Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Manfaatkan Sawah Banjir untuk Memancing

17 Maret 2016   20:17 Diperbarui: 14 Agustus 2016   15:29 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Tomi asyik memancing"][/caption]

Banjir yang terjadi akibat hujan deras belakangan ini mengakibatkan sebagian sawah milik warga Driyorejo, Gresik-Jawa Timur mengalami gagal panen. Tanaman padi yang sebentar lagi mestinya sudah bisa dipanen malah roboh atau rusak karena genangan banjir. Betapa sedihnya para petani di desa itu, sudah bekerja keras pagi hingga sore dan tak sedikit biaya yang telah dikeluarkan untuk pengolahan sawahnya. Lalu adakah tindakan pemerintah (desa) untuk mengatasi bencana seperti itu? Apapun bentuk bantuan yang diberikan pemerintah desa semoga para petani yang lahannya tertimpa genangan banjir tadi sedikit tertolong.

Di balik duka yang dialami para petani yang sawahnya tergenang banjir itu ternyata masih ada setitik manfaat. Ternyata di areal persawahan yang tergenang banjir itu banyak ditemukan beraneka macam ikan air tawar seperti betik, sepat, lele dan gabus. Kadang bila pertambakan di Kecamatan Cerme-Gresik meluap akibat banjir, ikan-ikan dari budidaya tambak di sana banyak yang terlepas kesana-kemari hingga ke sungai atau ke persawahan di kawasan Driyorejo. Tak heran bila beberapa warga desa sempat mendapatkan ikan mujair atau bawal saat mereka mengail di areal sawah yang tergenang banjir itu.

Sebagian warga dari desa lain juga tertarik datang berbondong-bondong untuk mengail (memancing) ikan di areal persawahan yang tergenang banjir itu. Mulai dari orang dewasa, remaja bahkan anak-anak terlihat di sana. Anak-anak lebih sering terlihat memancing di areal itu. Sepulang sekolah biasanya mereka langsung ngacir menuju areal sawah yang tergenang banjir. Sebagian dari anak-anak itu kadang terlihat membawa peralatan kail seadanya, mereka membuatnya sendiri dari bilah bambu.

Tapi karena peralatan pancing saat ini bisa dengan mudah dibeli di toko perlengkapan pancing dengan harga terjangkau maka anak-anak tadi tak jarang lebih memilih membawa peralatan pancing buatan pabrik (home industri), selain karena terlihat lebih keren juga lebih canggih. Alat pancing itu dilengkapi uluran (Jawa = kerek-an). Kini bilah bambu digantikan dengan bahan dari fiberglass dan umpannyapun berasal dari bahan sintetik bukan dari cacing atau jangkrik.

“Kalau mancing di sini saya masih pakai umpan jangkrik om” ungkap Tomi salah satu anak yang saya temui di pinggir sawah Driyorejo.

Sepulang sekolah (siang hari) sampai menjelang sore, Tomi biasanya sudah terlihat mangkal di pinggir sawah dengan alat pancing (Jawa = walesan) kesayangannya. Dalam beberapa jam saja ia bisa mendapatkan ikan sampai 15 ekor. Umumnya ikan yang ia dapatkan dari jenis betik, kadang bila beruntung Tomi juga mendapatkan ikan gabus.  

“Nanti di rumah, mamalah (ibu, red) yang membakar ikan ini” terangnya saat saya tanya untuk apa ikan-ikan yang dikailnya.

Sejujurnya saja, bila saya amati ikan-ikan yang berhasil dipancing Tomi ukurannya kecil-kecil, paling hanya sebesar dua ruas jari tangan orang dewasa. Kalau toh harus dibersihkan (Jawa = dibeteti) untuk digoreng atau dibakar mungkin ibu Tomi akan mengalami kesulitan karena ukurannya yang kecil itu. Tapi bagi Tomi dan juga kawan-kawan kecilnya, mengail dan kemudian mendapatkan ikan apapun jenis dan ukurannya tentu menjadi kepuasan tersendiri. Hal itu terlihat jelas di raut wajahnya.

Mungkin tak pernah terlintas di pikiran Tomi dan banyak kawan kecilnya atau bahkan orang dewasa kalau kolam gratis tempat ia biasa mengail di musim hujan ini sebenarnya merupakan lahan persawahan tempat para petani biasa mengisi kesehariannya dengan menumbuh-kembangkan tanaman pangan (padi dan lainnya) demi menopang kehidupan keluarganya. Bagi sebagian petani, benaknya masih dipenuhi keluh-kesah setiap mereka menyaksikan sawahnya terendam banjir. Namun apa daya, alam berkehendak lain.

Memancing apalagi di kolam gratis seperti persawahan yang terendam banjir di Driyorejo-Gresik itu merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Jangankan orang tua, anak-anak pasti menyukainya selain karena murah juga terasa asyik. Tak peduli derita yang dirasakan para pemilik lahan yang tergenang air bah itu.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun