[caption caption="Sikin dan padinya yang roboh"][/caption]
Hujan deras belakangan ini tak pelak mengakibatkan banjir terjadi di sejumlah daerah di tanah air. Banjir juga menyebabkan terjadinya tanah longsor. Terakhir terdengar kabar bahwa meningkatnya intensitas curah hujan yang terjadi beberapa hari belakangan ini menyebabkan rel kereta api jalur selatan yang berada di kawasan Ciamis, Jabar tertimbun longsoran tanah perbukitan hingga melumpuhkan perjalanan kereta api untuk sementara waktu. Besar kemungkinan hujan deras yang disertai angin kencang itu juga menimbulkan kerusakan lain berupa tenggelamnya lahan persawahan atau tambak milik rakyat. Sebagian lahan milik petani kecil di Desa Driyorejo, Gresik-Jawa Timur termasuk milik Pak Sikin juga terkena dampak hujan deras plus angin kencang itu.
Pagi kemarin (16/03/2016) saat kami berada di lahannya yang tak begitu luas itu raut wajah Sikin tampak sedikit muram, seakan tak percaya dengan bencana yang menimpa tanaman padinya. Iapun tak henti-hentinya memandangi tanaman padinya yang roboh akibat terpaan hujan tadi malam. Padahal sebentar lagi harusnya ia sudah memanen tanaman pangan itu.
“Kalau sudah begini keadaannya (padi itu, red) ya bagaimana lagi, sudah nasib mas” ujar Sikin memelas.
Sebagian lahan milik petani Desa Driyorejo, Gresik-Jatim akhir-akhir ini memang sering terendam banjir akibat hujan deras yang terjadi beberapa jam saja. Sikin dan beberapa temannya sudah mencoba membuat saluran untuk membuang kelebihan air (drainase) ke arah sungai (Kali Apur) namun apadaya sungai juga meluber airnya akibat hujan deras sehingga drainase ala Sikin juga tak berfungsi dengan baik. Sikin menjelaskan bahwa pada tahap tertentu tanaman yang bernama ilmiah Oryza sativa itu memang membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk tumbuh-kembangnya namun jika air yang menggenangi lahan padi itu terlalu banyak akibatnya juga tidak baik. Sistem perakarannya akan rusak karena akar membusuk. Rusaknya perakaran itulah yang menyebabkan batang tanaman tak kuat menopang butir-butir padi dan daunnya.
“Moga aja beberapa hari ke depan tidak hujan angin, siapa tahu padi bisa berdiri tegak kembali” harap Sikin.
Meski sebenarnya ia sudah pesimis dengan tanaman padinya namun di tengah rasa gundahnya itu ia masih optimis tanaman padinya kembali normal. Beberapa temannya mencoba membantu mengikat rumpun-rumpun padi yang roboh itu agar terbantu untuk tegak kembali. Tanaman padi milik Sikin termasuk tanaman padi berumur genjah (pendek), tiga bulan setelah tanam sudah bisa dinikmati hasilnya. Harapannya untuk memanen tanaman padi varietas Serang dalam waktu dekat itu telah sirna ketika mendapati tanaman padinya roboh diterpa hujan angin. Ia harus mengelus dada dengan kejadian naas itu.
Untung saja di petak lahannya yang lain ia mencoba mengembangkan tanaman kunyit. Meski baru bisa dipanen pada Bulan Juni atau Juli mendatang namun setidaknya memberikan harapan baru bagi Sikin. Masih ada tumpuan penghasilan yang bisa diharapkan meski tanaman padinya sudah telanjur rusak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H