Mohon tunggu...
Mawardi
Mawardi Mohon Tunggu... Petani - Pemuda Perbatasan "Belajar Bernarasi"

Perpengetahuan mungkin cara untuk tidak menghegemoni hak-hak orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Urgensi Pengetahuan di Era Pasca-kebenaran

29 Agustus 2021   10:59 Diperbarui: 29 Agustus 2021   11:18 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak bisa dipungkiri bangsa manusia memiliki narasi panjang yang sangat melekat dengan pengetahuan. Pertualangan untuk mencari dan mendapatkan pengetahuan terjadi sejak manusia hadir dan perlahan memadati bentangan daratan bumi.

Perjalanan pengetahuan diyakini sangat menentukan ke mana arah gerak perabadan manusia akan dibawa. Sehingga tidak sedikit juga dari meraka yang menghabiskan masa hidupnya untuk tetap konsisten berkecimpung dalam dunia pengetahuan dengan warna yang berbeda.

Hingga derasnya arus informasi dan teknologi seperti sekarang ini, tak terlepas dari hasil buah lompatan-lompatan pengetahuan manusia yang senantiasa melakukan perubahan-perubahan guna memudahkan kerja-kerja praktis manusia.

Karena derasnya arus tersebut tidak serta merta hanya memberikan peluang-peluang positif, tetapi juga memberikan peluang untuk hal-hal yang tidak positif dan malah dapat membahayakan tatanan sosial manusia.

Seorang novelis ternama Dan Brown dalam bukunya "Origin" menjelaskan bahwa seiring lajunya kemajuan mode informasi dan teknologi, maka ke depannya akan ada spesies baru yang tidak lagi sama dan akan menghilangkan spesies manusia.

Rupanya spesies baru ini merupakan spesies manusia yang hidup berdampingan atau tidak bisa lepas dari teknologi. Ini dianggap sebagai penemuan terbesar yang ingin di jelaskan dalam sebuah pertemuan langsung dan lewat kanal media sosial.

Pesan ini ingin menjelaskan bahwa posisi umat manusia mulai memasuki fase ketergantungan akan kemajuan teknologi yang notabene dibuat oleh manusia pula. Pada akhirnya, pola hidup umat manusia ke depannya tidak lagi bisa dikatakan sama seperti sebelum hadirnya teknologi.

Kemajuan teknologi yang bagian kecilnya ditandai hadirnya kanal-kanal media sosial, maka akan memberikan jalan lebar bagi setiap penggunanya untuk bisa selalu membuat dan mengakses informasi dalam bentuk apapun yang tersebar luas dalam waktu yang cukup singkat.

Dari sinilah peluang hadirnya misinformsi dan disinformasi yang menjadi konsumsi publik setiap harinya. Fenomena ini terus meningkat sehingga memberi kesan sulitnya untuk memverifikasi banyaknya informasi yang memadati ruang benak kita. Inilah yang belakangan disebut Era Post-Truth.

Post-Truth atau Pasca-kebenaran ialah fenomena semakin tipisnya ruang antara kebenaran dan kebohongan suatu informasi. Informasi tidak lagi serta merta diyakini melalui fakta-fakta objektif, melainkan pada emosi dan kepercayaan sendiri.

Malah kebenaran sebuah informasi dapat dilihat dari seberapa sering pengulangan-pengulangan informasi terebut beredar dan didapati, sehingga dikonsumsi oleh publik menjadi sebuah kepercayaan tanpa perlu melewati proses-proses verifikasi.  

Ini seringkali terjadi disekitaran lingkungan kita dan dapat menyerang siapa saja, tak terlepas pula pada penggiat pengetahuan. Sehingga ini menjadi pisau ancaman bagi kita, apalagi bagi mereka yang selalu konsen hidup dalam lingkaran pengetahuan.

"Bagai hidup dalam ruang gema", mungkin pribahasa ini bisa mewakili kondisi kita sekarang. Karena Informasi yang sampai ke kita semakin lama malah semakin jauh dan semakin memudarkan dari fakta informasi tersebut.

Apalagi banyak dari kita yang masih hanyut dalam pandangan-pandangan primordial dan sara. Dari menutup rapat-rapat ruang diskusi tentang setiap hal yang sudah dianggap final, hingga terkadang menjadi tafsir tunggal terhadap benar tidaknya sebuah informasi.

Dalam cengkeraman fenomena seperti ini, memiliki pola pikir yang kritis bisa menjadi salah satu langkah dalam menangkal keegoisan kita dalam mengkonsumsi setiap informasi yang hadir setiap harinya.

Belum lagi kita terkadang masih terlalu latah terhadap sebuah informasi yang tiba-tiba beredar viral. Kondisi ini terdakang malah dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang ingin membentuk opini publik sesuai dengan keinginan mereka.

Karena jangan sampai tanpa disadari kita menjadi penyambut tongkat estafet dari mereka yang kiranya sengaja memanfaatkan kedangkalan berpikir guna ingin menambah lubang dalam merusak keharmonisan tatanan sosial kita.

Selain itu, perlu hati-hati dan mencari tahu pada ahlinya jika memang ada informasi yang menurut kita masih perlu untuk mendapat konfirmasi atau kejelasan. Awalnya cukuplah jadikan informasi itu disimpan di ruang benak, tidak perlu untuk diyakini dengan cepat.

Sehingga bahasan pengetahuan menempati posisi yang sangat urgen untuk terus di update. Layaknya fisik, sisi akal pun bisa lapar dan usang jika tidak secara terus menerus disuguhkan dengan informasi-informasi yang benar dan positif.

Keluasan berpikir dan kebijaksanaan dalam menyimpulkan menjadi juru kunci demi mencegah diri dari menelan informasi-informasi yang salah atau tidak benar. Maka, pola literasi akan mendorong dalam meningkatkan kualitas pengetahuan kita.

Karena pengetahuan sejatinya akan menghadirkan keterbukaan pemikiran guna menghindari diri dari menghegemoni hak-hak orang lain. Semoga kita menjadi pribadi yang menantiasa mampu memposisikan diri dalam menghadapi era pasca-kebenaran, serta menimbah sisi positif dari penggunaan sosial media.

Jika air mengalir dari gunung ke laut dan memiliki tingkat kemurnian disetiap fasenya, maka pastikan air tersebut tetap murni seperti awal mulanya mengalir. Jika informsai diibaratkan air, maka pastikan informasi yang diterima tidak jauh dari fakta awalnya.

"Untuk memperoleh pengetahuan, seseorang harus belajar; tetapi untuk memperoleh kebijaksanaan, seseorang harus mengamati." - Marilyn vos Savant

Billahitaufiq Walhidayah

Mawardi

29 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun