Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bosku Baik karena Mengajariku Menjadi Bos Juga

17 Juli 2021   12:38 Diperbarui: 20 Juli 2021   05:03 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah ilustrasi/dokpri

Mau tak mau harus pandai-pandai me-manage program yang ditargetkan sesuai bujed yang tersedia. Selain kendala akses jalan, seperti kita ketahui bersama, yang namanya binatang berbisa seperti kalajengking dan ular sudah menjadi barang biasa di sana. 

Base camp kami berada di Desa Bawan. Kami tinggal di rumah salah seorang penyuluh pertanian desa setempat. Yang namanya rumah sebagian masyarakat desa di pedalaman Kalteng masa itu boleh dibilang masih sederhana. 

Hampir di setiap malam kami harus bertarung dengan kalajengking yang merambat di tiang-tiang kayu rumah dan bunyi capitnya yang menimbulkan suara khas itu. 

Saya termasuk salah satu orang yang paling tegang dan harus ekstra hati-hati menjelang tidur malam. Sedikitnya beberapa ekor kalajengking berukuran 12 senti meteran harus rela menerima hantaman pipa besi saya hingga akhirnya mati. 

Itu terpaksa saya lakukan agar sang kalajengking tidak menyerang kami. Tuan rumah juga menyarankan agar kami menaburkan garam di sekeliling ruangan (tempat) yang dijadikan lokasi beristirahat. 

Di sisi lain, kerasnya alam pedalaman Kalimantan, sedikit atau banyak telah membentuk jiwa kami untuk lebih "tatak" (berani) menghadapi berbagai tantangan. 

Apakah itu berupa sarana transportasi yang sangat terbatas, akses jalan, SDM masyarakat petani di pedalaman dan terbatasnya bujed untuk proyek pendampingan. 

Bos (koordinator) proyek pendampingan yang ada di Jakarta, yang kala itu dibawa pengawasan langsung Kementerian Pertanian memberikan kami wewenang penuh sesuai petunjuk pelaksanaan (juklak) di lapangan. 

Kala itu, bekerja di lapangan apalagi lokasinya berada jauh di pedalaman Kalimantan, tidak memerlukan meja dan kursi kantor, seragam keren dan dasi. 

Yang dibutuhkan keberanian (Jawa = tatak) dan ketahanan fisik serta mental menghadapi lingkungan alam yang keras dan SDM masyarakat tani yang cenderung bersikap menolak inovasi (teknologi/cara) baru yang kami ajarkan. 

Bos kami orang yang baik karena memberi wewenang penuh (sesuai juklak) kepada kami untuk belajar memimpin orang di lapangan meski pada kenyataannya sebagian dari mereka bersikap laggard (menolak inovasi baru). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun