nur tepat dibelakang rumahnya. Beberapa barang elektronik yang dimiliki oleh mereka, yaitu satu buah Hp yang digunakan oleh Ibu Nur untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya, dan tiga buah Kipas Angin yang masih terbilang layak pakai, yang mana dua kipas anginnya sudah tidak memiliki penutup, dan satu kipas angin yang memiliki penutup.

Untuk pergi ke tempat kerja, berobat, dan lainnya Pak Rodi dan Ibu Nur menggunakan satu kendaraan motor yaitu merk Jupiter tahun 2008. Sumber air minum yang digunakan yaitu air hujan, jika musim kemarau mereka membeli air galon. Keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci baju dan piring, Pak Rodi beserta keluarga menggunakan sumber mata air dibawah rumahnya yaitu air parit. Untuk keperluan sanitasi, mereka menggunakan WC sendiri yang tidak memiliki septic tank, terletak dibelakang dan agak menjorok kebawah rumah.

Dikarenakan Pak Rodi menderita penyakit Diabetes yang sudah dialami sejak 2014, mengharuskan untuk selalu berobat. Fasilitas kesehatan yang sering digunakan adalah pergi ke tempat mantri kenalannya, dan tempat pengobatan ini juga kurang terjamin jika dibandingkan pengobatan dokter maupun puskesmas, namun hanya itu tempat berobat yang dapat dituju disebabkan untuk biaya pengobatannya gratis, hanya saja untuk obatnya tetap dibeli dengan biaya sendiri dengan harga Rp. 50.000 -- Rp. 100.000 sekali ambil obat. Pak Rodi Sudah lama menderita penyakit ini yang diiringi dengan seringnya pengobatan serta pengeluaran yang cukup banyak untuk obat, namun belum ada bantuan sama sekali. Ibu Nur mengatakan bahwa ia pernah meminta Surat Keterangan Tidak Mampu dari RT dan sudah diajukan ke Dinas Sosial untuk pengajuan bantuan, namun belum ada tindak lanjutnya.

Keadaan Lingkungan Sekitar

Di tempat keluarga Pak Rodi dan Bu Nur tempati terdapat rumah keluarga dari Bu Nur sendiri tepat dibelakang rumahnya, yang mana tanah bangunan rumah tersebut masih menyatu dengan tanah keluarganya tersebut, untuk bagian depan langsung berhadapan dengan jalan besar dan kebun yang mana pemilik kebun tersebut biasanya memberi sedikit hasil panen ke Bu Nur. Untuk bagian kanan rumah akan dibangun perumahan mewah yang sampai saat ini masih dalam tahap pembangunan serta dibagian kiri rumah masih banyak tumbuhan belukar karena tempat pak rodi bisa dibilang cukup jauh dengan pemukiman tetangga lainya. Rumah Pak Rodi dan Bu Nur merupakan rumah yang letaknya tepat dipinggir jalan besar tanpa adanya komplek maupun gang sehingga keluarga pak rodi bisa dikatakan mendirikan rumah dipemukiman tunggal tanpa adanya tetangga di kanan kiri rumah.

Penulis: Mawardinda Kamil, Jaka dan Dhania Hersa

Instansi : Universitas Tanjungpura,Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun