SAGEA_Pagi ini langit nampaknya mendung, tidak seperti biasanya. Mungkin sebentar lagi bumi akan diguyuri hujan; Semoga tidak. Walau hujan adalah Rahmat Tuhan yang harus disyukuri, namun sesuatu yang menyebalkan dari hujan adalah dapat membuat sepanjang jalan yang ku lewati untuk bekerja begitu licin tak terampuni. Sudahlah, aku tidak mau terlalu larut dalam membahas soal hujan. Yang terpenting adalah menjaga diri agar tetap baik.Â
                      ****Â
Sebuah tempat yang paling aku sukai di setiap perjalanan adalah ketika aku memilih untuk beristirahat dan ditempat itu disediakan kopi. Apalagi waktu perjalanan ku di pagi yang mendung seperti ini.Â
Setelah beberapa menit berkawan dengan jalanan yang penuh lika-liku, akhirnya tepat di suatu tempat aku memilih untuk beristirahat sejenak, merebahkan lelahku di sebuah kursi panjang. Ada banyak orang yang mengisi tempat duduk yang kosong, memulai obrolan dengan teman-teman kerja mereka. Sementara aku, lebih memilih sendiri. Ya walaupun ada beberapa orang yang berada di sekelilingku. Bukan bermaksud mengasingkan diri, namun memang awalnya aku berjalan sendiri. Dan ke tempat ini pun aku sendiri.Â
Aku memangil si penjaga warung dan memesan segelas kopi. Seorang wanita sudah berumur sekitar 40-an Tahun menyuguhkan aku segelas kopi kental manis. Karena umurnya yang sudah begitu tua, Aku memangilnya ibu.Â
Setelah ku seruputi kopi yang tersaji, ibunya tersenyum di sebelah meja jualanya. Kami berdua pun saling melempar senyuman seperti ibu ku yang membangunkan ku di pagi hari dengan penuh kasih sayang di sedia kala.Â
"Kopi ini terlalu nikmat untuk dunia yang dipenuhi aturan Bu" UcapkuÂ
"Hehe jalani saja nak, walaupun banyak aturan, yang terpenting jangan mengambil hak milik orang" Tandas ibu dengan sedikit tawaÂ
"Hehe iya iya" tanggap kuÂ
Seketika selesai percakapan kecil kami, ibu kembali melayani beberapa pengunjung lainya, dan aku pun kembali menikmati kopi buatanya dan terlalut dalam suasan keramaian di tempat ini.Â
Waktu sudah menunjukkan pukul 8.00 Wit, sementara langit belum juga menampakkan kecerahannya. Tak lama berselang beberapa menit, gerimis pun mengundang. Menari di jalanan secara perlaha sampai menjadi hujan yang lebat. Hingga akhirnya aku pun masih saja menetap di tempat ini, berkutat dengan rintiknya.
                     ****Â
#Sebuah PuisiÂ
Semangat pagi di bulan JuliÂ
Ku tuangkan segenap rindu ini pada pekatnya secangkir kopiÂ
Manis pahit yang ku seduh adalah perjalanan mengejar mimpiÂ
Tatkala gerimis membasahi secara perlahan seisi bumiÂ
Percayalah bahwa rasa ini tak pernah ku tinggalkanÂ
Maka tak perlu kau khawatirkanÂ
Tentang beberapa hal pahit yang telah terlewatkanÂ
Biarkan saja kenangan itu kita rebahkan pada genangan di jalananÂ
Tetaplah berjalan ikuti jalurÂ
Berproseslah sebaik-baiknya bersama alur
Jangan pernah rapuh jika terbentur Karena terbentuk itu butu waktu agar tetap subur hingga sampai kita terkuburÂ
Belajarlah agar tetap searah dalam kata se-iya
Memberi dan menjadi adalah tanggung jawab bersamaÂ
Maka kedewasaan adalah sebuah poin yang utamaÂ
-Mawan Din Hatari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI