Gerakan-gerakan ekspansi para bangsa Eropa ke daerah-daerah tropis seperti ke Asia Tenggara tak terlepas dari rangkaian perburuan tentang citarasa makanan atau yang biasa disebut sebagai rempah-rempah.
Karena dalam proses menikmati sajian makanan, beberapa bangsa Eropa merasa bahwa seperti mendapati kekurangan akan citarasa yang notabene bisa menambah nikmatnya sebuah sajian makanan, dan di sisi lain juga memiliki manfaat dalam meningkatkan dan menjaga kesehatan.
Seperti yang kita tahu, di Indonesia memiliki beragam citarasa yang disajikan dalam setiap menu makanan khas dari berbagai daerah. Jika kita telisik lebih jauh, bahwa keberagaman ini sangat dipengaruhi oleh tumbuhan rempah-rempah yang tumbuh dan tersebar di wilayah tersebut.
Karena di bawah naungan iklim tropislah, sehingga dapat dikatakan wilayah Indonesia menjadi surga bagi sebagian besar jenis rempah-rempah yang mampu tumbuh subur dan menghiasi berbagai dataran wilayah Indonesia.
Perburuan rempah-rempah di wilayah nusantara (nama dahulunya wilayah Indonesia) memang punya beragam narasi yang tak terlepas dari kerja-kerja para petani tempatan yang diatur dan dikemas sedemikian rupa demi meraup keuntungan maksimal oleh para bangsa kolonial.
Pada masa-masa peperangan pun, masakan memiliki posisi penting dalam mempertahankan posisi dimedan perang. Keberhasilan pemimpin sebuah kelompok untuk bertahan apalagi di masa paceklik dapat dilihat dari bagaimana ia mampu membuat serta menjalankan strategi demi ketersediaan makanan pada gudang-gudang yang telah disiapkan.
Kisah epik pun tercatat jelas dalam kitab Al-qur'an (kitab agama islam), yang menceritakan bagaimana kepiawaian seorang nabi bernama Yusuf yang mampu menjalankan strategi cerdas dalam mempertahankan kehidupan masyarakat kerajaan untuk menghadapai dan melewati masa-masa paceklik yang berlangsung dalam beberapa tahun.
Selain kisah itu, para juru masak pun pernah dijadikan alat ampuh dalam membaca sejauh mana kekuatan lawan. Hal ini pernah terekam dan dilakukan oleh sebuah kelompok dalam menghitung seberapa besar kekuatan lawan mereka.
Hal ini dilakukan dengan cara melatih seorang untuk dijadikan juru masak pada kelompok lawan guna menghitung seberapa banyak dan kuat para prajuritnya. Selain itu, juru masak yang diambil dari kalangan rakyat dianggap berguna untuk merekam semua kondisi setiap sudut barak-barak musuh.
Selain narasi kemiskinan, ekspansi para kolonial dan strategi perang. Makanan pun masih punya sisi lain yang merarik untuk dicermati, yaitu sebagai salah satu cara dalam menyelesaikan konflik atau permasalahan yang terjadi, baik di internal sebuah kelompok atau antar kelompok.