Makanan terkadang dianggap bisa menjadi bumbu penting dalam menentukan ke mana arah pembicaraan yang ingin dihasilkan. Karena makanan dianggap dapat merubah mood seseorang, sehingga mampu menenangkan diri dan memuluskan pembicaraan.
Karena terkadang didapati dalam sebuah pembicaraan tidak terlepas dari penyajian makanan yang menghiasi dan memadati meja pertemuan. Terlepas jika itu adalah bagian dari budaya menghargai mereka yang diundang, tapi sajian itu menyimpan makna-makna penting dalam memenangi pembicaraan.
Teringat jelas sebuah kalimat dari seorang senior yang pernah berpesan "ajak mereka makan kalo mau selesaikan konflik atau permasalahan, selesaikan dimeja luar baru bawa ke rapat formal". Walaupun mungkin ada yang mengatakan itu terkesan menyogok, tapi apa mau dikata jika perut belum terkondisikan. Mungkin begitu.
Terakhir. Setiap dari kita mungkin punya varian makanan favorit berbeda yang dipengaruhi oleh lingkungan masing-masing. Tak terkecuali bagi mereka yang masih berada diposisi bekerja hanya untuk bertahan hidup esok hari.
Dan mungkin banyak pula dari kita punya narasi lain tentang menikmati makanan selain untuk mengenyangkan perut. Semoga pemaknaan-pemaknaan itu mampu mengantarkan kita pada kedudukan selalu bersyukur dan tidak menyianyiakannya.
"Makanan adalah segalanya bagi kita. Ini merupakan perpanjangan dari perasaan nasionalis, perasaan etnis, sejarah pribadimu, provinsimu, daerahmu, sukumu, nenekmu. Itu tidak dapat dipisahkan sejak awal." - Anthony Bourdain
***
Salam...
Tarakan, 31 Agustus 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI