Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merchandise Unik, Jaket Koleksi Pribadi Panitia dan Pengganjal Leher Getar

25 Juni 2021   21:11 Diperbarui: 25 Juni 2021   21:17 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merchandise berupa pengganjal leher yang bisa bergetar (Dokumentasi Mawan Sidarta)

Saya itu termasuk orang yang nyaris tidak mengidolakan siapapun selain almarhum dan almarhumah kedua orang tua yakni ibu dan bapak saya. 

Ibu yang dengan bertaruh nyawa telah melahirkan saya dan saudara-saudara kandung lainnya. Menyayangi dan memelihara kami semua hingga tumbuh menjadi manusia dewasa yang mandiri. 

Bapak yang keringatnya mengucur deras, memikul tanggung-jawab dan beban berat serta berjuang mencari nafkah demi kehidupan kami sekeluarga. 

Tak hanya itu, Bapaklah yang menyekolahkan kami semua hingga menjadi manusia yang pintar dan sanggup mengarungi samudra kehidupan ini. 

Saya termasuk orang yang sangat egois dan PD (over confidence kali ya jiahahaha) tak mengidolakan seorang tokoh atau artis yang lagi ngehits pada kurun waktu tertentu. Tak seperti teman-teman sebaya saya kala itu. 

Ketika teman-teman SMA lagi pada ngefans film Lupus yang dibintangi almarhum Ryan Hidayat, saya malah tak ambil pusing alias cuek. 

Ketika sang penulis film Lupus yakni Hilman Hariwijaya datang ke salah satu gedung di Surabaya dan teman-teman kala itu saling berebut untuk mendapatkan tanda tangan, kaos, topi, suvenir dan beragam merchandise gratis lainnya dari sang penulis, toh saya lebih memilih duduk manis di rumah saja. 

Pendek kata, tak ada idola dan rasa kagum kecuali kepada kedua orang tua yang sangat berjasa bagi hidup kami. Alfatihah.. 

Dapat merchandise setelah ikut lomba 

Roda zaman terus berputar, bak Ferris Wheel. Ada kalanya di atas dan ada saatnya di bawah, begitu terus-menerus. 

Hidup ini bak filosofi Tiongkok, Yin dan Yang, dimana ada keseimbangan, dua hal yang saling berlawanan (kalah-menang, baik-buruk, hitam-putih, tinggi-rendah, gelap-terang) menemani perjalanan hidup anak manusia. 

Merchandise jaket dan dasi (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Merchandise jaket dan dasi (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Tidak mengidolakan artis bukan berarti kering dari rezeki termasuk merchandise. 

Belakangan ini beberapa merchandise saya peroleh secara gratis bukan dari hasil mengidolakan para artis atau boyband tertentu tetapi dari hasil ikut perlombaan menulis dan memotret. 

Ya, namanya juga ikut perlombaan, kadang kala menang, di lain waktu kalah. Tidak mungkin menang terus atau kalah terus, selama tetap berikhtiar. Ya seperti ferris wheel atau filosofi yin dan yang tadi. 

Ketika masih aktif bekerja di salah satu perusahaan provider telepon seluler (sekarang sudah tidak ada) pada suatu kesempatan, karena  diantara para pegawai baru, saya termasuk yang cepat bisa menghandel pekerjaan (fast learner) mengingat background saya bukan dari teknik atau komputer melainkan dari pertanian. Setelah masa percobaan, pihak manajemen akhirnya mengontrak saya selama 2 tahun. 

Merchandise berupa ransel, carrier dan dry bag (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Merchandise berupa ransel, carrier dan dry bag (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Saya ditempatkan di depan (walk in service), menghandel customer yang datang. Nah karena di depan maka penampilan harus keren. 

Manajemen perusahaan menyediakan jas untuk dipakai sementara dasi bisa dibawa pulang termasuk juga merchandise lain berupa bros company dan eblem nama.  Beberapa dasi hadiah (merchandise) dari kantor tempat saya bekerja puluhan tahun silam itu hingga kini masih tersimpan dengan rapi. 

Saya masih ingat betul, sekitar tahun 2012 ada sebuah toko (usaha) breeding kucing ras di Malang (Jawa Timur) yang waktu itu mengadakan kontes fotografi dengan tema objek kucing.  

Meski tidak memenangkan hadiah utama tapi saya mendapatkan hadiah hiburan (merchandise) keren berupa jaket kulit.

Uniknya, merchandise tadi merupakan koleksi pribadi ketika pemilik breeding yang sekaligus menjadi penyelenggara perlombaan itu melancong ke luar negeri. 

Bagi saya, tentu menjadi kebanggaan tersendiri bisa mendapatkan merchandise keren saat penyelenggara perlombaan berkesempatan shoping ke luar negeri. Di sela-sela menekuni usaha kecil, kesukaan akan dunia kepenulisan dan fotografi tetap saya  kembangkan. 

Tidak mendapatkan hadiah utama  tak lantas menjadikan passion saya dalam mengikuti kompetisi menulis menjadi menurun atau bahkan lenyap sama sekali. Saya tetap bersemangat mencari peruntungan dari menulis itu he..he..he.., siapa tahu bisa menang lagi. 

Sebuah perusahaan media online kenamaan di tanah air pada suatu ketika mengadakan writing competition. Lagi-lagi saya tidak memenangkan hadiah utama. Dan harus puas mendapatkan merchandise. 

Aha.., merchandise kali ini terbilang beda, bukan berupa kaos atau topi tapi tas ransel, dry bag (tas anti air) dan carrier (tas pendakian). Yap, beberapa jenis tas tadi saya dapatkan selama mengikuti banyak even lomba di media online tersebut. 

Sejujurnya, ketika sering mengalami kekalahan dalam berbagai kompetisi lomba tak jarang menjadikan kita malas untuk bangkit dan bertanding lagi. 

Bahkan kekalahan tadi malah menyurutkan nyalih kita yang pada akhirnya berputus asa dan akhirnya berhenti bertarung kayak tinju aja he..he..he.., maksudnya berhenti mengikuti lomba. 

Semua peserta lomba pasti dalam dirinya ingin memenangkan kompetisi. Tidak munafik, sayapun demikian bila mengikuti berbagai perlombaan. Namun terlalu bernafsu malah membahayakan bisa-bisa malah stres. 

Siap aja mengakui kemenangan peserta lain. Dan jangan berputus asa untuk berkompetisi ria. Masih seputar hadiah hiburan alias merchandise. 

Merchandise berupa pengganjal leher yang bisa bergetar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Merchandise berupa pengganjal leher yang bisa bergetar (Dokumentasi Mawan Sidarta)
Sebuah perusahaan produsen jamu terkenal di Indonesia pada tahun 2017 mengadakan lomba motret. Hasil jepretan setiap peserta wajib diposting di akun instagram masing-masing. 

Selain suka motret, kebetulan saya juga punya akun instagram. Lagipula tema lombanya juga mudah, seputar aktivitas sehari-hari. Melihat hasil jepretan saya yang bukan saja sesuai tema namun terbilang unik dan kreatif. 

Kali ini saya optimistis memenangkan hadiah utama lomba. Namun apa daya, harapan tinggal harapan. Saya bukannya menyabet hadiah kedua, ketiga atau bahkan juara harapan malah tidak menang sama sekali. 

Untung saja penyelenggara (panitia) lomba masih berbaik hati mengapresiasi karya fotografi saya dengan menghadiahi merchandise. Kali ini jenis merchandise yang saya dapatkan benar-benar unik. 

Merchandisenya berupa sebuah pengganjal (bantalan) leher yang bisa bergetar karena di dalamnya dipasang baterai. 

Pengganjal leher ini bisa dimanfaatkan ketika melakukan perjalanan jarak jauh dengan kereta api, bus atau kendaraan bermotor roda empat lainnya.  
 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun